#019: Afwan

9 3 0
                                    

Part 19

"Sebait kata yang aku tulis menjadi sebuah kalimat pesan untuk seorang ajnabi."

@Afwan

Di kamar yang memiliki nuansa putih bak rumah sakit, aku hanya berfokus memainkan pulpen dengan kertas sebagai wadah menuangkan tintanya. Hingga, suara ketukan pintu membuat aktivitas menulisku terhenti.

Menghela napas, takut-takut itu adalah Mbak Ina atau Rara yang akan bersikeras menyuruhku kembali ke meja makan, mempermalaskan saja.

Namun,  siapa sangka, ketika aku menoleh ke arah pintu, bukan mereka ternyata.

"Gw boleh masuk?" ucap Daffa dengan membawa nampan yang berisikan roti pun susu cokelat.

Aku mengangguk seraya berkata, "Pintunya biarin dibuka ya?!"

Lalu setelahnya, Daffa pun berjalan mendekatiku dan meletakkan nampan tersebut di atas meja.

"Sarapan dulu, Ay!" titahnya.

"Ayra gak lapar, Daffa."

"Gw gak nanya lu lapar apa gk, dan gw gak butuh penolakan." kata Daffa.

"Lu perlu ingat, selama kita di sini lu adalah tanggung jawab gw dan sudah menjadi tugas gw untuk memastikan lu makan tepat waktu. Lu gak pengen kan, Bang Alfa marahin gw, karena gak becus jagain adik kesayangannya?!"

Mendengar omelan Daffa aku terkekeh. "Daffa kaya ibu-ibu komplek deh,"

"Heh?!"

"Santai dong, matanya kaya mau copot aja," kataku yang kemudian melanjutkan tulisan yang sempat tertunda.

"Astagahfirullah, dosa apa gw punya teman spesies lu?"

"Tanyakan pada rumput yang bergoyang." balasku tanpa mengalihkan atensi dari sebuah buku dengan pulpen yang terus menari di atasnya menggores sebuah tinta yang indah.

Daffa menghela napas pasrah. "Lebih baik gw ngalah dah." katanya, "Jangan lupa roti dan susunya dihabisin!"

"Iya-iya, bawel banget," tuturku tanpa mengalihkan atensi dari kertas berisikan sebuah kalimat yang berhasil aku rangkai.

"Em,  judul yang sesuai apa,  ya?" pikirku mengetuk-ngetuk pulpen ke meja.

"Ah, iya, a letter to my future priest!" kataku menulisnya di bagian atas kalimat.

A letter to my future priest

Siapapun kamu, dimana pun kamu berada, semangat memperbaiki diri, ya?!

Satu hal, yang perlu kamu ketahui. Diriku seperti sebuah gelas kaca. Kamu, perlu kehati-hatian untuk menjaga dan merawatnya.

Kalau saja, lalai dan membuat gelas itu pecah, akan sulit untuk menyatukannya kembali,  bahkan, terlihat mustahil.

Apakah kamu siap, untuk menjaga gelas kaca ini?

Yang ketika pecah, mungkin bisa melukai dan menyakiti orang sekitarnya. Bahkan, mampu melukaimu kembali.

Aku harap, kamu paham apa maksudnya. Kalau sekiranya lelah atas sikapku yang kata orang-orang musiman, tolong, kata-katanya dijaga, kalimatnya difilter. Sebab, memperlakukan perempuan berbeda sangat dengan pria.

AFWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang