Tell Her or Leave Him

1K 231 115
                                    

Menjadi Archie yang normal tidaklah mudah ketika dia sedang bersama dengan Melody. Archie yang normal tak akan tersenyum gemas melihat anak gadis merajuk karena tak bisa masuk ke rumahnya karena ibunya lupa meletakkan kunci duplikat di tempat biasanya. Archie yang normal juga tak akan mengorbankan waktu istirahatnya untuk menemani si top class mengerjakan tugas Fisika di depan rumah hanya karena bosan menunggu.

"Archie, kamu pulang aja, aku nggak apa-apa di rumah sendiri." Melody mengusir Archie yang hanya duduk dengan pandangan penuh judging pada buku fisika Melody yang jelas sangat amat dia benci.

"Mama lo nyuruh gue nemenin lo sampai Leon pulang." Dalam kngatan Melody, mamanya hanya berterima kasih pada Archie yang mengantarnya bukan jntik menemaninya.

"Nggak, Archie salah denger."

"Nggak Irish, Archie nggak salah denger." Archie menggoda Melody dengan mencopy cara bicara Melody.

"Archie!" Merasa diganggu Melody mulai memberikan tatapan peringatan yang jika digambarkan itu seperti tatapan kucing marah yang malah menggemaskan bagi Archie.

"Apa? Udah pantengin aja buku fisika lo, gue tunggu di sini siapa tau angka lo lepas dari buku." Archie memang mengatakan bahwa dia akan menunggu Melody, tapj tangan jahilnya malah mengambil pensil Melody kemudian melukis sebuah kumis pada ilmuan yang ada di dalam buku.

"Archie!! Nggak boleh gitu!"

"Kenapa? Lo maunya kumis yang kayak pak raden atau jojon?"

"Nggak dua-duanya! Kalo kamu bosen jangan corat-coret buku aku dong." Archie melepaskan pensil dari tangannya dan seperti siap memulai drama karena tak mendapat perhatian Melody sebesar Melody memperhatikan soal fisikanya.

"Ah tangan gue, pusing." Orang normal akan menganggap Archie gila karena menghubungkan sakit tangannya dengan pusing yang berada di kepala.

"Pusing? Aku anter pulang aja ya." Selamat pada Archie yang akhirnya menang melawan soal fisika yang kini ditutup rapat oleh Melody.

"Gue tiduran bentar aja, kalo dipaksa pulang gue bisa pingsan di jalan. Pijetin pala gue dong." Archie menjatuhkan kepalanya di atas lantai dingin, tapi dengan pelan Melody mengangkat kepala Archie dan membawanya ke pahanya.

"Muka kamu sempet kepukul?" tanya Melody yang baru melihat rona biru di ujung dahi kiri Archie.

"Kayaknya iya."

"Sakit?" tanya Melody sambil mengusap memar itu.

"Sakit."

"Besok nggak usah sekolah aja," suruh Melody yang khawatir jika ada luka dalam pada diri Archie.

"Nggak mau, gue suka sekolah sekarang." Melody menggelengkan kepalanya baru kali ini dia bertemu anak badung yang menyukai sekolah.

"Oh ya? Aku pikir kamu nggak suka sekolah makanya kamu suka bolos terus tawuran." Archie tan akan kaget saat Melody mengetahui hal itu malah akan aneh jika anak SMAnya tak tahu akan hal itu.

"Itu karena pelajarannya ngebosenin. Coba kalo lebih menarik, bggak bakal bolos gue. Kalo lo ada nggak pelajaran yang ngebosenin?"

"Ada, aku nggan terlalu suka sejarah soalnya banyak banget tahun-tahunnya. Dulu pas aku kelas sepuluh aku suka karena gurunya enak banget jelasin kalo sekarang cuma suruh liat buku dan ngapalin tahun-tahun." Archie terkekeh mendengar keluh kesah Melody tentang pelajaran.

"Archie kamu bilang kamu suka sekolah tapi nggak suka pelajarannya, terus apa yang buat kamu suka sekolah? Uang sakunya?" Archie kembali tertawa kemudian menggeleng.

"Ada yang lucu di sekolah jadi gue ke sekolah buat liat dia." Archie menatap tepat di manik Melody.

"You have crush at someone? Atau dia yang kamu maksud itu semacam kucing kantin?" Pertanyaan Melody memicu tangan Archie untuk mencubit pipi gembul Melody. "Kenapa sih lo harus selucu ini?"

Monolog RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang