The truth is bitter, indeed. But, being honest sometimes could lead you to some things better.
———————————————————
Langkah tergesa menggema di kesunyian Cloud Recesses yang meraung. Angin yang berhembus pelan menjadi satu-satunya melodi yang mengalun.
Semua orang sudah tidur. Tidak akan ada yang sadar pun tidak akan ada yang peduli.
"Jam malam sudah terlewat. Ke luar dan kembali besok pukul 7 pagi."
Mendengar suara yang dingin dan tegas itu membuat Wei WuXian bergidik ketakutan. Segera ia menyembunyikan alkohol di belakang punggungnya.
"A-ah, tuan muda Lan. Aku tidak tahu ada aturan seperti itu."
Pemuda berpakaian putih dengan mata emas itu masih menatap dingin dan datar. "Alkohol dilarang keras di sini."
Wei WuXian semakin menegang. Dia tidak boleh terkena masalah, kan? Bagaimana kalau Jiang Cheng mendengarnya dan melapor pada Madam Yu ... tidak, tidak! Itu mimpi buruk!
"T-tuan muda Lan. A-aku benar-benar tidak tahu. Bisa biarkan aku lewat kali ini?" ujarnya, ada sedikit nada memohon di dalam suaranya.
"Berbalik."
Wei WuXian melakukan seperti yang dikatakan, takut semakin menambah masalah. Di depannya ada sebuah batu besar menjulang tinggi. Sebuah kalimat dengan ukiran paling besar terpahat di sana. 'Peraturan Cloud Recesses', begitu katanya.
Mulutnya terbuka, dengan kengerian yang jelas tercetak di wajahnya. Tiga ribu aturan. Demi kewarasannya, memangnya siapa yang bisa hidup dengan aturan sebanyak itu?!
Wei WuXian berbalik cepat ke arah Lan WangJi. "Sekali ini saja, tolong. Aku tidak akan minum alkohol ini, aku janji. Aku butuh untuk hal yang lain," bujuknya dengan tatapan memohon.
Lan WangJi menaikkan sebelah alisnya. "Untuk apa?"
Wei WuXian menarik napas dalam-dalam. Dia butuh alkohol ini untuk luka-lukanya. Rasanya begitu menyiksa sampai dia ingin mati ketika punggungnya bergesekan dengan kain pakaiannya.
Pagi ini, Madam Yu mengirim pesan secara pribadi kepadanya. Dia diperintahkan untuk menemui Madam dari sekte Jiang itu di salah satu rumah terpencil.
Dia tahu akan mendapat cambukan lagi. Dia tahu. Dia ingin menolak, tapi tidak bisa. Dia ingin menghindar, tapi tak berdaya.
Wei WuXian meraba kain punggungnya yang basah oleh darah. Merasakan perasaan dingin dan lengket di telapak tangannya, Wei WuXian memperlihatkan telapak tangannya yang kini diselimuti cairan berwarna merah berbau besi pada Lan WangJi.
KAMU SEDANG MEMBACA
D A I S Y
Hayran KurguWei Wuxian tidak sendirian. Ada seseorang yang selalu mengawasinya dari jauh. Selalu berusaha mengobati semua luka yang digenggamnya sendirian. Seseorang ... begitu dekat sampai rasanya seperti keluarga. !WARNING! This is WangXian fanfiction actuall...