"Papa sama sekali enggak pernah ngajarin kamu untuk menyelesaikan masalah dengan seperti ini, Raja!" Aditama menatap nyalang Raja. "Tentang kamu yang mabuk di sini beritanya sudah tersebar!" murkanya.
"Sudah, Mas. Jangan marahin Raja," ucap Risa.
Aditama mengusap wajahnya dengan gusar. Lelaki itu tanpa basa-basi memilih untuk pergi meninggalkan istrinya dan Raja. Aditama sangat kecewa dengan apa yang dilakukan Raja. Dia tidak mau Raja kenapa-kenapa karena terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
Risa mengusap rambut Raja yang tampak lepek. Wanita itu begitu menyayangi Raja selayaknya menyayangi anak kandung. Padahal, sebenarnya Raja cuma anak tiri.
"Mama, sudah ada kabar tentang Lia?" tanya Raja.
Risa menggeleng. "Belum ada, tapi kamu jangan khawatir karena secepatnya pasti Lia bakal ketemu."
"Kapan? Kapan Lia ketemu, Mama?" Raja menundukkan kepalanya begitu dalam. "Raja bego, ya. Raja gagal jagain Lia. Andaikan waktu itu Raja enggak ngajak Lia pergi dulu pasti saat ini Lia ada sama keluarganya."
Raja masih terus menyalahkan dirinya. Padahal, ini murni bukan kesalahannya. Raja menoleh sekilas ke arah Risa yang duduk di sampingnya. "Raja capek ...."
***
"Kita cari Lia ke mana lagi?" tanya Ratu yang tengah menyandarkan tubuhnya di punggung Noval.Siang ini, matahari begitu terik. Peluh kian bercucuran membasahi dahi dan leher seorang gadis cantik dan inti Graxtual yang tengah menepi di pinggir jalanan sepi.
"Haus lagi gue." Ratu mengusap lehernya yang terasa kering. Mata gadis itu memicing kala ada penjual es kelapa muda yang melintas. "Dim, beliin gue es kelapa muda dong dua! Nanti uangnya gue ganti kalau nama gue udah ada gelarnya," titah Ratu ke Dimas.
Dimas melepaskan topi hitam miliknya, lalu memasangkan ke kepala gadis kesayangannya. "Iya nanti gelarnya almarhumah," ucap Dimas yang berhasil membuat Noval menatap cowok itu tajam.
"Kamu sih kalau bicara suka ceplas-ceplos tuh lihat Kak Noval udah kayak singa kelaparan," ujar Tari.
"Kita cari Lia lagi." Arka berdiri dari duduknya. Cowok itu berjalan menuju motornya yang terparkir di pinggir jalan diikuti anggota inti Graxtual yang lain kecuali Noval.
"Ka, gue nanti nyusul! Gue mau nganterin cewek gue balik dulu ke rumah," ucap Noval dengan nada tinggi.
Lia menatap tidak minat ke arah makanan yang ada di hadapannya. Gadis itu sama sekali tidak ingin menyentuh makanan yang dicurigai sudah dikasih racun. Lia saat ini hanya ingin kembali bersama keluarganya. Lia tersentak kala ada seseorang yang mendorong Erland yang wajahnya sudah babak belur.
"Erland, kenapa ada di sini?"
Erland memegang ujung bibirnya yang terasa perih akibat pukulan dari beberapa preman kala akan menyelamatkan Lia yang tengah disekap.
Erland membantu melepaskan gumpalan kain yang menyumpal mulut Lia. Lia menghela napasnya dengan lega kala kain tersebut sudah terlepas.
"Kenapa lo bisa ada di sini?" tanya Lia.
"Gue tahu dari jam tangan yang lo gunakan."
Lia menatap jam tangan warna hitam yang dia terima dari Erlangga ketika dia ulang tahun ke 16. Lia sama sekali tidak paham dengan maksud Erland.
"Jam tangan ini——"
"Jam tangan yang lo gunakan ada fitur GPS jadi gue bisa menemukan keberadaan lo di sini," potong Erland.
"Kenapa lo enggak ngasih tahu keberadaan gue di sini ke keluarga gue, Er?" Lia menatap Erland. "Seharusnya lo bilang ke Lea kalau gue ada di sini--"
"Lea? Dia menghilang sama seperti lo!" potong Erland.
Tidak lama kemudian terdengar suara gaduh di luar. Itu sepertinya anggota Graxtual dan Trabax yang tengah menghadapi beberapa preman yang ada di depan.
"Mana cewek gue!" Urat-urat lehernya menonjol. Penampilannya benar-benar terlihat lusuh. Dia hanya mengenakan kaos putih dan celana pendek. Sorot matanya menghunus tajam memasuki netra hitam seseorang yang berdiri di hadapannya.
"Buset! Cewek gue--aduh!" Gala terpekik kala pipinya menerima pukulan. "Aduh! Pipi gue yang mulus ini ternodai tangan-tangan haram!" ujar Gala histeris.
Raja menepuk tangannya seolah-olah tengah membersihkan debu kala beberapa preman berhasil dia kalahkan. Cowok itu meregangkan otot-otot lehernya, lalu dia mendobrak pintu rumah. Raja mempercepat langkahnya memasuki rumah tersebut. Setiap ruangan dia telusuri hingga akhirnya berhenti di ruangan yang diyakini ada Lia di dalamnya. Tanpa ragu, cowok itu mendobrak pintu kamar. Betapa terkejutnya Raja kala kondisi Lia yang begitu mengkhawatirkan.
"Raja," panggil Lia lirih.
Raja menarik tubuh Lia ke dalam dekapannya. Cowok itu menumpukkan dagunya di kepala Lia. Raja sama sekali tidak sanggup menatap wajah Lia yang penuh luka memar akibat ditampar beberapa orang kemarin malam ketika Lia terus memberontak tidak mau makan.
"Maafin gue yang udah gagal jagain lo," ucap Raja.
"Lo sama sekali enggak pernah gagal jagain gue."
Raja segera membopong Lia menuju halaman depan. Di sana sudah ada anggota inti Graxtual dan Trabax yang tengah beristirahat. Para preman yang menculik Lia sudah dibawa ke kantor polisi oleh Bimo, Aditama, dan pastinya Argadana.
Baru saja sampai di ambang pintu, tiba-tiba kepala Raja terus berputar. Pandangan cowok itu mendadak menjadi kabur. Raja berusaha mencari pegangan agar tidak terjatuh. Namun, Raja sama sekali tidak sanggup menopang berat tubuhnya. Hingga akhirnya, cowok itu menjatuhkan tubuhnya ke lantai.
****
Kanvas hitam yang terbentang luas memancarkan cahaya dari bintang yang kian menyembul. Gadis cantik yang mengenakan piyama melangkah menuju balkon kamarnya. Di sana, ada kursi yang biasa digunakan Lia untuk menikmati indahnya dirgantara di malam hari."Kangen banget sama suasana malam di sini."
"Kapan ingatan Bagas kembali?"
Sofa yang diduduki Lia bergerak turun kala seorang cowok menduduki sofa tersebut. Cowok yang mengenakan hoodie hitam menatap sekilas Lia yang dapat duduk di sampingnya. Dia sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata. Namun, beberapa saat kemudian ada seorang anak laki-laki menghampirinya.
"Kakak cantik!" seru Samuel.
"Lo beneran diculik atau cuma pura-pura?" tanya Bagas dengan nada begitu pelan. "Akting lo bagus banget."
"Bang Bagas, kenapa bisik-bisiknya enggak bisa kedengeran sama Samuel?" tanya Samuel.
"Samuel pergi dulu, ya. Kakak cantik mau ngomong hal penting dulu sama Abangnya Samuel," ujar Lia.
Samuel mengangguk. "Kalau ada apa-apa jangan lupa panggil nama Samuel tiga kali, ya. Samuel pergi ke bawah dulu mau minta makanan lagi." Samuel nyengir.
"Ngapain lo malah nyuruh adek gue pergi? Lo pengen banget berduaan sama gue, ya?" Bagas tertawa kecil.
Lia menggeleng pelan. "Aku mau kasih lihat kamu sesuatu yang bisa membuat kamu sadar kalau aku tunangan kamu." Lia berdiri dari duduknya. "Bentar!"
"Cewek aneh," gumam Bagas.
Di sebuah ruangan, ada dua gadis cantik yang mengenakan piyama tengah memakan cemilan.
"Lo udah lakuin apa yang gue suruh, kan?"
Dia mengangguk. "Semuanya sudah gue lakukan dengan sempurna tanpa ada satu orang pun yang curiga."
10 Agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
A&B | Kita Belum Usai [Ending]
Ficção AdolescenteYang sudah membaca cerita ini, tolong jangan spoiler alur cerita dan endingnya! "Kalau kita usai, aku boleh kangen pelukan kamu yang bikin nyaman? Aku boleh kangen kamu?" Agrilia atau kerap disapa Lia, tidak pernah menduga kalau dirinya akan kembali...