LIMA

5 1 0
                                    

Lima

Petunjuk itu tidak ada.

Akhirnya Raw memutuskan untuk mengambil kesimpulan itu dan berhenti untuk mencoba mencari petunjuk mengenai kondisinya sekarang ini. Jika petunjuk itu memang ada, Raw yakin bahwa petunjuk itu akan datang dengan sendirinya dan berasal dari sumber yang tidak disangka-sangka, karena itulah Raw tidak mau mencoba mencari lagi.

Lagipula semuanya sudah terjadi dan hanya Raw yang mengetahui kondisinya yang sekarang, Raw juga tidak memiliki niat untuk memberitahu siapapun tentang hal ini, termasuk orang tuanya. Raw tidak mau jika orang tuanya menjadi khawatir jika ia cerita.

"Rawnie? Ayo keluar, di luar ada Paman kamu, baru datang, Nak."

Raw menghela nafas lalu mendudukkannya di tempat tidur, tadinya dia berbaring sambil memperhatikan atap kamarnya.

"Iya, Bun," jawab Raw.

Sebenarnya dia malas sekali jika harus keluar kamar dan menemui keluarganya yang baru datang, bukannya karena sombong, Raw hanya sedang ingin bersantai.

"Cepat ya, Nak."

Raw hanya mengangguk meskipun dia tau bundanya tidak bisa melihat anggukannya. Sebelum keluar dari kamar, Raw merapikan baju serta rambutnya yang cukup acak-acakan karena daritadi dia berguling-guling.

Raw tersenyum lalu menyalami Paman beserta bibinya, setelah itu dia sedikit menjauh dari kedua orang itu dan berdiri di belakang sofa.

"Raw duduk aja, masih kosong di sini," ucap Bibinya.

"Aku berdiri aja, Bibi," balas Raw menolak ajakan itu, Raw tidak nyaman jika harus berdekatan dengan orang yang tidak terlalu ia kenal, mereka memang keluarga tetapi jarang bertemu sehingga rasa sungkan itu masih sangat terasa.

"Hai, Raw."

Sapaan itu membuat Raw menoleh lalu tersenyum untuk membalas sapaan itu.

"Duduk dulu Noah, minum tehnya," ucap Shilla, bundanya Raw.

"Iya, Tante," balas Noah kemudian cowok itu duduk.

"Raw udah kelas dua belas, ya? Mau lanjut kemana?" tanya bibinya.

Raw hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan pertama karena untuk pertanyaan kedua itu dia belum memiliki jawabannya. Sebenarnya pertanyaan ini membuat Raw merasa tidak nyaman karena pertanyaan itu seolah-olah mendesaknya, sedangkan dia sendiri belum memutuskan apapun untuk masa depannya.

"Mau lanjut kemana Raw?" tanya Noah.

Raw yang sebelumnya merasa lega karena tidak perlu menjawab pertanyaan itu menjadi kesal pada Noah yang telah mengulang pertanyaan yang sama.

"Masih dipikirkan." Shilla yang menjawab karena wanita itu tau jika Raw belum tau mau lanjut kemana.

"Jangan lama-lama, waktu itu berjalannya cepat, sebentar lagi sudah mau tamat." Kini giliran Pamannya yang bicara.

"Iya," jawab Raw, hanya itu yang bisa dia katakan.

Memangnya mau bagaimana lagi? Mau marah dan mengatakan tidak perlu mengurusi urusan orang? Raw tidak bisa mengatakan itu, dia masih mau menjaga perasaan kedua orang tuanya, jika dia mengatakan hal itu, pasti orang tuanya akan dibicarakan di belakang dengan omongan yang sudah dilebih-lebihkan.

Lalu, apakah Raw harus mengikuti alur mereka? Raw juga tidak bisa melakukan itu, perasaan Raw sensitif dan dia pasti tidak akan tahan jika didesak.

"Raw kan pintar, cocok jadi guru atau kamu mau jadi dokter?" tanya bibinya.

Raw pikir pembicaraan ini sudah selesai, tetapi ternyata dia salah. Bibinya itu tidak akan puas begitu saja dengan jawabannya yang singkat.

"Belum tau, Bibi." Pada akhirnya Raw menjawab dengan jawaban yang ia pikir sudah cukup jelas.

"Raw juga pernah nerbitin buku, kan? Kalau lanjutin itu juga bagus," sahut Noah.

Raw menatap sepupunya itu sekilas, kenapa sih Noah harus ikut-ikutan? Apa tidak cukup bibinya saja yang ikut campur?

Namun meskipun dia kesal, Raw tetap tersenyum. Raw tidak akan memperlihatkan kekesalannya di depan orang lain, dia akan melampiaskannya di dalam kamar saja. Tempat dimana tidak ada orang yang akan melihatnya, Raw bebas melakukan apapun.

"Masuk ke jurusan hukum juga bagus."

"Jangan, Raw terlalu pendiam," kata Bibinya.

Rasanya Raw ingin sekali pergi dari ruang tamu ini karena pembicaraan mereka semakin membuat dirinya merasa kesal. Apa hak mereka untuk mengaturnya seperti ini? Lagipula Raw dan kedua orang tuanya juga tidak akan mengabaikan pendidikannya.

Menurut Raw, jika ingin memberikan saran boleh-boleh saja, tetapi jangan sampai memberikan penilaian tentang dirinya. Sungguh Raw bukanlah orang yang bisa menerima suatu penilaian dari orang-orang di sekitarnya dengan lapang dada. Meskipun ia tau bahwa mudah tersinggung bukanlah hal yang baik, tetapi Raw tetap belum bisa menguatkan hatinya untuk mendengar penilaian orang-orang.

"Aku ke kamar dulu ya, ada tugas yang belum selesai," kata Raw karena tidak ingin berbincang lagi dengan saudaranya yang baru datang, Raw takut tidak dapat mengontrol emosinya sehingga dia akan mengatakan sesuatu yang akan membuat ketiga tamu itu tersinggung. Jadi, sebelum ia lepas kontrol, lebih baik Raw minggir dulu.

Raw pergi tanpa mendengarkan balasan dari lawan bicaranya, Shilla pun tidak mencegah kepergian anaknya karena dia tau bahwa Raw tidak nyaman berada di sini.

"Tugas Raw banyak, dia juga harus ngerjain soal-soal ujian kelulusan tahun-tahun sebelumnya," kata Shilla mendukung ucapan Raw tadi.

Di dalam kamarnya, Raw duduk di atas karpet sambil memikirkan ucapan paman dan bibinya tadi, Raw memang tidak suka karena mereka terlalu ikut campur, tetapi ucapan mereka membuat Raw menjadi kepikiran.

Apa yang harus dia lakukan untuk masa depannya? Raw harus menjadi apa?

Ujian masuk Perguruan tinggi tidak lama lagi, sedangkan Raw sama sekali belum mempersiapkan diri untuk ujian itu. Selama ini dia hanya fokus dengan pelajaran sekolahnya saja, tugasnya yang cukup banyak dan juga Raw yang tidak mau bertanya kepada teman-temannya membuat tugas-tugas tersebut menyita waktunya cukup banyak.

Raw benar-benar bingung dengan keputusan apa yang akan ia ambil untuk ke depannya, bahkan Raw tidak tau apa yang sebenarnya dia inginkan. Hanya satu hal yang Raw pikirkan, yaitu orang tuanya merasa bangga dengan dirinya dan agar orang tuanya senang. Namun, apa yang harus Raw lakukan agar keinginannya itu terwujud.

Raw mengambil handphone-nya lalu mulai mencari materi-materi yang akan keluar saat ujian masuk perguruan tinggi nantinya, dia harus belajar mulai dari sekarang agar nantinya dia tidak akan keteteran. Sebenarnya, Raw berharap pada jalur undangan agar ia tidak perlu susah-susah mengikuti ujian tersebut.

Melihat ada banyak materi yang harus dipelajarinya membuat Raw menahan nafas beberapa saat, Raw tidak yakin sanggup untuk menguasai seluruhnya dalam waktu yang singkat. Namun Raw teringat dengan kejadian yang baru-baru ini dialaminya, apakah keajaiban itu juga akan berlaku untuk saat ini?

Apakah Raw harus mencobanya? Jika iya, apakah Raw akan tahan dengan rasa sakit yang akan dirasakannya?

🏆🏆🏆

Rabu, 7 Desember 2022

GemstonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang