Sebenarnya apa yang telah kulakukan di kehidupan sebelumnya? Sampai aku harus menderita di kehidupan kali ini?
Aku sangat lelah. Semua orang membenciku, keluargaku juga termasuk ke dalamnya. Bahkan ibu tiri dan adik tiriku lebih berharga dibandingkan denganku.
Semuanya hancur sejak 12 tahun lalu. Di mana aku dan ibuku mengalami kecelakaan mobil, dan hanya aku yang masih hidup. Apa lebih baik aku ikut mati saja saat itu?
Bukankah kecelakaan itu adalah sebuah takdir? Dari mana datangnya pemikiran bahwa aku yang menjadi penyebab kematian ibuku? Tidak mungkin juga aku mengharapkan hal itu. Bahkan jika boleh dikabulkan, aku ingin minta untuk tukar posisi saat itu. Biarkan aku saja yang mati.
Tidak apa, aku masih bisa bertahan hidup. Menahan semua sesak ini bukanlah apa-apa. Karena ibuku berpesan agar aku hidup dengan kuat.
Tapi nyatanya, semua itu hanyalah penenang. Aku tidak baik-baik saja. Aku terluka, aku sakit, aku tidak kuat. Semua rasa bercampur aduk menjadi satu dan rasanya ingin meledak.
Bahkan satu-satunya orang yang ku cinta, dia berselingkuh dengan sahabat adik tiriku, Cecilia. Sungguh pasangan menjijikkan. Aku menyerah. Dan entah sejak kapan air sungai ini sudah memenuhi paru-paruku. Aku tidak bisa bernapas, rasanya sesak. Dan aku akan segera mati.
Kisah hidupku berakhir di sini. Sangat menyedihkan. Tapi aku merasa tenang karena ini benar-benar akan berakhir.
***
Just give me a reason ~
Just a little bit's enough ~
Suara alarm yang sudah di atur nada deringnya terdengar nyaring dari ponsel di atas nakas. Sedangkan pemiliknya masih tidur nyenyak di atas kasur.
Dia adalah Amera Fedelir, gadis yang harusnya sudah mati tapi hidup lagi. Bukan mati suri melainkan kembali ke masa lalu. Dia sendiri terkejut ketika mengetahuinya kemarin. Pasalnya saat membuka mata tiba-tiba dia sudah berada di ayunan belakang mansion milik keluarganya. Bukankah harusnya dia sudah mati di dalam sungai yang dingin itu?
Lalu setelah mengkonfirmasi situasinya, akhirnya dia tahu bahwa dia kembali ke masa lalu. Tepatnya tujuh tahun yang lalu, saat dia masih berusia 15 tahun.
Amera mulai bangun. Dengan mata yang masih tertutup, tangannya meraih ponsel di atas nakas. Dan dengan cepat dia mengetuk layar ponselnya untuk mematikan alarm.
"Aku tidak menyangka aku benar-benar kembali ke masa lalu. Awalnya aku kira semua ini hanyalah mimpi, tapi ternyata ini nyata." Dia bergumam pelan.
Sedikit demi sedikit dia mengumpulkan kesadarannya. Setelah memiliki tenaga, dia mencoba untuk duduk bersandarkan kepala ranjang. Dia membuka ponselnya. Mengecek tanggal dan pesan di kontaknya.
"Ini benar-benar tahun 2021 ...."
Kenapa? Kenapa Tuhan memberikan kesempatan lagi kepadanya?
'Aku hanya ingin mati dan mengakhiri semuanya, tapi kenapa aku harus kembali lagi ke masa lalu?' Amera meremat ponsel di tangannya. Raut wajahnya sangat jelek karena marah.
Normalnya orang akan senang jika bisa kembali ke masa lalu, karena dengan itu mereka bisa memperbaiki banyak hal yang salah di masa lalu dan menata ulang masa depan. Tapi tidak dengan Amera, baginya tidak ada kenangan indah dalam hidupnya. Tidak ada yang ingin dia perbaiki karena semuanya buruk.
Jika ingin Amera termotivasi untuk memperbaiki hidup, harusnya dia dikembalikan lagi ke masa lalu di mana ibunya masih hidup. Karena hanya hal itu yang ingin dia perbaiki, mencegah ibunya dari kecelakaan.
"Jadi apa gunanya hidup kembali sekarang? Tidak ada."
'Kalau sudah begini apa yang harus kulakukan? Apa mati lagi saja? Aku tidak memiliki tujuan hidup lagi.'
Amera sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai akhirnya ekor matanya tertuju pada sebuah foto keluarga di atas nakas. Di sana terdapat foto ayahnya, kakaknya, adik tiri, ibu tiri, dan terakhir adalah dirinya. Tidak ada senyuman sama sekali di wajahnya. Gadis malang yang masih mendambakan kasih sayang orang-orang. Tapi entah kenapa, dia tersenyum melihat itu. Dia sangat kasihan.
"Benar-benar gadis polos yang bodoh." Dia melontari dirinya sendiri di masa lalu dengan sebutan bodoh. Lalu Amera mengambil foto itu karena tiba-tiba terlintas sebuah ide konyol di kepalanya.
"Melihat ini, aku jadi terpikirkan dua hal. Melakukan balas dendam untuk diriku sendiri di masa lalu dan merebut kembali semua yang harusnya menjadi milikku. Di kehidupan kedua yang membosankan ini, sepertinya akan lebih menarik jika aku berperan menjadi tokoh penjahatnya."
Amera meletakkan kembali foto itu di atas nakas dalam keadaan tertutup.
'Aku sudah terlanjur hidup kembali. Jadi biarkan aku menjadi host yang menggelar drama sampah selanjutnya.'
Akhirnya dia menemukan lagi tujuan hidupnya. Walau itu bukan tujuan mulia seperti tokoh utama dalam dongeng.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Ini, Akulah Penjahatnya
Fantasi[HIATUS SEJENAK UNTUK NGERJAIN CERITA SEBELAH 🗿] Aku berasal dari keluarga kaya, tapi nyatanya hidupku serba kekurangan. Ayahku tidak peduli kepadaku dan kakak laki-lakiku membenciku karena berpikir akulah penyebab kematian ibuku. Ibu tiri dan adi...