Kereta api melaju membelah rel yang menghubungkan tiga kota. Salah satu penumpang kereta api itu adalah Arland. Suasana kereta yang ramai membuat Arland hanya bisa berdiri. Pria itu baru pulang setelah mengantar salah seorang santri yang sakit. Biasanya jika ada santri yang sakit, orang tua mereka yang menjemputnya. Tapi Arland begitu prihatin dengan keadaan santri tersebut karena sudah beberapa hari setelah di hubungi orang tuanya belum juga datang menjemput hingga ia memutuskan untuk memulangkannya.
"Ibu, ibu. Huaaa."
Tangisan gadis kecil membuat para penumpang merasa terganggu. Sedang sang ibu terlihat frustrasi. Beberapa kali ia membekap mulut anaknya karena kesal. Sudah beberapa kali para penumpang menegur agar anak itu di tenangkan. Namun hal itu membuat sang ibu makin frustrasi.
"Diam dulu, Nayla!" Bentak sang ibu,
Bukannya diam, sang anak tambah menangis. Tangisannya membuat para penumpang benar-benar terusik hingga tak jarang di antaranya mengherdik sang ibu karena tidak becus menenangkan anaknya.
"Hei, Nayla."
Beberapa penumpang mengerutkan keningnya bingung. Arland tersenyum lebar sebelum akhirnya berjongkok untuk menyamai tinggi anak itu.
"Kenapa kau menangis?"
Anak perempuan itu mengusap air matanya dengan tangan. "Bebek Nay."
"Di mana dia?"
"Di rumah oma." Sambil sesegukan anak perempuan itu mengadu tentang bebeknya yang ia lupa di rumah neneknya.
Mendengarnya, Arland tersenyum lembut. "Nay sayang bebek itu?"
"Iya, huaaa."
"Kereta ini tidak bisa jalan mundur untuk kembali ke rumah oma Nay."
"Tapi bebek Nay," ujarnya memelas.
"Oma Nay pasti akan menjaganya sampai Nay dan Ibu mengunjungi Oma lagi."
"Tapi Nay mau bermain sama bebek itu."
"Apa Nay sayang dengan Oma?"
"Iya."
"Kalau begitu, bebek Nay juga pasti sayang dengan Oma. Dia pasti sengaja tidak ikut Nay karena ingin menemani Oma karena Nay tidak bisa lama di rumah Oma."
"Benar?"
"Benar. Aku yakin itu."
"Ibuu."
"Iya, Nay. Biarkan bebek Nay di rumah Oma, ya?"
"Baik, bu."
"Terimah kasih ya, Mas."
Arland tersenyum kecil, ia lantas mengusap kepala Nay dengan sayang. "Kau jangan menangis lagi ya, bebekmu melakukan hal yang baik. Kau juga harus seperti bebek."
"Baik, paman."
Para penumpang berdecak kagum melihat Gus muda itu menenangkan anak yang tantrum di dalam kereta. Hal itu, juga terjadi pada seorang wanita bercadar yang ikut memandan Arland. Mata pria itu terpaku, menatap salah satu mata penumpang kereta yang turut menatapnya. Jantung Arland berdetak kencang. Namun, detik selanjutnya wanita itu memalingkan wajah. Seolah tengah tertangkap basah.
Tapi mata itu...
"Keisari?"
Kereta berhenti. Penumpang beserta wanita itu turun dengan segera. Apa Arland kembali berhalusinasi? Ditengah ramainya orang, Arland sibuk mencari pemilik netra coklat itu di stasiun. Pria itu berlari kesana dan kemari. Ia bagai anak ayam kehilangan induk.
"Keisari!" Frustrasi Arland.
Pria itu mengusap wajahnya kasar. Badannya membungkuk dengan tangan menahan lutut. Ia benar-benar akan gila. Berulang kali Arland menenangkan diri dengan mengucap istighfar. Air bening meluncur bebas membasahi wajah tegas Arland. Ia tidak sanggup hidup seperti ini.
"Paman, kenapa kau menangis?"
Mendengar suara itu, Arland menghapus air matanya dengan cepat. Bibirnya ia paksa untuk tersenyum lebar. Pria itu berjongkok di hadapan gadis kecil yang ia tenangkan di kereta tadi. "Tidak, paman tidak menangis."
"Ini air mata, paman."
Gadis kecil itu lantas mengusap pipi Arland yang lembab. Tangan kecilnya menyapa pipi Arland hingga membuat pria itu kembali mengusap bekas air matanya.
"Paman kenapa menangis?"
"Tidak, paman hanya mengingat seseorang yang paman cintai."
"Anak paman?"
Arland lantas menganguk.
"Apa dia sudah tiada?"
Mendengarnya, air mata Arland kembali menetes. Ia tidak pernah seperti ini. Tapi di depan gadis kecil itu ia tidak mampu membohongi diri. Pria itu menganguk sendu. Gadis kecil itu memeluk Arland dengan sayang. Tangan mungilnya menepuk punggung Arland dengan lembut. "Aku juga pernah kehilangan temanku. Ayahnya juga sangat sedih. Apa sedih sekali paman?"
"Ya."
****
Assalamu'alaikum,Maaf Ygg,ni part emang porsi emosi+darah tinggi
Gak di vote juga gpp,gw ngerti lu emosi,hiks
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Gus (TAMAT 🕊️)
RomanceGus Arland adalah seorang cucu kiyai, penerus pesantren yang sangat di hormati. Namun, di balik itu ia memiliki masa lalu yang cukup kelam. Masa lalu Gus Arland ini membuatnya tidak bisa menjalani hidup. Sekitar 10 tahun yang lalu, ia menjalin hubun...