Mencari Titisan

205 0 0
                                    

Entah apa alasan mereka tidak menceritakan kisah tentang Atmadjaya dan istri-istrinya, mereka menceritakan bahwa Kakeknya beristri 4 hidup rukun dan orang terkaya di desa.

Ketika Djuni  meninggal ia berpesan kepada Arkha untuk berpuasa supaya bisa melindungi diri dan ada pemdampingnya berpindah ke Arkha, Arkha menolak karena tidak mau masa tuanya akan mengalami apa yg Djuni alami, susah meninggal dan sering menginggau tidak jelas apa lagi harus terlibat dengan urusan klenik yg kakeknya lakukan.

Arkha tidak terpukul sama sekali dengan meninggalnya Djuni meskipun semasa hidupnya Arkha begitu dekat dengan Djuni, perlakuan buruk anak-anak Djuni terhadapnya membuat dirinya enggan menghadiri pemakaman Djuni.

Wisnu mendesak Arkga untuk datang ke pemakaman dan tahlilan Djuni, Meskipun tidak nyaman dengan situasi rumah Djuni dan  keluarga besarnya ia berusaha untuk bersikap wajar, Arkha terlihat menghindari obrolam dengan yg lain.

Gelagat Arkha terbaca oleh orang lain seperti terpukul dan tidak siap dengan kepergian Djuni padahal Arkha tidak nyaman.

Djuni meninggal bukan karena sakit, Djuni pernah bercerita tentang kematiannya nanti,  justru saat sehat yg menjadi pertanda bahwa ia akan pergi untuk selamanya.

Arkha tertunduk menghindari semua orang.

"Kha.... " Panggil Maneni anak ke 2 dari Djuni

"Kakek mu menitipkan ini untuk mu" Kata Maneni lagi sambil menyerahkan kotak dari kayu tua

Arkha tidak tertarik, ia hanya menatap lukisan Kakeknya saja dan sesekali menyeka air matanya, entah kenapa Arkha tiba-tiba meneteskan air mata.

"Dengar, Kakek kamu adalah Bapak saya, saya tahu kamu terpukul tapi kamu harus melanjutkan hidup kamu bukan seperti ini" Pinta Maneni

"Kha, kamu masih sangat mudah jalan kamu masih panjang" Kata Ami sambil merangkul Arkha dan mengisak tidak tega kalau adik sepupunya kini sangat terpukul.

Arkha membawa pulang kotak tua dari Maneni, Wisnu merasa gelisa dengan pemberian kotak tua tersebut.

Sebelumnya Wisnu sudah mencari tahu terlebih dahulu isi kotak tua tersebut kepada anak-anak Maneni ternyata jawabanya semua tidak tahu, kecuali Ami yg sibuk merapikan perlengkapan sacara tahlil.

Sejak Arkha lahir bisa berinteraksi dengan makluk dari dimensi lain terbaca oleh Wisnu dan Djuni. Wisnu memutuskan menutup semua akses dunia lain kepada Arkha meskipun saat itu Djuni menentang.

Karena apa yg seharusnya Arkha miliki seharusnya di kembangkan bukan di tutup bahkan dibunuh.

Tanpa melihat apa yg ada di dalam kotak tua itu Arkha meminta Ayahnya untuk menyimpankam kotak tersebut untuknya nanti jika Arkha butuh Arkha akan memintanya.

Wisnu tidak berani membuka kotak tersebut selagi Arkha ada di rumah, Wisnu akan membukanya setelah Arkha kembali ke Jakarta.

Arkha pun kembali ke Jakarta untuk bekerja, Wisnu memberanikan diri membuka kotak tua tersebut tanpa ijin Arkha pemilik kotak, Wisnu terkejut ketika melihat isi kotak, Selendang Kuning dan Hijau dengan juntai perak dan emas. Sepasang tusuk konde dan keris kembar.

"Mbok Nadiem" gumam Wisnu menyebut nama Ibu Tirinya.

Banyak pertanyaan begejolak dalam diri Wisnu

"Kenapa barang pribadi Nadiem ada pada Djuni ?"

"Apa tujuan Djuni memberikannya kepada Arkha?"

Tanpa pikir panjang Wisnu langsung menyambangi Katari sahabatnya menanyakan pertanda apa ini.

Kegelisahan Wisnu terbaca oleh Widya istrinya, menanyakan apa yg Wisnu risaukan.

"Ada apa Kang?" Tanya Widya penasaran

Wisnu mengajak Widya ke dalam kamar dan menunjukan isi kotak yg di wariskan Nadiem untuk Arkha melalui Djuni.

Widya pernah mendengar siapa pemilik benda dalam kotak seketika merinding.

"Harusnya benda-benda ini ikut di kuburkan saat pemakaman Mbok Nadiem" Guman Wisnu

"Kenapa Atmadjaya tidak memusnakan semua benda pusaka dan ajimat agar anak-anak cucunya tidak mengikuti jejaknya"

"Kenapa benda Mbok Nadiem malah di titipkan ke Djuni lalu di berikan ke Arkha"

Wisnu meminta bantuan Katari untuk langkah apa yg harus di tempuh.

Melihat benda-benda itu Katari langsung memeriksa apakah pagar gaib Arkha masih terpasang ?

Ada kabut menyelimuti Arkha usahanya menembus Arkha tidak semudah beberapa tahun lalu, Meskipun Katari mengawasi Arkha Katari berhasil memasang gaib yg lebih kuat tidak berarti Arkha aman dari makhluk lain yg ingin berinteraksi dengan mereka.

Katari melihat dalam mata batinnya, hingar bingar Jakarta membuat Arkha menjadi sosok yg tidak percaya klenik dan sejenisnya meskipun beberapa kali kejanggalan-kejanggalan Arkha alami ia hanya menganggap kebetulan saja.

Katari melihat ada sosok perempuan dengan pakaian kuno berdiri sisi kiri Arkha dengan kekuatan magis tinggi, menyadari di awasi sosok itu membuat silau mata Katari dan terpaksa terhenti mamantau Arkha.

Kekhawatiran Katari muncul dan penasaran dengan sosok perempuan tersebut, Katari berusaha meyakinkan diri, Arkha tidak akan berinteraksi dengan sosok yg berada di sampingnya.

Wisnu tidak akan bisa bernafas lega sampai ia bisa menceritakan tentang Arkha sebenarnya. Wisnu pernah akan menceritakan ttg Arkha yg sebenarnya selalu gagal dan tertahan seperti ada yg melarangnya.

"Wa, Bagaimana dengan Arkha ?" Tanya Wisnu pada Katari

Katari terdiam sejenak mendengar pertanyaan Wisnu.

"Pagar yg kita buat masih kokoh, hanya saja pendamping yg kita berikan untuk menjaga Arkha sudah bergeser di gantikan perempuam berjuntai melati" Jelas Katari

"Siapa dia Wa ?" Tanya Widya

"Apakah dia Nyi Ronggeng ?" Tanya Wisnu

Katari sendiri terdiam karena sosok ini lebih mirip Ratu Pantai Selatan.

"Saya masih ragu Nu, Wid" Jawab Katari

"Jangan ganggu prosesnya atau semua tidak akan pernah berakhir" Suara perempuan itu terdengar jelas di telinga Katari.

"Seperti kita hanya bisa mengikuti saja, karena kita sudah terlalu lama menahan Arkha" jawab Katari

"Wa, Arkha belum tahu apapun tentang ini dan seharusnya bukan Arkha karena dia laki-laki" Kata Wisnu sedikit tinggi.

"Jangan sampai benda ini sampai di tangan Arkha dan jangan sampai Arkha berhubungan badan sebelum Arkha menikah" Pinta Katari.

"Katari, jangan halangi atau menunda apa yg seharusnya terjadi atau keadaan ini akan berulang terus menerus sampai saya mendapatkan pengganti Nadiem" Suara perempuan itu semakin jelas.

"Kenapa mesti Arkha ?"

"Dia laki-laki bukan perempuan yg bisa menjadi ronggeng" Katari berusaha mencari jawaban kenapa mesti Arkha.

NB : saya berusaha menyamarkan kenapa mesti ronggeng dan ratu pantai selatan karena saya sendiri masih bingumg dengan sosok tersebut.

Memutus KutukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang