"Apa yang perlu Papa lakukan?" tanya Aditama.
Raja membisikkan sesuatu ke Aditama. Dia menghela napasnya dengan lega kala papanya menyetujuinya. Cowok itu menatap jam tangan yang melingkar indah di pergelangan tangannya menunjukkan pukul tujuh pagi. Bel masuk sebentar lagi akan berbunyi, tetapi Raja sama sekali tidak panik. Dia berusaha tetap tenang.
Aditama mengangguk. "Kenapa kamu enggak dari dulu bilang sama keluarganya Bagas? Kenapa kamu malah membiarkan Lia menderita?" tanya Aditama.
"Kalau enggak ada bukti, tante Kinan enggak bakal percaya, Pa," kata Raja. "Raja juga enggak tega lihat Lia yang selalu dituduh sama tante Kinan selama ini." Raja bangkit dari duduknya. Cowok itu menyambar kunci motornya yang ada di meja. "Pulang sekolah, semuanya harus terbongkar, Pa," ujar Raja.
Lia bersenandung kecil sembari menuruni anak tangga dengan tote bag warna cream yang tersampir di pundaknya. Langkahnya mengantarkan gadis itu menuju ruang makan. Di sana sudah terlihat Farah, Argadana, dan Kevin. Namun, Lea sama sekali tidak ada di sana.
"Lea mana, Pa, Ma?" tanya Lia yang baru saja mendudukan tubuhnya di samping Kevin.
"Lea ada di kamar," balas Argadana.
"Dia semalam baru pulang," tambah Farah.
Raja menghentikan motornya ketika sampai di depan gerbang rumah Lia. Cowok itu menyugarkan rambutnya terlebih dahulu sebelum turun dari motornya.
"Lia masih ada di rumah, Mang?" tanya Raja.
Mang Jana yang hendak membuka pintu gerbang mengangguk antusias. Lelaki itu mempersilakan Raja untuk masuk. Namun, dia memilih menunggu di luar.
"Den Raja silakan masuk! Tuan, Nyonya, dan Non Lia pasti seneng kalau ada Den Raja," kata Mang Jana.
"Raja tunggu di motor saja, Mang," tolak Raja.
***
Ratu berdecak kesal kala sahabatnya sama sekali belum ada di sekolah. Semua siswa-siswi SMA Bramasta sudah berhamburan menuju lapangan upacara lantaran sebentar lagi upacara akan segera dimulai.Ratu berdiri di ambang pintu kelas sembari memegang topi, serta dasi milik Noval. Gadis itu celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang. Namun, orang itu sama sekali tidak ada di sana. Ratu menoleh kala Salsa merangkul pundak gadis itu.
"Tu, ke lapang bareng gue," ajak Salsa.
Ratu menepis tangan Salsa. "Minggir! Enggak usah sok akrab banget sama gue," kata Ratu. "Gue sama sekali enggak mau berteman sama ulat bulu!" lanjutnya.
Raja memacu motornya dengan kecepatan sedang membelah padatnya jalanan kota Jakarta pagi itu. Dia sama sekali tidak mempercepat laju motornya. Meskipun, jam sudah menunjukkan pukul 07. 30 WIB.
"Raja, bisa cepetan bawa motornya?"
"Bisa, tapi gue enggak mau kalau lo kenapa-kenapa."
"Ini udah terlambat Raja."
"Keselamatan lo lebih penting jadi sebaiknya lo diem saja biar gue fokus nyetir motornya," ujar Raja.
****
Seorang gadis cantik yang mengenakan seragam putih abu-abu menghela napasnya berat kala pintu gerbang sudah tertutup rapat. Dia sudah berjalan menuju pintu belakang. Namun, di sana sudah ada beberapa guru yang menjaga tempat itu. Lia terpaksa kembali lagi menuju pintu utama SMA Bramasta.Lia menyandarkan tubuhnya di pintu gerbang sembari bersedekap dada. Mata gadis itu memicing kala seorang cowok baru saja sampai di sekolah. Bibir gadis itu terangkat membentuk senyuman kala mata cantiknya menangkap seorang cowok yang turun dari mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
A&B | Kita Belum Usai [Ending]
Teen FictionYang sudah membaca cerita ini, tolong jangan spoiler alur cerita dan endingnya! "Kalau kita usai, aku boleh kangen pelukan kamu yang bikin nyaman? Aku boleh kangen kamu?" Agrilia atau kerap disapa Lia, tidak pernah menduga kalau dirinya akan kembali...