"Terima kasih sudah hadir, tapi maaf aku belum bisa untuk membuka hati"- zada fadila-
Kini mereka berdua sudah sampai di wisata puncak. Bisa bisanya alvin mengajak nya ke tempat favorit nya. Bagaimana ia bisa tau? Sedangkan zada sama sekali tak pernah menceritakan nya kepada siapa pun.
Tadinya zada hanya mengenakan kaos putih, tapi alvin menyuruhnya menganti bajunya dengan sweter. Mau tidak mau zada mengiyakan nya daripada terus beradu mulut dengan rival nya itu.
"Jadi ngga mau turun nih, betah ya" goda alvin, ya karna zada belum melepaskan pelukannya.
Zada yang sadar pun langsung menarik kasar tangannya. "Apaan sih, aneh lo"
"Aneh, aneh gini juga kamu suka kan" ucap alvin dengan tawa pecah.
"Ngga, pokoknya ngga" tegas zada.
Alvin kini menarik lembut pergelangan tangan gadis itu seraya berjalan pelan menuju puncak.
"Kenapa rasanya hangat, aku ngga pernah ngerasain ada di posisi ini. Kenapa rasanya nyaman sekali? Aku tak pernah menginginkan dia, tapi mengapa dia yang selalu ada untukku?" ucap zada dalam hati sambil berjalan kecil mengikuti alvin di sampingnya.
"Zada, walaupun aku tau kamu belum bisa buka hati bahkan ngga pernah bisa, aku akan terus nunggu selama apapun itu, aku ngga bisa maksa kamu buat cinta sama aku. Aku ngga mau egois, zada" alvin pun berbicara lewat hati sesekali ia melirik gadis itu dan tersenyum tipis.
Keduanya kini sudah sampai diatas puncak, udara di atas sangat dingin. Untungnya kedua nya memakai sweter jadi mengurangi sedikit kedinginan.
Zada sangat suka tempat ini, banyak cerita yang sudah terangkai di atas puncak ini. Namun, kali ini ia datang kembali dengan orang yang baru baru saja zada kenal.
Diam diam alvin memotret gadis itu yang tengah menikmati sejuknya udara sore ini.

"Cantik" ucap alvin sekilas bahkan hampir tak terdengar.
Kini notif pesan muncul di hp alvin, ya itu dari pesan grup yang dinamai "vandalas" yang berisikan alvin, alvino, bagas dan darez.

Setelah membalas nya alvin langsung memasukkan hp nya kedalam saku celana nya. Dia melirik tempat dimana zada tadi berdiri, namun zada tiba tiba saja menghilang dari pandangan nya.
Alvin menoleh kesana kemari, berharap dapat menemui gadis kesayangan nya.
"Kak Alvin, disiniii" zada berteriak kecil namun bisa terdengar oleh Alvin.
Ia pun langsung mendatangi gadis itu seraya tersenyum.
"Aku kira kamu kabur tadi" entah bagaimana bila zada benar benar kabur.
"Ya masa jalan kaki, jauh gitu" gila saja zada kabur, apalagi sampai jalan kaki.
"Ayo kita kesamping sana, ada makanan kesukaan kamu kan?" zada bingung, bahkan ia saja lupa, tapi Alvin?
"Kamu tau darimana?" tanya zada yang sedari tadi terus mengganjal hatinya.
"Ayo, makan. Perut kamu sudah bunyi tuh, minta cepet di isi" oh shit alvin mendengarnya?.
"Ayo sebelum kemalaman, hawanya makin dingin. Takut kamu masuk angin" ucap alvin.
"Perhatian sekali" gumam zada pelan namun bisa terdengar oleh Alvin.
"makasih, cantik" jawab Alvin dengan senyum mengembang sempurna.
- 𝙆𝙖𝙢𝙖𝙧 𝘿𝙖𝙧𝙚𝙯 -
Darez yang sedari tadi memikirkan gadis yang di capture gambarnya oleh sahabatnya itu. Seperti tidak asing dari postur tubuhnya.
"Apa mungkin dia gadis yang pernah kutemui di parkiran sekolah?" gumam darez bertanya pada dirinya sendiri.
Ia pun mengambil ponsel nya, dan melihat kembali gambar gadis itu. Rasanya sangat tidak asing dengan tempat itu. Seperti ada yang pernah terjadi disana, namun apa?
Kepalanya mulai berdenyut kesakitan. Setiap memikirkan sesuatu yang berat, sakit kepala nya bakalan kambuh. Darez bingung, apa yang sebenarnya terjadi di kepala?
"Arghh, bahkan memikirkan ini saja, kepala ini rasanya hampir pecah, sial" rancau nya kesakitan.
Jika menyukai bab ini, silahkan pertimbangkan untuk memberikan vote.
Terima kasih🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
DAREZA
Genç Kurgu[𝘿𝙖𝙧𝙚𝙯 𝙯𝙖𝙙𝙖] 𝟶𝟾 𝙰𝚐𝚞𝚜𝚝𝚞𝚜 𝟸𝟶𝟸𝟸 Kejadian malang yang menimpa kedua orang tuanya membuat zada terpaksa harus mengubur sikap kekanak-kanakannya. Namun, dibalik peristiwa menggenaskan itu, rupanya ada sekelompok orang yang harus bert...