1. Orang Baru

504 15 0
                                    


            Aku duduk di atas kursi tempat biasa aku berdiam lama di atasnya sembari mengerjakan tugas dengan meja yang sedikit lebih tinggi di banding kursi yang memiliki roda di bawahnya itu. Aku memutar tubuhku bersama kursi itu menghadap ke sudut jendela. Sore ini langit sedang murung, sisa-sisa hujan masih terasa dengan beberapa tetesan air yang menimbulkan bunyi saat jatuh ke genting.

            Tes.. tes.. tes...

            Sembari melepas penat aku menghitungi bunyi rintikan hujan yang turun dalam hati, mataku tersorot ke arah satu pohon yang entah apa membuat ku tertarik untuk memandanginya. Hari ini cukup melelahkan, aku harus menyelesaikan tugas kuliah ku untuk di kumpul senin besok, aku harus kerja rodi tiba malam nanti seperti malam-malam biasanya. Ini lah resiko mengambil jurusan teknik.

            Aku beranjak dari kursi beroda itu, mengangkat kedua tangan ku ke atas, berusaha menarik tubuh ku sendiri untuk meregangkan otot-otot ku yang lelah duduk beberapa jam. Aku menarik handuk yang ku gantung di belakang pintu, dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Aku melirik ke arah lemari buku yang berada di sudut kamar ku sebelum aku menuju kamar mandi, aku melihat satu buku dengan cover putih polos terletak sendirian di dekat gelas hias tempat aku menaruh beberapa alat tulis. Aku menghembuskan nafas ke udara lalu segera masuk ke kamar mandi.

**

            Tiba-tiba seseorang mengagetkan ku dengan menyodorkan sebuah buku di hadapan ku. Di depan covernya aku melihat tulisan "Bagaimana Cara Melupakan" sebagai judul buku itu. Buku yang aku tidak ketahui siapa penulisnya itu membuatku seketika mengangkat wajah untuk melihat siapa seseorang yang sedang berdiri di hadapan ku sekarang. "di baca, siapa tau ada manfaatnya." Cetus seorang laki-laki di depan ku yang sedang menggendong satu tali ranselnya, lalu seketika pergi.

            "Beny tunggu!" teriak ku sembari menyusulnya jalan ke luar kelas.

            Aku dengan susah payah bersama bawaan ku yang begitu banyak di tambah lagi harus memegangi buku yang di berikan oleh Beny, harus berhenti di hadapan Beny dengan nafas terengah-engah. "gak usah terlalu peduli sama aku, buku ini gak akan mempan. Aku tahu apa yang harus aku lakukan." Ucapku sembari melemparkan buka itu tepat di depan dada Beny.

            "sampe kapan kamu gak akan nginjinin orang lain buat ngisi hati kamu?" tanyanya berusaha mengiringi langkah ku yang terus maju ke depan.

            "aku masih nyaman sama keadaan begini. Kalo aku sudah siap, aku gak bakal kok nolak orang baik yang selama ini udah datang ke aku." Jelasku dengan tetap tidak menghentikan langkah.

            "seberapa penting sih dia buat kamu?" tanyanya lagi.

            Aku menghentikan langkah ku dan menatap Beny tajam "ini bukan tentang seberapa pentingnya dia buat aku, tapi ini tentang aku yang masih trauma pernah melangkah di jalan salah."

            "aku peringatkan sekali lagi ke kamu untuk tidak usah mengurusi hidup ku lagi, btw untuk perhatian mu yang kemarin-kemarin thanks ya." Lalu aku pergi meninggalkan Beny yang masih mematungkan kaki di depan koridor kelas.

**

            Sibuk aku berkutat dengan laptopku bersama secangkir capucinno hangat dan sepotong cake coklat di hadapan ku. Aku lelah memikirkan sikap orang sekitar ku yang semakin menyebalkan, mereka terlalu mengurusi hidup ku, semua itu membuat ku muak! Rasanya ingin ku maki mereka semua, memberi tahu bahwa aku tidak butuh petuah mereka, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku menyentuh kepala ku dan menyisir rambut depan ku ke belakang dengan kesepuluh jari ku.

Perfect SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang