part 51

4.3K 313 7
                                    

#part 51

#R.D.Lestari.

Tap!

Sebuah sentuhan tepat di bahunya membuat jantungnya terasa berhenti berdetak saat itu juga.

Dengan rasa takut yang teramat sangat, Jodi memutar tubuh perlahan, dan ...

Klek!

Lampu tiba-tiba hidup dan menerangi seluruh ruangan, mata Jodi mendelik melihat seseorang dengan raut wajah ketakutan dan tubuh yang menggigil kedinginan.

"Bapak!" pekiknya.

Sudiro serta merta memeluk tubuh anaknya dengan erat. Tangisnya pecah saat itu juga.

"Sudah, Pak. Sekarang ayo, Kita pergi dari sini," seru Jodi seraya mengangkat tubuh bapaknya dan memapahnya.

Sebelum mereka pergi, Jodi mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Kamar mayat? mereka berada di kamar mayat! bagaimana bapaknya bisa sampai di sini?

Bunyi brankar rumah sakit mendekat, Jodi dan Sudiro mempererat pegangan mereka. Entah apa lagi yang sedang menunggu mereka diluar sana, Jodi dan Sudiro menunggu dengan was-was.

Ceklek!

Terdengar derit pintu yang terbuka perlahan. Jantung Jodi dan Sudiro bergemuruh, harap-harap cemas.

Seraut wajah menyembul dari balik pintu. Matanya melotot menatap  Sudiro dan Jodi.

"Waaaa! hantuuu!" pekiknya dan berlarian meninggalkan brankar  berisi mayat yang di tutupi kain putih begitu saja.

Jodi dan Sudiro saling berpandangan. Mereka serentak menghela napas lega. Sudah kembali ketempat normal, sepertinya.

Benar saja, saat mereka keluar dari ruangan, sekitar rumah sakit kembali ramai layaknya rumah sakit yang masih beroperasi pada umumnya.

Orang-orang hilir mudik dan saling menyapa. Berbeda dengan sebelumnya, Rumah Sakit gelap dan tak terlihat satupun orang di sana.

"Pak? apa barusan kita masuk dunia lain? Jodi pernah baca cerita seperti ini di salah satu majalah misteri," ucapnya saat berjalan beriringan dengan bapaknya.

"Bapak juga ga tau, Jodi,"

"Trus, Bapak kenapa bisa sampai di kamar mayat?"

Sudiro terdiam dan bergidik ngeri. Mengingat kejadian aneh yang baru saja Ia alami.

"Bapak kayaknya tadi di culik perawat jadi-jadian," jujurnya.

"Rumah sakit ini memang mengerikan, tapi lebih mengerikan toko kita, Pak,"

Sudiro menghentikan langkah saat mendengar penuturan Jodi barusan. Jodi pun terpaksa berhenti dan menatap bapaknya penuh tanya.

"Ada apa, Pak?"

Sudiro terdiam sejenak, tapi sejurus kemudian Ia membuka mulutnya.

"Apa Kamu lihat pocong besar juga di dalam gudang?" tanyanya dengan suara rendah, nyaris berbisik.

Jodi mengangguk. " Ini tak bisa dibiarkan, Bapak harus segera minta maaf,"

Jodi semakin bingung dengan ucapan bapaknya kala itu, tapi Ia hanya mampu mengangguk. Kembali melanjutkan langkah menuju kamar bapaknya dimana ibunya sudah menunggu.

***

Esoknya, Sudiro sudah di diperbolehkan untuk pulang. Namun, karena kondisinya masih belum fit, Sudiro memperbolehkan Jodi untuk membuka toko.

Jodi tentu menyambut baik itu. Ia tak mau menyerah pada Indah. Jodi tak membuang kesempatan ini. Ia yakin, dilubuk hati Indah yang terdalam, Ia juga punya perasaan yang sama.

Dendam Arwah BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang