3. Senin Penting

1.1K 76 2
                                    

KOTAK berbahan styrofoam di atas meja makan menarik perhatian Sandy begitu ia keluar dari kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KOTAK berbahan styrofoam di atas meja makan menarik perhatian Sandy begitu ia keluar dari kamarnya. Kakaknya, Denis, terlihat sibuk membuat teh hangat di dapur hingga ia menyadari kehadiran Adiknya pagi itu. Sandy menaikan dua alisnya keheranan, ada dua porsi bubur ayam saat styrofoam itu di buka. Lalu ia pun berpikir, dari mana Denis mendapatkanya sepagi itu. Sedangkan Mama ia ketahui sedang dinas malam. Papanya pun sudah tak di rumah karena selalu berangkat lebih pagi untuk mengajar di sebuah sekolah swasta di Jakarta.

"Nggak tahu enak apa nggak. Gue beli di depan Alfa depan." Denis berucap sambil menyuguhkan secangkir teh untuk Sandy.

"Lo ngapain sih Kak? Gue bisa cari sarapan sambil berangkat kali."

"Biar lo nggak kesiangan. Udah buruan duduk! Makan dulu."

Sandy pun hanya bisa mengiyakan intruksi Kakaknya. "Kayak anak sekolah aja gue. Pagi banget sarapannya. Kak... gue udah biasa sendirian di rumah, besok kagak usah gini-gini ya. Kan lo juga kerja."

Denis menatap Sang Adik dengan mata berbinar. "Hehehe... selagi masih bisa tauuuu!!!! Kalau gue udah nikah, lo nanti kangen loh sama gue."

"Nikah sama siapa gue tanya?!" Sandy menyambar secepat kilat. Pertanyaanya pun terdengar penuh dengan cibiran.

"Ya Ivan lah, emang siapa lagi?"

Mulutnya sudah hampir menempel di bibir gelas, tapi Sandy malah mengurungkan niatnya untuk menyeruput teh hangat yang masih mengepulkan asap itu. "Lo kalau mau maen-maen sama dia, silahkan. Tapi kalau sampe dia jadi laki lo, gue sih nggak kasih."

Denis mendecak, "omongan lo, kayak udah paling tahu soal dia aja. Sok tua!"

"Eh bukannya gue sok tahu atau sok tua. Cowok aneh kayak mayat hidup begitu lo demenin. Selama lo tiga tahun di Singapura dia mana ada dateng kesini nengokin Mama Papa. Sekalinya dateng cuma bodyguard-bodyguardnya yang bikin mata tetangga kepo. Seolah-olah lagi di tagih hutang aja gue. Kagak pernah setor muka, tiba-tiba ada omongan mau nikahin lo? Gila kali!"

"Yaa kan dia emang sibuk. Banyak karyawan yang bergantung nasib sama dia. Gue lebih paham karena tiap hari gue lihat sendiri."

"Tau! tapi kan katanya lo calon bininya, masa nggak di prioritasin. Lo tuh anak orang, bukan keluar dari batu Kak. Seenggaknya dateng kek sini baik-baik, temuin Mama Papa." Sandy menyanggah lagi kalimat pembelaan dari Kakaknya. "Nggak lah... gue udah bad feeling sama dia. Mendingan lo cari gebetan baru, mumpung sekarang lo udah di Jakarta."

Denis membalas dengan tegas, "nggak mau, nggak ada yang seganteng, sebaik, seperhatian Ivan!"

"Dih, susah emang kalau ngomong sama orang yang udah bucin." Sandy menutup styrofoam yang sudah tidak berisi. Membungkusnya ke dalam plastik untuk di buang di dapur. "Sama Bang Nathan aja tuh. Dia baik banget orangnya. Manusia tersabar yang pernah gue temuin mungkin, mana ganteng lagi. Cowok lo mah menang banyak bodyguard doang!"

Sweet Escape [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang