05

158 20 2
                                    

"Runa, kamu bisa kesini?" Minley menghubungi Runa karena ia sudah tidak ingin mengurusi Reuben yang kian manja tersebut. Apa-apa mau dilayani, bikin ilfil saja si Reuben itu! 

"Sepertinya tidak bisa, Kak. Dari tadi aku muntah-muntah terus, kepalaku juga pusing banget." Jawab Runa yang lebih seperti keluhan tersebut.

Minley menghela nafas, mungkin itu karena usia kehamilan Runa yang masih muda membuatnya seperti itu. Memang jodoh Reuben dan Runa sampai sakit saja berbarengan.

"Maaf, Kak Minley butuh bantuan?" Tanya Runa.

"Itu... Reuben sakit." Cicit Minley.

"Kak Minley... Tidak kerepotan kan?" Perkataan Runa sejenak terhenti. "Maaf, sepertinya aku tidak bisa kesana." Lalu terjeda lagi. 

"Aku ingin muntah lagi. Aku tutup ya Kak!" Putus Runa sepihak. Maaf Kak Minley, bukannya Runa tidak mau membantu tapi memang sewajarnya Kakak juga bersama Kak Reuben. Batin Runa.

Minley menatap ponsel yang layarnya sudah redup lalu menghela nafas.

"Minley... Minley!" Reuben kembali memanggil Minley.

Minley dengan langkah berat menuju Reuben.

"Apa?!" Tanya Minley dengan nada malas dan ketus saat sudah berhadapan dengan Reuben.

"Bantu aku, aku mau mandi." Reuben merentangkan kedua tangannya.

Minley mengerutkan keningnya, kesal. "Kamu sakitnya bohongan ya? Mana ada orang yang sakit demam ingin mandi?!" Reuben memang seperti itu, pantang ditolak keinginannya!

"Boleh Minley, asal mandi dengan air hangat." Jelas Reuben. "Aku gerah dan tubuhku terasa lengket banget. Kamu juga jadi tidak nyaman kalau dekat aku, bau."

Minley memutar kedua bola matanya. "Tenang, tidak usah khawatir, aku tidak mau dekat-dekat kamu kok!"

Reuben menatap Minley dengan tatapan melas minta dikasihani.

"Aku siapkan air hangat saja, kalau kamu mau mandi, mandi sendiri!"

"Tanganku lemas banget, tidak bisa menekuk tangan terlalu lama. Kalau aku mau menyabuni punggung bagaimana?"

Minley menghirup nafas sebanyak-banyaknya lalu mengeluarkannya, kata-kata makian rasanya sudah berada di ujung lidahnya untuk diucapkan pada Reuben.

"Kamu takut tergoda ya?" Reuben menaik turunkan alisnya, meledek.

Minley menaikkan alisnya. "Aku?" Minley menunjuk dirinya sendiri. "Tidak salah? Kamu kali!"

Reuben terkekeh. "Iya, aku sih tergoda." Jawabnya mengakui seraya tersenyum centil.

Mendengar jawaban Reuben yang bagi Minley kurang ajar tersebut tak ayal membuat emosinya tersulut. Minley mendekati Reuben lalu memukuli lelaki itu di bagian tubuh yang bisa ia pukuli dengan bantal, tidak peduli dengan keadaan Reuben yang masih sakit tersebut.

"Aduh sakit, Minley!" Reuben berusaha memegangi kedua tangan Minley agar tidak lagi memukulnya, namun karena masih sakit, tenaganya tidak seperti biasanya.

Minley tidak peduli, ia terus melancarkan pukulan pada tubuh Reuben, meluapkan kekesalan yang sudah ia pendam sejak Reuben sakit dan terus menyuruhnya ini itu!

"Rasakan ini, hah! Dasar mesum!"

"Awh... Minley!" Reuben akhirnya mengerahkan seluruh tenaganya untuk menghentikan pergerakan Minley.

Hingga...

Entah bagaimana caranya, posisi Minley kini berada di bawah Reuben. Mereka sejenak terdiam dengan nafas yang tersengal-sengal.

Reuben menatap Minley dengan lembut. "Tubuhku masih sakit, sayang..."

"Tsk... Alasan! Awas deh!" Minley berontak di bawah kungkungan Reuben.

Reuben menggelengkan kepalanya. "Tidak mau, Em... Sepertinya ini waktu yang tepat buat aku kasih nafkan batin untuk kamu."

Mata Minley terbuka lebar.

Hingga tiba-tiba...

"Kak Minley!" Suara panggilan yang berulang tersebut membuat Minley tersadar, dengan sekuat tenaga ia menyingkirkan Reuben yang berada di atasnya.

"Awh, Minley!" Reuben mengeluh kesakitan.

Sementara Minley, keluar dari kamar menghampiri seseorang yang terus memanggilnya. "Iya, Satria, tunggu!"

___

"Kak Minley, jadi mau ke tempat pembibitan?" Tanya Satria segera saat melihat Minley muncul menghampirinya. Mereka memang sudah merencanakan agenda ini sejak lusa kemarin.

Minley mengangguk. "Sebentar ya Satria, aku ambil jaket dulu."

Satria mengangguk, lalu tersenyum manis. Manis... Sebab Satria memiliki wajah manis yang sedap dipandang mata.

___

"Kamu mau kemana?" Reuben muncul dengan jalan yang agak tertatih-tatih, sakit kepalanya belum juga mereda.

"Aku mau pergi dulu sama Satria, kami sudah janjian." Jawab Minley yang sedang merapihkan dirinya. Astaga, aku lupa mengajak Satria masuk! Batinnya.

"Satria? Siapa? Apa? Masuk? Kamu biasa membawa masuk laki-laki ke dalam rumah, hah?" Reuben memegangi lengan Minley yang akan beranjak. "Lalu siapa Satria, ha?"

Minley menatap Reuben heran. Darimana Reuben tahu? Perasaan, aku tidak mengucapkan apapun?

"Siapa Satria, hah? Kekasih kamu?" Tanya Reuben sinis.

"Melantur kamu! Satria anak Pak Romi, ketua RT disini."

"Kamu mau kemana?" Tanya Reuben ulang.

"Aku dan Satria mau ke tempat pembibitan tanaman, aku mau coba tanam sayuran lain." Jawab Minley. Ia sudah berhasil melepaskan genggaman Reuben padanya.

"Aku sedang sakit, kamu tetap memilih pergi?" Reuben seakan tidak percaya jika Minley tega meninggalkannyaya meskipun keadaannya sudah jauh lebih baik.

"Sebentar saja ya, pulangnya aku belikan makan siang. Oke?"

"Tidak bisa, tidak boleh, aku tidak mengizinkan!" Reuben memegangi lengan Minley erat.

Sementara di sisi lain, Satria yang sudah agak lama menunggu Minley diluar berinisiatif masuk. "Maaf Kak, aku masuk."

Hingga akhirnya, Minley berhasil melepas pegangan tangan Reuben lalu segera menghampiri Satria.

"Maaf, Kak Minley sedang ada tamu ya?" Tanya Satria menatap lekat Reuben.

#

27 Januari 2023 - 09:59

Ingat melanjutkan cerita ini karena ada yang komentar, hehe. Terima kasih Kak Mujitego :)

HEARTSTRINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang