Prolog

41 1 0
                                    

"Aku tidak seharusnya seperti itu... " Rian menunduk, tak berani melihat ekspresi Farah.
Tidak tahu apa yang sebenarnya Rian pikirkan, emosi Farah semakin tidak karuan. Tidak dapat dipungkiri ia memang senang, setelah sekian lama ia menunggu lelaki aneh itu untuk akhirnya bicara. Tapi kenapa sekarang? Kenapa baru sekarang ketika semua telah terlambat? Dan ucapan Rian tadi hanya memperkeruh keadaan.

"Kenapa baru sekarang?" Farah menatap Rian lekat-lekat.

"Dulu... aku masih bingung. Dan terlalu bodoh."

"Memang! Memang kamu bodoh!" Farah berdiri dari tempat duduknya. Ia merasa gerah akan sifat Rian. "Setelah bertahun-tahun... kamu tidak jelas! Selama ini aku yang mati-matian mengejarmu kamu anggap apa?! Selalu berharap kamu mau memilikiku. Bahagia dan sedihku untuk kamu selama ini percuma! Dan kamu juga percuma. Semua terlambat. Seharusnya kamu ucapkan itu 14 bulan yang lalu!"

Sadar airmata Farah mulai meleleh dari ujung matanya, Rian berdiri menghampiri Farah dengan pandangan penuh penyesalan. Ia berusaha menyeka airmata Farah, "Far, aku..."

Farah menepisnya. "Aku cape, yan," ucapnya dengan suara yang nyaris tidak terdengar.

Rian hanya mematung di tempat melihat Farah yang berjalan cepat meninggalkan kelas yang terasa mulai menyesakkan. Rian menunduk. Tidak menangis. Ia meremas kemeja merah tua yang ia kenakan. Seakan menahan rasa sakit hati yang selama ini ia rasakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who You Really Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang