1.1

27 9 1
                                    

Kini terlihat Kang-Dae, yang mulai memasuki sebuah aula yang sangat besar, penuh dengan para petinggi negara dan orang-orang paling penting di Korea.

Dimana sekarang Cyan telah menghampirinya untuk bertemu dengan Atlas, pemimpin baru dari perusahaan mereka, dan kini Kang-Dae pun berkenalan secara langsung dengan Atlas, yang tak lain adalah Lee Seo-Jun, putra tiri dari tuan Lee Han-Wol.

Terlihat dari wajah Kang-Dae yang dingin pada Seo-Jun, membuat pria itu merasa tidak senang akan ketua geng Blackwolf tersebut.

Namun, mau bagaimana pun dia harus menjaga sikapnya, karena ayahnya sangat menyukai kerja keras dari Kang-Dae. Terlebih lagi ini adalah pestanya, jadi dia harus menikmatinya selama acara penyambutan berlangsung.

Di tempat lain, Ha-Neul yang berada di lantai dua gedung aula tersebut, tengah memperhatikan semua orang yang datang malam ini, termasuk menunggu kedatangan dari kakaknya yaitu Ha-Yeon. Ha-Neul yang terus memperhatikan sekitar, seketika pandangannya terhenti pada seorang pemuda yang tak lain adalah Kang-Dae.

Kini, Ha-Neul pun teringat dengan wajah di foto anggota Blackwolf, dia yakin dengan memastikan jika Kang-Dae merupakan anggota dari geng, yang berhubungan ayahnya untuk menjalankan bisnisnya.

Dia pun terus memperhatikan pemuda itu, sampai pada dimana dia melihat tatapan Seo-Jun yang tidak menyukai Kang-Dae, dari sini Ha-Neul semakin penasaran dan mulai menyusun sebuah rencana, untuk mengetahui apa yang telah ayahnya sembunyikan selama ini.

Kemudian, terlihat Ha-Yeon yang memasuki aula tersebut, mencari adiknya yang tak kunjung datang ke hadapannya, dan mengharuskan Ha-Yeon bertemu dengan Seo-Jun.

"Aku pikir kau tidak akan tertarik dengan pesta seperti ini, Lee Ha-Yeon." seringai Seo-Jun yang berjalan mendekati Ha-Yeon, membuat gadis itu sedikit kesal dengan perkataannya seperti sedang menggodanya.

"Dan jangan berpikir, jika aku datang kesini untuk menyambutmu, buang saja jauh-jauh pikiranmu itu."

"Wow! Aku tidak tau jika ayah memiliki putri secantik dirimu, dan aku juga belum melihat adikmu itu, mhm.., siapa namanya? Ahh.. Ha-Neul, yah...,"

"Jangan pernah kau sekali-kali menyentuh adikku, atau aku tidak akan segan untuk membunuhmu Kim Seo-Jun!"

"Oh- Aku sangat takut. Hahaha..! Kita lihat saja nanti, apa yang bisa kau lakukan padaku, jika aku berhasil menyentuh adikmu, bahkan memilikinya." ucap Seo-Jun, yang mendekatkan wajahnya pada Ha-Yeon hingga membuatnya tidak bisa berkutik sedikitpun.

Mendengar itu, Ha-Neul yang berada tepat di belakang Seo-Jun pun menendang belakang lututnya, hingga dia hampir terjatuh dan menunjukan wajah kesalnya pada siapapun, yang telah melakukan itu padanya.

"Jika kau ingin menyentuhku, maka bermimpilah, atau bahkan kau tidak akan bisa bermimpi. Karena kau sudah kehilangan akal sehatmu, tuan Lee Seo-Jun." sinis Ha-Neul pada pria itu dan membuatnya semakin geram pada kedua saudari tirinya ini.

Seo-Jun pun kini pergi dari mereka berdua, sebelum kesabarannya benar-benar habis oleh mereka, dia lalu bertemu dengan beberapa klien milik ayahnya, dan berbicara dengan mereka.

Di sisi lain, Kang-Dae yang sedang menikmati minumannya harus dihadapi dengan panggilan dari teman-temannya, yang memberitahukan jika Joo-Won pulang dengan wajah babak belur, Kang-Dae yang mendengarnya kemudian bergegas pulang untuk menemui mereka.

***

Sampai di rumah, Kang-Dae pun memeriksa keadaan Joo-Won yang memang telah babak belur, mereka kemudian menceritakan apa yang terjadi pada Joo-Won. Dia yang tidak langsung percaya dengan apa yang diceritakan temannya pun, kini pergi ke kamar Joo-Won dimana pria itu tengah berbaring di ranjang dengan luka lebam di seluruh wajahnya.

"Jadi, lo berantem sama preman di bar?" ucap Kang-Dae yang melonggarkan dasinya, serta menggulung lengan kemejanya. Joo-Won yang mendengarnya, langsung duduk bersandar di kepala ranjang, sambil menatap sinis kearah pria dingin itu.

"Terus lo peduli sama gue, hm?" ucap Joo-Won, seraya membuat Kang-Dae semakin mendekat padanya, dan meraih kerah bajunya

"Udah gue bilang, ga usah cari masalah kalo gua lagi ga sama kalian! Batu banget si lo?!" emosi Kang-Dae yang mulai memuncak ketika Joo-Won menganggap remeh dirinya.

"Lo siapa ngatur-ngatur hidup gue, hah?! Apa lo bokap gua? Bukan, kan?! Jadi, lepasin tangan kotor lo dari baju Gue! gue mau tidur!" ucap Joo-Won semakin membuat Kang-Dae emosi padanya dan..

Bugh!!-

Kang-Dae yang berhasil melayangkan tinjunya di pipi Joo-Won.

"Denger! Selama lo dalam pengawasan gue, gue berhak ngelakuin apapun sama lo! Dan tangan gue ini, ga sekotor mulut lo yang suka nyicipin jalang-jalang yang ada di bar sana!!" seketika Kang-Dae menghempaskan Joo-Won.

Joo-Won benar-benar marah dengan perkataan Kang-Dae yang menyebutkan, jika mulutnya kotor karena mencicipi beberapa jalang di bar, Joo-Won yang tidak terima pun langsung mendorong Kang-Dae dari belakang, dan perkelahian pun tak terelakan ketika mereka berdua sama-sama berada di puncak amarah.

Min-Jun yang mendengar perkelahian tersebut, kemudian berlari ke kamar Joo-Won bersama yang lainnya, melihat perkelian itu pun Hyun-Ki kemudian melerai serta menampar mereka berdua secara bergantian.

"Lo berdua tolol, atau gimana, hah?! Berhenti berantem satu sama lain, terutama lo, Won! Berhenti mancing emosi Kang-Dae, dia udah banyak bantu kita, selama dia jadi ketua blackwolf dia punya tanggung jawab penuh atas kita, jadi bersikaplah dewasa!" ucap Hyun-Ki dengan keras untuk menyadarkan mereka berdua.

"Terus lo juga Dae, berhenti bersikap kasar sama kita ataupun Joo-Won, gue tahu lo punya kepribadian yang keras, tapi seenggaknya biar ga ada perkelahian dalam kelompok, cobalah buat ngontrol emosi lo." lanjutnya dan kemudian menyuruh yang lainnya untuk beristirahat.

Kang-Dae yang sekarang sudah berada di kamarnya, kini memikirkan apa yang dikatakan oleh adiknya. Ketika Na-Ra memintanya untuk tidak membahayakan dirinya lagi, Kang-Dae yang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya pun semakin bingung, apa yang harus dia katakan pada adiknya nanti.

Karena pikirannya yang benar-benar kacau, Kang-Dae pun tertidur pulas di kamarnya. Hingga pagi pun datang dan sinar matahari pun berhasil membangunkan pemuda itu dari celah jendelanya.

Kang-Dae yang memiliki aktivitas seperti pemuda lainnya pun, kini mulai bersiap untuk pergi ke sekolah dengan Ye-Seung dan Hyun-Ki yang memang berada di sekolah yang sama, sementara Joo-Won, Do-Yun dan Min-Jun pergi ke sekolah mereka yang berbeda dengan ketiga temannya yang lain.

Kang-Dae adalah yang paling sibuk diantara mereka berenam, yang mengharuskannya membawa motor untuk mempermudah segala urusannya.

Kini dia yang telah berada di kelasnya pun, langsung memeriksa semua e-mail yang masuk ke ponselnya, begitu pun e-mail dari Atlas yang langsung menyuruh mereka untuk membereskan beberapa transaksi malam ini.

Kang-Dae yang mulai merasa tidak nyaman di kelas pun, memutuskan untuk pergi ke tempat persembunyian mereka, yang secara tidak langsung diketahui oleh Ha-Neul yang mulai kembali ke sekolah. Dia yang sedang berjalan menuju kantin, berhasil melihat Kang-Dae masuk ke dalam sebuah peti kemas yang terbengkalai, di belakang sekolah tepatnya di depan lapangan.

Ha-Neul yang penasaran pun segera mengendap-endap mengikutinya, lalu ketika Kang-Dae berhasil menyalakan laptop dan membuka beberapa e-mail lain pun, seketika sedikit terkejut mendengar suara barang yang terjatuh sangat keras tak jauh dari pintu ruangan tersebut.

Kang-Dae yang penasaran, kemudian berusaha mendekati pintu, dan mencoba mendengarkan suara dari langkah kaki, ataupun orang berbicara. Setelah itu, dia membuka pintu dan terkejut melihat siapa yang berada di depannya sekarang.

.

.

.

.

tbc?
Just vote and comment, thanks~

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang