31. Rasa ingin tahu

404 69 7
                                    


Semua orang ingin yg terbaik. Walaupun
harus melakukan sesuatu yg membuat hati
merasa sakit.





  "Bingung gimana dok?" tanya Alwi heran.

  "Belum waktunya kamu tau semuanya. Tapi saya akan ceritakan sebagian aja" ucap dokter itu yg membuat Alwi makin heran.

  "Sepertinya pasien mengalami penculikan" ucap dokter itu mulai menjelaskan.

  "Apa?" ucap Alwi tak percaya.

  "Mungkin pasien berusaha melepaskan diri namun gagal. Lalu entah karena Ia dianiaya atau kecelakaan, kami menemukan luka dikepalanya akibat benturan yg sepertinya cukup keras"

  "Kami juga menemukan bekas luka lebam yg masih memerah, sepertinya itu baru-baru saat itu terjadi. Ia dibawa oleh seseorang kerumah sakit ini"

  "Awal pasien dibawa kerumah sakit, kondisinya bisa dibilang tragis. Dengan luka-luka yg masih baru dan darah-darah yg keluar dari luka-luka tertentu. Pasien sempat mengalami kritis, tapi kami bersyukur bisa menyelamatkannya. Walaupun takdir membuatnya menjadi koma" jelas dokter itu.

  Alwi menatap dokter itu tak percaya, dadanya terasa sangat sesak setelah mendengar penjelasan dokter itu. Siapa yg berani menculik anak dari pengusaha terkenal? Lalu kenapa orang tuanya tidak menyelamatkan Ilham? Apa Ilham sempat menghilang sebelumnya?

  "Siapa yg bawa pasien kesini dok?" tanya Alwi.

  "Orang itu meminta merahasiakannya dari orang lain" jawab dokter itu.

  "Tapi saya bukan orang lain dok. Saya kakaknya" ucap Alwi menatap tak terima dokter itu.

  "Tapi bagi orang itu kamu orang lain" ucap dokter itu yg bangkit dari duduknya.

  "Saya ada jadwal sekarang. Kamu boleh pergi" ucap dokter itu yg mengambil perlengkapannya.

•••

  Alwi pulang dengan wajah yg tertekuk, Ia ingin menjaga Amelia karena ibunya itu baru siuman. Tapi Amelia justru menyuruhnya pulang agar keluarganya tidak cemas dan tidak curiga padanya.

  Sudah kesal dengan dokter yg tidak mau menjelaskan secara menyeluruh, dibuat lagi kesal dengan ibunya.

  "Huh! Nyebelin banget!" ketus Alwi cemberut sembari menghentakkan kakinya.

  "Baru pulang?" tanya Ridho yg duduk diruang tamu sembari memegang ponselnya.

  "Ngga, ini baru mau berangkat. Yaiyalah, baru pulang" ketus Alwi yg segera pergi ke kamarnya yg membuat Ridho terkejut dan heran sendiri.

  "Udah gila kali tuh anak ya?" monolog Ridho.

•••

  Alwi memasuki kamarnya, Ia tidak segera mengganti pakaiannya justru Ia langsung membaringkan tubuhnya dengan terlentang pada kasurnya.

  Banyak pikiran yg Ia pikirkan saat ini. Banyak pertanyaan-pertanyaan yg memenuhi kepalanya.

  "Sebenarnya apa yg terjadi sih? Kenapa bisa orang-orang disini ngira gua Ilham sedangkan Ilham sekarang ada dirumah sakit? Gimana bisa orang-orang disini ga bisa bedain mana Ilham sama mana gua?" monolog Alwi menatap langit-langit kamarnya itu.

  "Apa yg harus gua lakuin ham? Satu sisi gua bahagia hidup begini tanpa lo dikeluarga ini, tapi satu sisi gua mau hidup bahagia juga sama lo. Tapi itu ga mungkin, karena kalau ada lo disini pasti kasih sayang mamah sama papah jatuh ke lo semua" monolognya merasa ragu.

  "Mungkin memang harusnya lo ga terlahir ham. Karena kalau lo ga terlahir, mungkin semua ga akan serumit sekarang" monolog Alwi yg memilih tidur tanpa mengganti pakaiannya.

•••

  Malam hari tiba. Semua berkumpul untuk makan malam seperti biasa namun ada yg berbeda kali ini. Alwi yg nampak terdiam saja dan Ridho yg senyam-senyum sendiri.

  "Lo napa sih bang? Senyam-senyum sendiri, udah kayak orang gila aja lo" ucap Gilang menatap horor Ridho.

  "Gua lagi senang Gilang. Plis lah jangan bikin kesenangan gua pudar" ucap Ridho merotasikan matanya.

  "Lagi lo begitu, kan takutnya lo gila. Kalau lo gila kan bisa gua bantu hubungin pihak rumah sakit jiwa kak" ucap Gilang yg mendapat delikan tajam dari Ridho.

  "Dia abis kencan sama pacarnya, Gilang" ucap Selly tersenyum jail pada Ridho.

  Alwi yg sedang minum refleks memuncratkan air yg diminumnya, Ia terkejut jika kakaknya memiliki kekasih.

  "Kak? Lo.. lo punya pacar?" tanya Alwi tak percaya, seorang Ridho yg memiliki sifat tengil bisa memiliki kekasih juga? pikir Alwi.

  "Iya kenapa? Iri lo?" tanya Ridho meledek.

  "Hah? Iri? Ogah amat gua iri sama lo. Gua cuma kaget aja seorang Ridho yg tengil kayak lo bisa punya pacar juga" ucap Alwi yg meledek balik Ridho.

  "Ohh, lemes juga tuh mulut ya. Belum aja disumpelin itu" ucap Ridho yg membuat Alwi tertawa.

  Ridho tersenyum melihat tawa Alwi, "Jangan pernah hilangin tawa lo ham" ucap Ridho yg membuat Alwi mendadak menghentikan tawanya dan menatap heran Ridho.

  "Hah? maksudnya?" tanya Alwi heran.

  "Ga usah diladenin ham. Kakak kamu mah emang begitu" ucap Selly geleng-geleng.

  Suasana menjadi mendadak hening, semua sibuk makan hingga Alwi menyelesaikan makannya paling awal.

  "Apa semua benar-benar sayang sama Ilham? Apa selama ini Ilham selalu hidup bahagia?" tanya Alwi yg memecahkan keheningan.

  "Ilham, kenapa kamu tanya begitu sayang? Semua sayang kok sama Ilham, siapa yg bilang kalau kita ga sayang sama Ilham?" tanya Olivia yg terkejut dengan pertanyaan anaknya.

  "Iya sayang, kita bahkan rela lakuin apapun demi kamu nak" ucap Selly menimpali.

  "Kenapa nanya gitu ham? Kita semua sayang sama lo, termasuk gua. Buktinya dulu lo selalu nempel sama gua" ucap Ridho meledek, namun Alwi sedang serius jadi tidak terbawa emosi.

  Alwi terdiam sejenak, haruskah Ia menanyakan hal yg ingin Ia tanyakan? satu sisi Ia tidak mau menanyakan hal ini, tapi disisi lain Ia sangat penasaran.

  "Gimana sama kak Alwi?" tanya Alwi yg akhirnya bertanya, Ia penasaran bagaimana reaksi keluarganya jika membahas tentang dirinya.

  Semua mata mendadak tertuju pada Alwi, bahkan Olivia mendadak menghentikan pergerakan tangannya. Ia menegang dan terkejut.

  Begitu pula dengan semua, termasuk David. Ia menatap terkejut Alwi namun Ia mengubah tatapannya menjadi dingin.

  "Ham? Lo-lo udah ingat sama semuanya?" tanya Ridho tak percaya.

  Alwi menggeleng, "Engga kak. Gua cuma tau tentang kak Alwi" jawab Alwi.

  "Ilham. Kita kan ga tau dimana kak Alwi dan gimana keadaannya sekarang, jadi kamu ga usah pikirin tentang itu, oke?" ucap Olivia yg berusaha tersenyum, Ia hanya tidak mau anaknya itu berusaha ingat tentang semuanya dan berakhir seperti dulu lagi.

  "Sebegitu ga pedulinya semua sama kak Alwi?" tanya Alwi yg merasa matanya sudah panas.

  "Bukan begitu sayang, tapi-

  "Tapi apa mah? Apa mamah ga ada niatan buat nyari kak Alwi, nyari tau lewat teknologi sekarang mah. Mamah kan pengusaha butik terkenal, pasti banyak saluran komunikasi mamah. Begitu juga papah" ucap Alwi yg mulai emosi.

  Olivia terdiam, semakin Alwi mengatakan tentang dirinya, Olivia kembali teringat masalalu. Dan dirinya kembali diselimuti dengan rasa bersalahnya.

  "Cukup ham. Jangan nanyain tentang itu lagi" ucap David dingin.



  Bersambung...
Typo bertebaran harap maklum, jangan lupa vote, komen dan follow akun aku setelah baca❤

  Sampai ketemu di chapter selanjutnya👋❤

Hati Yang Retak || Alwi Assegaf [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang