Suasana bandara ramai dipadati oleh rombongan keluarga yang hendak bepergian untuk mengisi libur sekolah. Gemma dapat melihat antrian check-in salah satu maskapai yang mengular di dalam.
"Kamu yakin nggak mau ikut kita ke Jakarta, Gem?"
Harris membuyarkan fokusnya. Lelaki itu berdiri di samping Gemma dengan ransel tersampir, koper di sebelah kiri dan tangan kanan menggandeng Kim. Gemma yang membawa koper besar lainnya berisi pakaian Kim hanya menggeleng.
"Aku butuh sendirian dulu kayaknya, Ris. Healing."
"Healing kok bertapa di rumah ngurusin kerjaan. Healing tuh jalan-jalan ke Bali, cari suasana baru." Harris mengompori Gemma, meyakinkannya untuk ikut serta dalam flightnya yang berangkat tidak lama lagi.
"Ih, healing orang beda-beda tau, Ris. Nggak bisa pukul rata. Lagian percuma juga ke Bali libur sekolah gini, bukan liat laut tapi lautan manusia. Males banget." Gemma menggerutu.
Harris tertawa renyah. Tidak lama kemudian punggung tegap Harris memasuki ruang check-in sementara Gemma dan Kim berdiri menunggu di luar. Setelah 30 menit penuh Harris di dalam, akhirnya ia keluar. Mereka bertiga duduk di kursi besi. Kim asyik membaca komik yang ia bawa dari rumah, sementara Gemma dan Harris duduk diam. Sama-sama enggan membahas kejadian tempo hari.
"Biru gimana?" Harris sudah tidak tahan menahan gatal di mulutnya. Lebih baik ia membahas sekarang dibanding nanti ketika mereka sudah terpisah jarak.
"Maksud kamu setelah dia muntah, tidur di sofa rumah, terus balik pagi-pagi buta tanpa pamit?" Harris mengangguk, "Nggak ada kabar apa-apa dari dia setelah itu."
"Kamu nggak coba cari ke kampusnya?"
"Buat apa?"
"Buat nuntasin masalah kalian. Dalam kondisi sadar."
Gemma berpikir sejenak. "Rasanya nggak ada yang perlu dibahas lagi. Malam itu... aku sama dia udah ngobrol sebentar. Walaupun aku nggak tau dia ingat semuanya atau nggak."
"Bapak sama Ibu udah tau?"
"Hanya tau sebatas aku nggak bisa ngelanjutin lagi rencana nikah sama Biru, untuk alasan lainnya, aku belom berani bilang."
"Nanti aja bilang pelan-pelan, Gem. Mereka pasti pengen tau juga."
"Rencananya sih gitu, Ris. Yang jelas nggak sekarang."
Harris mengangguk setuju. Untuk beberapa lama mereka hanya duduk terdiam menatap orang yang berlalu lalang di hadapannya.
"Gem, menurut kamu, kalau kita memutuskan untuk nyoba berumah tangga lagi, berapa persen keberhasilannya?"
Gemma menoleh cepat ke arah Harris, menatapnya seakan dia sudah menyengatnya. Yang ditatap hanya terdiam, tidak menatap balik.
"Kenapa nanya gitu?"
"Kepikiran aja. Jawab dong, Gem."
Gemma berpikir sejenak. Beberapa kemungkinan berkelebat dalam benaknya. Ia harus berhati-hati untuk memberikan jawaban.
"Menurut aku zero sih. Masalah terbesarnya ada di aku, Ris. Aku kayaknya nggak bisa lagi percaya sepenuhnya sama kamu. Bayangin misal nanti kamu keluar sama temen-temen kerjamu yang ada ceweknya, terus aku cemburu buta. Nyaman nggak sih kamu ada di lingkungan pernikahan kayak gitu? Kalo aku sih nggak."
"Orang kan bisa berubah, Gem."
"Kalo aku yang nggak bisa berubah gimana, Ris?"
"Kalo aku mau nunggu gimana, Gem?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Lining ✅ END ✅
RomancePerjuangan seorang Gemma Andriana dalam menjalani hidup setelah kejadian memilukan 5 tahun lalu. Kedatangan Biru mengubah hidupnya dan memberikan secercah kebahagiaan yang pantas ia dapatkan. Ketika ia mulai mengizinkan Biru untuk masuk ke dalam keh...