Samatoki tidak terbangun sendirian.
Pagi musim gugur, diawali dengan hujan. Tak deras. Tapi, juga tak gerimis. Serak daun yang belum dibersihkan basah melekat ke tanah."...." Tapi, ternyata yang basah bukan cuma jalanan dan segala macam benda di luar.
Samatoki bangun dengan banjiran peluh dan napas—juga celana dalam yang ikutan basah. Bikin melotot, bikin senam jantung juga. Sedetik, Samatoki mengira kalau ia baru saja mengompol di usianya yang mau menginjak empat belas di musim gugur tahun ini.
Sial, mampus ia dimarahi ibunya nanti. Karena, anak SMP mana yang masih ngompol, kan?
Tapi, bukan itu. Samatoki di tiga belas tahunnya, tidak sepolos itu untuk laporan pada sang ibu. "Barusan pipisku warnanya putih, sepertinya besok aku akan mati."
Samatoki tahu apa yang baru saja terjadi. Pagi ini Samatoki tidak bangun sendirian, melainkan dengan Samatoki kecil yang baru saja memuntahkan susunya.
Samatoki Aohitsugi, 13 tahun. Satu langkah lebih dekat menjadi seorang lelaki sejati.
.
.
.
.
.
-o0o-
.
.
.
.
.Samatoki belakangan ini merasa terganggu.
Atau sebenarnya, ia hanya penasaran saja. Ibarat anak kecil yang pertama kali lihat film biru lalu jadi mulai membayangkan yang tidak-tidak—hanya saja, Samatoki memang betulan masih anak kecil.
Sosok itu, bisa ia ingat dengan jelas. Tepatnya, karena terus dibayangkan, makanya jadi teringat terus-terusan. Ya, jelaslah. Bagaimana bisa Samatoki melupakannya?
Point of view dirinya yang dengan perkasa menggagahi seorang lelaki omega. Cantik juga indah, punya lelekuk seksi. Lenguhnya dengan nakal terngiang tiap kali Samatoki teringat lagi.
Bagaimana kalau yang dalam mimpinya itu ternyata adalah mate masa depan?
Samatoki selalu berpikiran, kalau besar nanti, dirinya akan jadi seorang alpha gagah yang punya jejak karir sukses. Berkarisma, dan jelas merupakan seorang panutan. Mimpinya yang waktu itu, seakan mengisi penuh ruang hati yang penuh ambisi.
Bagian yang paling mengganjal adalah Samatoki merasa pernah melihat sosok dalam mimpinya. Tak asing, tapi tak kenal juga. Bikin gemas tapi tak tahu juga di mana.
.
.
.
.
.
-o0o-
.
.
.
.Pagi ini, Senin. Tapi, Samatoki sudah dikejar-kejar guru piket karena lari dari hukuman mengepel koridor, gara-gara tidur di kelas.
Malas belajar. Tapi, tak mau dihukum juga. Apalagi pulang ke rumah.
"AOHITSUGI! KEMBALI SEBELUM SAYA PANGGIL KEMBALI IBUMU KEMARI—"
Sialan! Mengancamnya pakai kelemahan Samatoki! Samatoki melipir pada pojok pembatas yang ada di belakang gedung terakhir SMP-nya. Mendongak, kemudian mengira-ngira. Kalau masuk ke seberang, ia tak akan dikejar sejauh itu, kan? Tapi, masalah ke depannya, bisa-bisa—
"AOHITSUGI!!"
Ah, masa bodoh!
Panjat dulu. Masalah nanti, biar diurus oleh dirinya di masa depan! Beruntung, Samatoki bisa mendarat terlebih dahulu sebelum terdengar suara langkah kaki mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ore-Sama Dake Wo Mite
FanfictionAohitsugi Samatoki belum jadi alpha sesungguhnya. Dia masih harus menunggu hasil tes gender kedua, hingga semua mimpi-mimpi besarnya buat jadi alpha perkasa, rupawan serta mapan, bakal terwujud dengan sempurna. Aohitsugi Samatoki sabar menunggu, bia...