Sekali lagi terulang. Secara tiba-tiba dan tak dapat diprediksi oleh semua orang, padahal insiden kemarin baru saja lenyap dari benak warga, kini mereka dihantam oleh ombak keterkejutan. Untuk kedua kalinya. Insiden menggegerkan itu terjadi lagi.
Bayu dan Cahyadi berdiri mematung kala saat itu tengah memutuskan untuk mendalami letak desa bunglon dengan menyusuri, mulai dari area pinggiran sisi desa yang berakhir menyempit ke tengah. Hingga mendapati Tohip yang setengah berlari ke arah mereka, dengan napas tersendat dan raut pucat pasinya Karip beteriak. Tangannya terangkat, menunjuk ke arah dalam hutan yang sepi kecuali pohon yang tertanam acak di sepanjang hutan. Cahyadi masih ingat raut yang Tohip tampilkan kala itu, persis seperti terakhir kali Tohip mengunjungi mereka dan meminta pertolongan perlindungan. Cahyadi dan Bayu mengikuti Tohip yang berjalan tergopoh-gopoh ke dalam hutan, bahkan hampir beberapa kali tersandung yang langsung menaikkan atensi mereka berdua.
Berakhir masum ke dalam hutan yang jauhnya belasan langkah dari sumur, Tohip mengantarkan Bayu dan Cahyadi pada tubuh Karip—pria yang baru kemarin mereka ajak bicara—tergeletak tak berdaya di atas tanah dengan keadaan yang cukup menguras rasa iba mereka.
Cukup mengenaskan. Darah mencuat keluar dari pelipisnya dan mengalir hingga ke rambut, berakhir merembes di lantai. Menurunkan pandangan, mereka dapat melihat tanganya yang menampakkan bekas luka memar macam ungu kebiruan disusul bajunya yang kusut dan lusuh akan tanah. Bau anyir darah bercampur tanah basah segera menyergap kuat indra penciuman mereka membuat Cahyadi refleks menutup hidungnya menggunakan tangan. Bayu segera berjongkok berbeda dengan Cahyadi yang masih mempertahankan raut terkejutnya.
Untuk pertama kalinya Cahyadi ikut andil dalam penanganan awal kasus seperti ini dan melihat keadaan korban untuk sesaat melumpuhkan fokusnya. Selain gambaran dalam cerita novel yang ia bayangkan sendiri, Cahyadi tidak menyangka akan menghadapinya dalam situasi nyata.
Bayu berjongkok kemudian dengan segera mengecek denyut nadi Karip. Jeda sesaat yang terasa lambat baginya untuk mencerna, matanya terpejam erat dan hembusan napas keluar sebelum ia berkata, "Dugaan sementara, waktu meninggal korban kemarin malam. Diduga terkena pukulan pada kepala," Bayu menurunkan pandangan tepat pada balok kayu yang terlempar beberapa langkah dari mereka dan menangkap bercak darah di ujung sisi balok yang mencuat runcing.
"Dengan balok kayu sebagai senjata pembunuhan," lanjutnya sembari meraih ujung kaos Karip dan menyingkapnya sebatas dada. Cahyadi membulatkan matanya diikuti ringisannya yang keluar begitu juga dengan Tohip yang langsung jatuh melorot ke atas tanah, tangisannya kian lama kian keras. Pada area sisi kanan perut didapati lagi sebuah memar yang mirip dengan bagian lengan korban. Kemudian pandangan Bayu berhenti pada bagian ujung jari kuku Karip, banyak tertinggal bercak darah disana.
"Korban melakukan pembelaan diri saat insiden terjadi dengan cara mencakar pelaku," ujarnya sebagai akhir dari investigasi sementaranya sebelum bangkit berdiri.
Mulut Cahyadi setengah terbuka, lantaran entaj masih terkejut untuk mencerna kondisi yang ia alami saat ini atau terpana dengan detailnya investigasi Bayu. Sekarang ia percaya dengan kelihaian Bayu sebagai seorang detektif yang bekerja untuk salah satu divisi penyelidikan di kota.
"Apa yang kau lakukan? Panggil kepala kades," Bayu berujar, menyergap fokus Cahyadi membuatnya mengerjap beberapa kali dan refleks menangguk.
Dengan setengah berlari, Cahyadi berlalu meninggalkan tempat kejadian menuju rumah pak de Teo. Selang beberala detik, warga yang entah bagaimana kebetulan lewat langsung memekik heboh. Rata-rata menampilkan raut yang sama, terkejut, pucat pasi serta beberapa dari mereka berakhir menangis.
Sarung menutup mulutnya smebari terus menatap ke arah Karip di bawah sana, "Ada apa ini? Kenapa..." tak sanggup meneruskan kalimat, hanya isak tangis yang terdengar selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desa Bunglon (END)
Misteri / Thriller(TAMAT) Desa bunglon terkenal dengan peran kamuflasenya. Melawan hukum alam, mereka menukar peran antar kehidupan umat manusia. Dimana kamu adam ditunjuk untuk mengurus rumah, dari memasak hingga berkebun dan kamu hawa yang bekerja demi mendapatkan...