"Kenapa kau kesini?"
Kini giliran Abi yang terdiam bisu. Sembari benaknya mencerna cepat, Abi berusaha menajamkan pendengaran. Suaranya terkesan berat dengan aksen yang terdengar asing bagi Abi.
"Karena kau dalangnya. Kau yang menghancurkan desa bunglon," Abi menjawab tanpa keraguan menyelimuti dirinya.
"Kau yang menghasut warga," ujarnya kini lebih tegas.
Tertawa. Gelak tawa pria itu berkumandang diantara keheningan. Bahu Abi menegang saat dirasanya sebuah tangan hinggap pada pundak kirinya. Berawal dengan elusan pelan hingga berakhir remasan kuat memaksa ringisan Abi untuk mencuat keluar.
"Kau datang karena cewe bodoh itu?" tanyanya diikuti nada meremehkannya.
"Dan tentang siapa yang menghancurkan desa, sepertinya itu adalah kau. Siapa yang membunuh Kusno?" lanjutnya sembari meraih dagu Abi dan mencengkramnya kuat-kuat.
Abi menggertakkan gigi saat kuku tajam milik pria itu menusuk permukaan kulitnya, dagunya seakan ingin koyak sebab ditarik.
Pria itu tertawa sinis sebelum menghempaskan tangannya ke samping, "Dasar keparat bodoh."
Sedikitnya, dalam ambang kesakitan yang menyiksa Abi tetap mengumpulkan informasi sekecil apapun tentang pria itu. Pertama, Abi dapat mencium bau rokok dari helaan napasnya saat berbicara kemudian aroma mint yang sepertinya ia gunakan untuk menutupi jejak bau rokoknya.
"Semua perempuan desa dicuri. Aku sudah mengunjungi gua dan tidak ada bau busuk mayat sama sekali, para warga selalu meninggalkan kotak itu hingga bulan berikutnya. Tidak ada alasan lain kecuali kalian membawanya pergi keluar dari desa. Jika kau tidak menjawabku akan kuanggap semua spekulasiku di atas benar."
Pria itu terkekeh singkat sebelum menepuk pipi Abi dua kali berakhir pada Abi yang membuang wajah ke samping.
"Ternyata kau tidak sebodoh yang kukira."
"Bagaimana caranya kau membawa mereka keluar dari desa dan kemana?"
Pria itu mengambil langkah mundur sembari pandangannya menerawang ke langit-langit. Ekspresinya tidaklah serius, seolah menanggap semua pertanyaan Abi memang akan ia hadapi cepat atau lambat.
"Ketempat yang mereka akan suka. Disnaa mereka mendapatkan semuanya, uang, hidup mewah, kenikmatan. Tenang saja, aku tidak akan membunuh mereka seperti yang kau lakukan."
Abi berdecih singkat, "Kau sedang beradu siapa yang lebih brengsek? Kita sama brengseknya."
Pria itu menyatukan alis kemudian tersenyum tipis yang pastinya tak visa Abi lihat, "No, there is a different. Aku tidak memaksa, aku hanya menwawarkan pilihan dan mereka yang memilih. Kau lupa bagaimana caramu datang ke sini? Kau menerima pilihan yang kukasih."
"Pilihan yang kau kasih pasti tidaklah wajar dinamakan pilihan. Kau memaksa."
Pria itu mengedikkan bahunya sekali, "Aku sebenarnya menyukai keberanianmu, sifat congkak, keras kepala, kau persis seperti ayahmu. Tapi sayangnya kalian lemah karena seorang perempuan," pria itu berujar mengeluarkan pertanyaan ambigunya yang mengundang kebingungan Abi.
"Tapi tidak apa-apa, hari ini kau bisa membuktikan bahwa dirimu ini pantas untuk menjadi anggotaku. Karena pesuruhku sudah kau bunuh dan pesuruhku yang lain sedikit penakut."
Abi tahu pasti yang di maksud Karip, namun tidak tahu pesuruh kedua yang pria itu sebut siapa, yang pasti pria itu telah menghasut warga yang lain lagi atau lebih parahnya mengancam.
Abi ingin mengeluarkan katanya sebelum berakhir dipotong.
"Aku tahu kau ingin melihat dia kan?"
Belum sempat menjawab, Abi mendengar suara tamparan yang cukup keras diikuti rintihan seseorang. Abi kenal betul suara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desa Bunglon (END)
Mystery / Thriller(TAMAT) Desa bunglon terkenal dengan peran kamuflasenya. Melawan hukum alam, mereka menukar peran antar kehidupan umat manusia. Dimana kamu adam ditunjuk untuk mengurus rumah, dari memasak hingga berkebun dan kamu hawa yang bekerja demi mendapatkan...