Bruk!
Aku terbangun dari tidur saat mendengar suara benturan antara buku dengan batu bata. Buku itu sebelumnya berada di pangkuanku, namun aku rupanya tertidur setelah terlalu lama terdiam duduk di bangku taman kampusku.
Aku melihat sekeliling dengan perlahan. Mataku bergerak ke kanan... ke kiri... ke depan... hingga akhirnya leherku mengikuti arah mataku yang bergerak ke bawah. Perlahan aku merasakan sesak di dada, air mata yang mulai menggenangi mata perlahan membasahi dress hitam yang sedang ku kenakan. Menyadari air mataku mulai turun, aku mengadahkan kepala, berusaha menahan air mata berikutnya untuk turun membasahi wajahku.
Ah, sudahlah. Kini air benar-benar membasahi wajahku. Bukan air mata, melainkan hujan yang tiba-tiba turun di cuaca yang cukup cerah ini. Aku perlahan tertawa, dalam hati aku berpikir, "apakah ini kemalangan atau suatu keberuntungan bagiku?" Aku terus tertawa kecil sambil menutup mata walau air mataku terus mengalir bercampur dengan air hujan.
Brrrrr.... Brrr... Brr... Ts.. Tss.. Tss
Aku membuka mata menyadari suara hujan yang perlahan berhen.. tidak. Aku masih dapat melihat air hujan turun di depan mataku, namun suara hujan telah memudar di sekeliling telingaku dan aku tidak lagi merasakan air turun di atas kepala ku. Aku menoleh ke atas dan melihat kain berwarna biru cerah dengan gambar awan, seakan menandakan langit sudah cerah. Ku rasakan tanganku dipegang oleh seseorang. Aku terkejut merasakan kehangatan tangan tersebut pada suhu yang dingin saat hujan ini. Tangan itu membuka jariku satu persatu dan menyodorkan payung biru cerah tadi ke genggamanku tanpa menyebutkan satu kata patah pun.
Ia perlahan pergi menjauh. Aku tidak sempat melihat wajahnya. Aku hanya bisa melihat punggungnya yang menggunakan kemeja berwarna cream dengan celana panjang berwarna putih yang sudah agak kotor pada bagian pergelangan kaki akibat genangan air di aspal jalanan. Dalam kejauhan aku melihatnya memasuki mobil, menyalakan mesin, dan pergi meninggalkan parkiran yang berada di depan taman ini.
Hujan perlahan berhenti dan aku merapikan payung yang tadi diberikan. Aku tersenyum kecil setelah melihat kalimat pada satu sisi payung yang ditulis tangan menggunakan spidol dan tampak sudah agak pudar, "Tomorrow will be better, Little Paul".
Ah, ia punya anak bernama Paul.
YOU ARE READING
Bloom My World
RomanceCrissa sering berusaha menahan air matanya. Ia memiliki beberapa teman dekat, namun ia tidak pernah bisa mengungkapkan rasa sedihnya. Perlahan ia bisa menemukan beberapa alasan untuk tersenyum setelah mendapatkan sebuah payung keberuntungan.