Aku berdiri di depan cermin, menatap pantulan diri ku yang sedang gugup. Aku merapikan kemeja ku yang bagian bawahnya aku selipkan ke dalam jeans ku. Aku mendengus "semoga hari ini lancar". Aku segera mengambil tas ku dan segera pergi meninggal kan kamar.
Sesampai di depan pintu rumah aku tidak tahu kenapa ada perasaan ragu di hati ku. Aku memegang kusen pintu lalu hendak menguncinya, namun aku tidak tahu mengapa aku kembali membuka pintu dan masuk ke dalam rumah lagi. Aku mendecak "ayo Bitah semangat" lalu aku keluar lagi dan mengunci pintu ku. Namun aku membuka lagi dan akhirnya masuk kembali ke dalam rumah. Ada apa dengan aku ini. Jantung ku berpacu lebih keras, keringat mulai bercucuran di sekitar dahi ku.
Pergi, tidak, pergi, tidak, pergi, tidak, .. pergi!
Akhirnya aku memutuskan untuk tetap pergi. Aku harus melanjutkan rencana ku sebelum terlambat. Takut. Jujur sebenarnya aku sangat takut melakukan ini. Tapi.. aku lebih tidak bisa mengkhianati perasaan ku sepertinya.
Aku masih berdiri di depan pagar rumah menunggu taxi yang ku pesan datang. Aku melamun sembari memandangi tiap orang yang berjalan melewati rumah ku. Apa aku yakin akan melakukan ini, aku sangat takut tapi mau bagaimana lagi, batin ku.
Taxi yang sudah sedari tadi ku tunggu akhirnya datang. Sial! Mengapa taxi ini jadi cepat sekali datangnya. Aku belum siap untuk pergi. Dengan takut-takut aku mulai membuka pintu bagian belakang penumpang. Aku menyebut kan satu alamat yang ingin aku datangi, supir taxi itu menganggukan kepalanya mengerti, dan aku mulai mendiam kan diri sepanjang perjalanan.
"sudah sampai mbak" aku memandangi semak-semak yang berada di samping taxi yang ku naiki, sepertinya aku sudah sampai "mbak kita suda sampai" ucap supir taxi itu lagi kepada ku. Aku yang terkejut dengan suara supir taxi itu langsung merubah posisi duduk ku dan merogoh dalam tas ku untuk mengambil beberapa lembar uang.
Aku masih memandangi bangunan tinggi itu dari dalam mobil. Apa aku yakin akan masuk ke sana, tanya ku dalam hati. Langsung aku membuka pintu dan keluar dari taxi itu. Aku masih berdiri tegak di depan bangunan tinggi yang belum pernah aku kunjungi seumur hidup ku.
Mata ku memandangi aspal yang menuju ke arah bangunan itu. Dengan susah payah aku mencoba mengangkat kaki ku untuk melangkah. Satu, dua, tiga, kaki ku berhenti di langkah ke tiga. Jantung ku sangat tidak terkontrol detakannya, di tempat rindang penuh pohon ini aku merasa panas sekali, keringat ku mulai bercucuran. Aku menarik nafas "kamu bisa Bitah, yakin lah!"
Aku melanjutkan langkah ku, angin berhembus kencang sekali mengeringkan sekejap keringat yang bercucuran di tubuh ku. Aku mulai menelusuri beberapa tangga. Aku berharap jumalah anak tangga ini sangat banyak sehingga akan cukup lama aku sampai di depan pintu bangunan itu.
Tidak sampai lima menit tangga ini mampu kuhabisi dengan kedua kaki ku. Sekarang aku berdiri tepat di depan pintu. Aku menarik nafas panjang dan memejamkan mataku "ayo Bitah" .
Aku berusaha melihat ke arah dalam melalui satu pintu yang terbuka. Sepi. Ada hanya satu orang sedang duduk sendiri di sebuah kursi panjang. Ini bukan hari minggu, pantas saja tidak ramai.
Aku mulai masuk perlahan, jalan dengan mengendap-endap seperti maling. "bismillah" ucap ku dalam hati. Aku ingin menghampiri perempuan yang sedang duduk sendiri itu, namun aku takut mengganggunya karena sepertinya ia sedang berdoa atau apalah aku tidak mengerti.
Aku duduk di satu kursi yang sama dengan wanita itu, hanya saja aku memberi jarak yang sangat jauh dengannya agar aku tidak terlihat mengganggu. Aku tidak tahu apa yang hendak aku lakukan setelah duduk. Wanita itu mengarah kan kepalanya kepada ku yang jauh berada di satu kursi dengannya, ia tersenyum hangat, lalu menoleh kearah sebelah kirinya mengambil sesuatu dan berdiri, sepertinya dia sudah selesai dengan kegiatannya di tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Sadness
Teen FictionBanyak orang mengatakan bahagia itu sederhana, namun banyak juga orang yang cukup sulit untuk mencari kesederhanaan itu. Beberapa orang harus merasakan jatuh berkali-kali untuk benar-benar mendapatkan setitik kebahagiaan. Mungkin ini akan menjadi k...