Semuanya begitu rumit dan membingungkan. Dan yang paling menyebalkan adalah aku tidak tahu harus berbuat apa.
_____________Sembagi berusaha mengontrol diri untuk tidak lepas kendali saat melihat Lestari dilempar kue dengan kasar. Perasaan Lestari pasti sakit diperlakukan seperti itu.
"Saya mau uang saya dibalikin!" bentak Bu Benny pada Sansekerta yang masih berdiri melindungi sang ibu.
"Nyusahin aja ngomong sama orang cacat!"
Melihat Sansekerta yang kebingungan berkomunikasi dengan Bu Benny, akhirnya Sembagi mendekat, mencoba membantu. Lagipula Sembagi sudah sangat jengkel dengan wanita tua itu karena terus marah-marah dan meremehkan Sansekerta.
"Maaf, Tante. Bisa gak ngomongnya jangan sambil marah-marah? Bisa gak jangan kasar?" ujar Sembagi sedikit ketus.
Dengan sinis, Bu Benny menatap Sembagi dari ujung kaki sampai kepala. "Siapa kamu? Yang sopan ngomong sama orang tua! Dasar anak jaman sekarang, gak bisa menghormati."
"Terus menurut Tante, datang ke rumah orang sambil marah-marah dan lempar makanan sembarangan itu sopan?" balas Sembagi tak mau kalah yang mana membuat Sansekerta menarik tangan gadis itu agar tidak mencari keributan.
"Itu karena dia gak becus jualan!" Bu Benny menunjuk Lestari. "Kue jamuran kok di jual. Siapa yang gak marah, saya sebagai pembeli jadi rugi, dong!"
"Tapi kan Tante bisa ngomong baik-baik. Gak usah pake segala ngatain orang cacat."
Sansekerta mengusap punggung tangan Sembagi dengan ibu jari, mencoba membuat gadis itu tenang. Bisa dilihat, para tetangga dan orang-orang yang lewat mulai menaruh atensi pada kegaduhan yang terjadi. Mengingat status keluarganya, dari sudut pandang mereka sudah pasti pihak Sansekerta yang bersalah sehingga Bu Benny meluapkan amarah.
"Loh gak salah dong, emang dia cacat. Saya jadi nyesel udah pesen makanan di sini. Jualnya mahal, tapi pake barang murahan, pantes aja cepet banget berjamur. Payah."
Kening Sembagi mengernyit tak suka sekaligus bingung. "Tolong lah, Tante ini orang tua, kan? Bisa gak kata-katanya lebih dijaga? Tante pikir omongan Tanye gak bikin sakit hati?"
Bu Benny menggeram marah. "Kamu ini! Berani-beraninya nasehatin orang tua! Gak usah banyak omong, sekarang balikin duit saya lima kali lipat!"
Kemarahan Bu Benny yang makin menjadi, juga ikut membangkitkan emosi Sembagi. Namun sebelum gadis itu bertindak lebih jauh, Sansekerta mencegahnya dengan menggenggam tangan Sembagi.
"Saya minta maaf, Bu Benny," ujar Lestari usai menenangkan diri. "Biar uangnya saya ganti."
"Gitu dong daritadi!" ketus Bu Benny.
Sansekerta menghela nafas dan memungut kue yang sudah sedikit hancur. Beberapa bagian memang terlihat jamur, tetapi tidak banyak. Hati Sembagi teriris melihat kesedihan yang terpancar dari mata Lestari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Sansekerta (Selesai)
Teen Fiction"𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊𝚊𝚗. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚜𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗?" Sansekerta harusnya punya banyak teman dan digandrungi banyak perempuan. Parasnya...