Everligh 01. Dia yang pergi

9.4K 655 23
                                    


◕𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠◕

Seperti hari-hari biasa, Jarrel masih setia duduk dikursi kerjanya dengan beberapa berkas yang harus ia tanda tangani, didepannya juga berdiri Caka yang asik mendumel namun tak pernah dihiraukan oleh Bos dinginnya itu.

Drttt... Drttt...

Ponsel Jarrel bergetar beberapa kali bahkan ada rentetan pesan yang tak pernah ia baca walau satu katapun, Jarrel mendengus kesal, ia sudah menebak kalau yang menelponnya pasti Asteria istri yang tak pernah ia lirik sedikitpun meski hubungan rumah tangganya sudah berjalan 1 tahun.

Caka menyadari ponsel bosnya yang terus bergetar itu, ia kemudian geleng-geleng kepala melihat sikap tidak peduli pria tersebut.

"Ponselmu bergetar sejak tadi, apa kau tidak merasa terganggu? Angkatlah walaupun hanya sekedar kata 'Hallo' karena pasti istrimu mengkhawatirkan mu dirumah," tegur Caka.

"Aku tidak peduli," jawab Jarrel tanpa mau menatap pria itu, ia masih setia menatap layar laptop didepannya.

"Kau benar-benar tidak bersyukur sekali sudah diberikan istri sebaik dan selembut itu Bos, kalau saja aku jadi dirimu maka tidak akan pernah kulepaskan perempuan itu walau satu detikpun," ujar Caka memanas-manasi dan sepertinya itu berhasil karena Jarrel langsung terdiam.

"Kau ingin perempuan itu?" Caka mengernyit heran melihat jawaban dingin dari pria tersebut. "Ambilah karena aku sudah bosan dengannya."

"Apakah kau tidak memiliki sedikitpun perasaan padanya?" jawab Caka bingung dengan sikap laki-laki itu.

"Tidak, kau tau. Sejak awal aku tidak menginginkan perempuan tersebut, yang kuinginkan hanyalah Daisha Adiknya."

Jarrel ingat saat pertama kali pria itu ingin melamar Daisha dengan semangat empat lima dihadapan Daisy dan kedua Daddy nya namun yang dia dapat malah penolakan keras dari Daisy dengan dalih kalau Daisha masih dibawah umur dan kelakuan gadis tersebut sangatlah kekanak-kanakan.

Kemunculan Asteria membuat Ibunya berubah pikiran dan lebih memilih menjodohkan wanita itu dengan Jarrel, jelas saja Jarrel menolak dengan keras namun kedua orang tuanya sudah merencanakan perjodohan itu jauh-jauh hari.

Dan yang lebih membuat Jarrel kesal adalah pemikiran Asteria yang dengan mudahnya menyetujui perjodohan sialan itu.

"Huh, terserah kau saja cuman jika suatu saat kau menyesal maka aku adalah orang pertama yang akan menertawakanmu," ledek Caka membuat Jarrel mendatarkan wajahnya. "Oh, iya tumben sekali seharian ini istri cantik mu itu tidak mengantarkan lagi makanan kesini."

Jarrel mengedikan bahunya acuh, dia juga sebenarnya agak bingung karena sudah setiap hari perempuan itu selalu mengantarkan sarapan dengan tepat waktu ke kantornya bahkan tidak peduli hujan maupun cerah.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Jarrel menyuruh Caka untuk membereskan sisanya besok karena jujur saja perutnya sudah sangat lapar, ia mendengus karena sudah pasti perempuan itu akan tertidur didepan Sofa karena lelah menunggunya.

Sebenarnya itu tidak apa-apa hanya saja kelakuannya tersebut membuat Jarrel harus mengangkat tubuhnya masuk kedalam kamar Asteria, Jarrel dan Asteria pisah ranjang karena keinginan pria itu sendiri, awalnya  Asteria kekeh tidak mau namun saat Jarrel mengancam akan menceraikan perempuan itu dia terpaksa menyetujuinya.

"Aku titip salam pada istrimu Bos!" riang Caka tak dihiraukan oleh Jarrel yang langsung menutup pintu ruang kerjanya.

Skip

Jarrel melangkah memasuki Mensionya yang tampak sepi dan senyap, ia mencari-cari Asteria yang terbiasa menunggunya atau bahkan saat mendengar suara mobil perempuan itu pasti langsung membuka lebar pintu tersebut, tidak seperti biasa, Jarrel bahkan tak melihat satu Maidpun berkeliaran didepan Mensionya.

EVERLIGH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang