Prolog

110 98 5
                                    

Sekolah Menengah Putri Shin Young
Busan, 20 Okt 2019

Wajah dingin itu memandang keluar jendela kelas menatap lurus kearah lapangan bola basket. Beberapa siswi terlihat lalu lalang dan beberapa lagi duduk santai berbincang ria satu sama lain. Yeon Ji Woo, nama gadis yang dirundung kesedihan berbalut kemarahan yang tak terlampiaskan, meja dengan banyak coretan hinaan dan ejekan adalah hadiah kebencian dari teman teman disekelilingnya. Musik yang diputarnya dari mp3 player adalah satu satunya hiburan yang ia miliki untuk menulikan pemdengaranya dari ejekan dan bullyan teman teman dikelasnya.

Biar kuberitau, Ibu Jiwoo ditemukan tewas lima bulan yang lalu didalam sebuah tong sampah tepat disamping apartemen kumuh tempatnya tinggal bersama sang ibu, dengan kondisi kedua tangan mayat terikat, beberapa luka lebam didaerah pelipis dan bibir lalu satu luka tembakan tepat dibagian dada. Kematian sang ibu membuat emosi gadis berusia 19 tahun itu tidak stabil, tertekan dan memendam amarahnya sendirian lalu melampiaskanya dengan pukulan pukulan yang ia layangkan kesamsak yang tergantung didalam kamar sempitnya.

Memang untuk ibunya sendiri tak selalu sering berada disamping Jiwoo walaupun gadis itu berada dirumah, pekerjaan ibunya yang tidak Jiwoo ketahui membuat sang ibu banyak mengabaikan waktu untuk anak perempuan satu satunya itu. Namun untuk kehilangan sosok ibu, untuk selama lamanya itu pun tekanan besar bagi anak seusianya, meskipun tak banyak waktu yang mereka habiskan bersama setiap harinya namun setidaknya masih ada sosok yang berharga yang akan menemaninya.

Terbiasa sendiri sejak kecil memang bukan masalah besar untuknya. Benaknya terbakar kala mengetahui kematian sang ibu dengan kondisi yang jelas jelas diluar nalarnya. Datang kekantor polisi, menanyakan status penanganan kasus kematian ibunya hampir setiap pekan, namun? nihil dan stuck! hanya dengan jawaban "Masih dalam proses penyelidikan..!" tanpa ada kemajuan satu langkahpun sejak minggu pertama ditemukan jasad sang ibu, bahkan ia tidak diberitahukan hasil otopsi jasad ibunda sendiri oleh polisi polisi itu.

Satu hal yang membuat hati Jiwoo merasakan sesuatu yang mungkin akan dapat membuka sedikit jalan untuknya menemukan jawaban atas siapa pelaku penyiksaan dan pembunuh ibunya agar dapat membalaskan kematian ibunya adalah laki laki dengan segerombol orang orang berjas hitam yang datang melayat dihari pemakanan ibu Jiwoo, orang orang berjas rapi dan mahal yang tak pernah Jiwoo temui namun datang dihari pemakaman sang ibu, tidak mungkin orang asing akan datang kepemakaman orang yang tidak ia kenal bukan?

Dan ketika kedua mata mereka saling bersinggungan, perasaan yakin dalam hati Jiwoo semakin menguat.

'Brak!!'

"Ya! lihatlah jalang sialan ini sedang melamun seperti orang gila!" Teriak gadis berbadan ramping berjalan menggebrak meja menuju kearah Jiwoo diikuti tiga siswi lainya, dan lagi lagi pembullyan tanpa dasar akan dimulai, detik ini adalah kesabaran terakhir yang Jiwoo miliki, dia sudah mencapai batas diamnya.
"Dia mengacuhkanmu SeoJin-a.." Ucap salah seorang siswi dengan rambut dikuncir kuda. Jiwoo masih tak bergeming dengan pandanganya kearah lapangan.

Gadis bernama Seokjin itu mendudukkan pantatnya diatas meja penuh coretan Jiwoo dan menoleh keketiga teman gengnya sembari tersenyum remeh lalu kembali menatap Jiwoo.
"Sialan bajingan miskin!..tatap aku jika aku sedang berbicara denganmu!" Ucap Seokjin sembari melambai lambaikan tangan diwajah dingin Jiwoo.

Salah seorang siswi dari geng itu berjalan kesamping Jiwoo dan dengan kasarnya menarik airphone Jiwoo hingga membuat telinga Jiwoo tersendat sakit membuat Jiwoo meringis dan "BRAKK!!" Keempat gadis itu terkejut akan suara gebrakan meja Jiwoo, tangan Jiwoo meraih buku tebal didalam lacinya.
"YA!! KAU PIKIR KA-" "BUUKK!!" Hantaman kuat dikepala Seokjin membuat gadis itu terjatuh menabrak kursi dan meja membuat gadis itu meringis kesakitan dilantai memegangi kepalanya yang terasa pening.

Salah satu dari ketiganya menolong Seokjin yang masih meringis kesakitan sementara dua yang lain melayangkan umpatan kasar kepada Jiwoo.
"Si Bajingan ini!" Dengan satu pukulan lagi dan tendangan diperut gadis lain dilayangkan Jiwoo tanda kesabaranya benar benar telah melampaui batas menghadapi pembullyan yang dilakukan teman sekelasnya itu.
"Brakkk!!" Tubuh gadis itu menabrak meja dibelakangnya.

"Akh!" Rambut panjang Jiwoo ditarik oleh gadis lain, kedua mata Jiwoo memicing dan dengan lihai mencengkeram tangan gadis itu lalu memutar tubuhnya kebelakang membuat gadis itu melepaskan cengkeraman dirambut Jiwoo lalu dengan sarkas Jiwoo mendorong tubuh gadis itu "BUG!!" ambruk diatas lantai, beberapa siswi yang menyaksikan perlawanan Jiwoo terkejut dan menatap takut kearah gadis berambut pendek sebahu itu.

Dengan nafas terengah engah Jiwoo mengambil kasar tas dikursinya lalu menatap tajam geng Seokjin yang masih meringis dilantai.
"Didikan preman seharusnya begini bukan?!"Ucap Jiwoo dengan mata memerah dan emosi yang masih meluap luap membuat beberapa teman sekelasnya beringsut mundur ketika Jiwoo melenggang keluar kelas.

Bebepara siswi yang berkerumun memberi jalan kala Jiwoo lewat dengan tatapan tatapan tak terkejut tak percaya.
Langkahnya terhenti kala seorang perempuan paruh baya dengan pakaian rapih dan tatapan tajam menghadangnya disaksikan segegrombolan siswi yang penasaran atas keributan yang terjadi.
"Yeon Ji Woo!" Teriak wanita berkarisma dengan wajah tegas yang berdiri beberapa meter dihadapan Jiwoo. Namun dengan tegas Jiwoo memajukan langkahnya, tangan kirinya terlurur melepas paksa PIN marga sekolah dan nama Jiwoo lalu Jiwoo berhenti tepat dihadapan kepala sekolahnya itu, dengan tatapan berani Jiwoo menarik tangan kanan wanita paruh baya itu lalu memberikan marga sekolah dan namanya diatas telapak tangan wanita itu tanpa melepas tatapan tajamnya.

"Kukembalikan milik kalian!" Ucapnya menahan sesak didalam dadanya lalu melenggang pergi berjalan melewati kepala sekolah. "YEON JI WOO!!" Teriak kepala sekolah mencoba menghentikan Jiwoo namun, tak ada respon sama sekali dari salah satu muridnya itu. Hingga tubuh Jiwoo menghilang dari pandangan para murid.

Apartemen Jeongsan
Jiwoo, home

Pintu apartemen itu tertutup pelan, tubuh kurus Jiwoo terduduk bersandar, matanya memandang lurus kabur akan air mata yang mendesak jatuh. Dadanya sesak menahan panas emosi yang tak kunjung dapat ia luapkan kepada siapapun "AAAKKHHGG!!" Teriaknya meluapkan amarah didadanya, tangisnya pecah, tangan kirinya memukul mukul dadanya yang terasa sangat amat sakit "Wae..!! mengapa hidupku sehancur inii!! waee!!..sangat sakit seperti inii eommaaa ahaaahaaa!!.." Sekuat kuat apapun Jiwoo terlihat dihadapan orang lain namun rasa sakit yang ia rasakan tetap akan mengalahkanya dikala ia sendirian!.

Ruangan kecil itu menjadi saksi dua sisi Yeon Ji Woo yang terlihat kuat dan berani juga lemah dan menangis dikala sendiri.

######

Happy reading...
Aku seneng banget bisa nulis lagi di wattpad setelah sekiaaann lama mutusin buat, udah berhenti aja dulu, karna cerita pertamaku gagal dan ngga selesai sampe akhir karna..kesalahan teknis padahal aku udah seneng bgt sama cerita itu yang ngebuat aku semangat nulis setiap hari..but..

Tapi itu udah masa lalu, so sekarang..aku mengadaptasi dari serial movie MY NAME yang diperankan Han So Hae sebagai Yeon Ji Woo (yeon jiwoo) dan Park Hee Soon sebagai Choi Moo Jin ( choi mujin) yang dimana itu drakor dengan genre action terkerreenn parraahh yang pernah aku tonton dan itu jadi nomber one drakor movie favorit aku sampe sekarang..

Aku yakin kalo kalian nonton bakalan sukakk bgt apalagi sama mafia narkoba nomer wahid kelas kakap bapak Choi Moo Jin yang fikss!! jadi.. My Ideal Type SUGAR DADDY..dengan karisma dan aktingnya yang bikin panas dingin..

Jadi termujin mujin kan...😍😍
okay see you in next chapter's my reader's...😽😽

MY NAME (FAKE STORY ver.) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang