01 - Pengawal BaruSelain keputusan sepihak kakek tadi siang. Jeya tak tahu apa lagi yang kakek Jay rencanakan untuk mengatur hidupnya.
Di salah satu kamar tamu sana tak jauh dari kamarnya, ada Haekal yang tengah beristirahat.
"Kak Ardan ..." Jeya merengek pada kakaknya yang baru saja memasuki kamar.
"Apa, Je?"
Tanpa menjawab pertanyaan Ardan, si bungsu memilih menubrukan tubuhnya pada tubuh kekar Ardan, memeluknya manja dengan mata berkaca-kaca.
"Masa aku dikasih asisten pribadi sih? Aku 'kan udah gede, Kak!"
Elusan lembut Jeya rasakan di kepalanya. Disusul dengan kekehan ringan si cucu ketiga.
"Adek kakak udah gede ya sekarang, hm?"
"Jangan ngeledek kenapa sih, Kak!"
"Haha ... siapa yang ngeledek, 'kan kamu sendiri yang bilang kalau kamu udah gede." Si bungsu hanya berdecak sebal namun tidak juga melepaskan pelukan.
Ardan berjalan ke samping layaknya kepiting dengan tubuh keduanya yang masih menempel. Duduk di tepi ranjang lalu kembali mengusap rambut Jeya penuh sayang.
"Emang kenapa sih kalau punya asisten pribadi? Mereka 'kan bisa membantu pekerjaan kita, Je. Abang sama kakak aja punya asisten pribadi masa kamu gak mau."
Jeya masih diam dengan bibir cemberut kesal.
"Malah asisten kamu multitasking, bisa jadi supir sekaligus pengawal, ganteng lagi. Hebat banget 'kan bang Arkha nyariin bawahan yang keren kaya dia?"
"Justru itu, Kak. Dia hampir seumuran sama aku, aku gak mau kejebak canggung sama dia."
"Justru karena kalian seumuran harusnya dia bisa jadi temen yang asik buat kamu."
Pelukan dilepas paksa oleh yang lebih muda. "Maksud kakak apa?"
"Maksud yang mana?"
"Maksud ucapan kakak barusan. Jadi dia emang sengaja direkrut buat jadi temen aku atau gimana?"
"Gak ada yang ngerekrut dia buat jadi temen kamu, Jeya. Kakek ngerekrut dia buat jadi asisten kamu. Kamu tahu 'kan tugasnya asisten apa? Kamu tahu 'kan mas Juan kalau lagi sama bang Arkha kaya gimana?"
Si bungsu terdiam.
"Mereka bisa melakukan apa aja buat atasannya. Termasuk jadi teman curhat."
"Tapi mas Juan gak kerja 24 jam nonstop buat bang Arkha."
"Kata siapa? Kamu aja yang gak tahu itu mah, Je."
Lagi-lagi Jeya hanya bisa menghela nafas pasrah. Baiklah, sepertinya punya pengawal pribadi tidak seburuk yang ia bayangkan meski nanti privasinya akan terganggu karena eksistensi Haekal. Tapi tak apa, setidaknya pemuda itu tampan tidak akan membuat Jeya sakit mata karena berkeliaran di sekelilingnya.
***
Hari pertama Haekal sebagai pengawal-asisten-supir entah apapun sebutannya untuk Jeya. Tepat jam 6 pagi, pemuda tampan itu sudah berdiri di depan pintu kamar Jeya. Entah apa yang harus ia lakukan, yang jelas Haekal hanya bersiap apa bila baby bossnya membutuhkan bantuan.
Oh, jangan berpikir yang tidak-tidak. Haekal hanya tak tahu harus memanggil bungsu Derren itu apa, dan memilih memanggilnya sebagai baby boss. Mungkin nanti akan ia tanyakan, panggilan apa yang sekiranya disukai si gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 3 - (Bukan) Pura-pura Menikah
Teen FictionSelamat datang di We Got Married series! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...