Bab 35 - Sakitnya penolakan

544 190 43
                                    

Ciee yang makin lama yg baca makin hilang. Lenyaaapppp kayak gaji.

---------------------


Izinkan aku mengucapkan kata terima kasih ketika kau baru menyadari apa arti hidupku dalam hatimu. Karena nyatanya kesadaranmu yang terlambat membuatku terpaku di tempat.

"Ada apa?" tegur Fla, saat kedua tangannya berhasil mendorong pintu pagar hitam ini hingga keduanya bisa melihat sosok Dante sedang menunggu di depan pintu rumah kost saat ini.

"Lo lagi sama Dara?"

"Kenapa emangnya?"

"Gue tanya lo lagi sama Dara?"

Mengalihkan pandangannya ke arah kendaraan yang melewati jalanan di depan mereka kini, Fla seolah sedang menghindari percakapan mengenai Dara. Apalagi ultimatum yang Dara berikan sudah sangat jelas bagi Fla. Dia tidak akan mau mengenal Fla lagi jika kali ini perempuan itu masih melakukan hal yang sama. Yakni membuat Dara menjadi umpan untuk buaya Wakanda seperti Dante ini.

"Fla!"

"Apa sih?"

"Lo lagi sama Dara, kan?"

"Kata siapa? Gue seharian ini di kamar, ngecek laporan penjualan. Enggak ada waktu buat nemuin dia. Emang kenapa, hah?"

Dante terlihat kecewa atas jawaban yang Fla berikan. Padahal sebelumnya Natta sudah memberikan informasi yang pasti mengenai keberadaan Dara di rumah kostnya. Namun mengapa Fla seolah sengaja menutupi apa yang dia ketahui.

"Gue ada perlu sama dia?"

Mencibir. Fla bersidekap, menatap Dante tajam. Perang dingin yang terjadi di antara keduanya terlihat seperti sepasang kekasih yang tengah bertengar di jam-jam wakuncar. Bahkan ada beberapa pengendara motor sengaja memberikan bunyi klakson seolah memberikan godaan kepada Fla dan Dante untuk menghentikan pertikaian dalam kisah cinta yang terlihat oleh orang lain.

"Perlu apa sih lo? Kemarin waktu lo berhasil nemuin dia, kenapa enggak sekali lo selesaiin pembicaraan lo?"

"Lo ngomong apa sih, Fla? Lo lupa waktu gue berhasil nemuin dia, sampai di kost, Gusti langsung mengambil alih Dara. Bahkan mereka peluk-pelukan gitu di depan umum. Terus apa masih ada waktu buat gue bicara?"

Sekali lagi mencibir kata-kata yang Dante ucapkan, Fla terlihat tidak terima atas pembelaan Dante.

"Sejak kapan lo butuh waktu buat bicara? Biasanya lo kan tukang paksa. Biasanya lo ngomong terus walau enggak dikasih waktu ataupun kesempatan. Kok kemarin itu melempem kayak kerupuk kena air? Kenapa lo? Bingung? Marah? Lihat Dara sama Dani pelukan. Kasihan banget loh. Padahal nih, gue udah kasih lo banyak kesempatan. Gue anggap sebagai hadiah lo karena mau temani gue balik ke Italia kemarin itu. Makanya sewaktu lo bilang mau ke kampungnya Dara, gue langsung minta bantuan Natta buat siapin semuanya. Tapi apa? Lo malah menghancurkan segalanya, kan? Aneh gue mah sama lo!"

Balik badan, dan berniat untuk masuk ke dalam rumah kost kembali, Dante dengan sigap menahan lengan Fla.

"Maksud lo apa menghancurkan segalanya?"

Bibir Fla meringis. "Gue harap hidup lo enggak kayak Natta. Udah kecebur semuanya, baru berusaha untuk keluar dari jerat bodoh ini. Gue enggak mau 5 atau 10 tahun kemudian, gue ketemu Dara, dan ternyata dia punya anak dari lo. Laki-laki bastrad yang cuma mau enaknya doang, anaknya lo lupain!!"

"Enggak ... enggak. Dara enggak hamil!!"

"BODOH!! GUE JUGA ENGGAK IZININ DIA HAMIL ANAK LO!!"

Penuh dengan hujan pukulan dari Fla, dia merasa sudah tidak sanggup lagi menahan emosi yang tercipta oleh sikap bodoh Dante, sebagai kakak laki-lakinya sendiri.

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang