Bab 3: Tantangan

886 107 6
                                    

Porsche berjalan mengikuti pangeran Kinn yang sedang menjelaskan denah istana-nya, beserta apa saja yang porsche harus lakukan selama menjadi pengawal utamanya.

Mereka juga ditemani oleh dua pengawal lainnya yang berjalan berada disisi mereka.

Ruangan demi ruangan mereka susuri, penjelasan demi penjelasan dikatakan secara terarah agar Porsche tidak tersesat dikemudian hari.

Suatu hari, Pangeran Kinn menunjukkan tempat pemandian atau kolam renang dibangunan lainnya. Bangunan tersebut terletak disebelah utara. Jaraknya antara istana adalah tidak jauh namun tidak dekat, tapi accessible karena ada jalan pintas.

Tempat ini punya dua kolam, yaitu kolam renang hangat yang digunakan untuk terapi, dan ada juga kolam renang untuk olahraga. Tapi kedua kolam renang tersebut berada diruangan yang berbeda.

Didalam sana, ada banyak sekali pengawal-pengawal yang sedang mandi dan berbincang satu sama lain.

"Ini adalah kolam renang untuk para pengawal. Kau bisa menggunakannya untuk rekreasi, terapi, dan olahraga jika kau mau." jelas Kinn. "Kolam renang ini buka sampai jam dua belas malam ngomong-ngomong." Porsche mengganguk, tapi ia merasa kurang srek jadi ia bertanya, "Apakah aku membawa makanan kesini?" Kinn menggeleng, "Tidak, kau tidak diperbolehkan.

Entah itu makanan dari istana atau dari luar istana." Porsche mengganguk mengerti, tapi tiba-tiba ia merasa kurang srek lagi. "Apakah aku boleh menyelengkarakan pool party disini? " pertanyaan Porsche mulai ngawur, tapi Kinn santai saja. Seolah pertanyaan tersebut adalah hal biasa.

"Tidak" jawabnya singkat, padat, dan jelas

"Apakah aku boleh mencuci pakaianku disini?"

"Tidak"

"Apakah aku boleh meminum air renangnya walaupun aku sedang kehausan dan tidak ada air minum?"

"Tidak"

"Apakah aku boleh menyelinap masuk disini dengan batas waktu yang sudah lewat, tapi sayangnya aku sedang urgent?"

"Tidak"

"Tapi jika aku mempunyai hewan peliharaan, apakah aku boleh memandikannya disini?"

"Tidak"

"Sekali lagi, apakah aku diperbolehkan untuk mandi dikolam?"

"Tidak, tidak, dan tidak" Kesabaran Kinn sudah mulai habis, tapi ia berusaha untuk menahannya.

"Baik, terima kasih" kata Porsche dengan membungkukkan badannya. Setelah itu mereka melanjutkan castle tour selanjutnya.

----


Mereka sampai di tempat training para pengawal, yang diadakan dilapangan terbuka.

Ada untuk memanah, berkuda, fencing, dan lainnya. "Disini adalah tempat pelatihannya. Kami sudah menyediakan segala keperluan untuk para pengawal agar mereka bisa meningkatkan skill-nya.

Tapi jika masih kurang fasilitasnya, kami akan menambahnya semampu kami." jelas Kinn. Porsche menangguk mengerti. Namun tiba-tiba ia masih kurang srek.
"Umm, sebentar! Apakah aku diperbolehkan untuk latihan sesuka-ku?"

"Ya, semua pengawal termasuk kau diperbolehkan untuk latihan kapan pun yang kau mau. Entah diwaktu luang mereka, hanya sekedar berolahraga, atau karena ada sesuatu yang urgent. Tapi kami akan mengadakan pelatihan dari senin sampai jumat."

Porsche agak mengeluh dalam hati. Ia berasa ia balik kemasa ia sekolah, masa yang ia benci karena peraturan-peraturannya yang membuatnya muak.

Ia sebenarnya juga sudah yakin bahwa skill-nya sudah memumpuni dan menggangap remeh pelatihan-pelatihan yang disediakan.

Karena satu alasan, ia malas dan sudah merasa jago. Padahal belum tentu benar.

Tapi berkat ia tinggal diperkotaan yang kumuh dan bergabung dengan geng-geng pencuri, Porsche dikaruniai keahlian dalam seni bela diri dan parkour.

Akhirnya, jiwa berandalnya keluar dihadapan sang pangeran,"Tapi aku kan sudah sangat jago dalam bela diri." katanya dengan melipatkan kedua lengannya ke satu sama lain dan memasang tatapan sok jago.

Sekali lagi, sang pangeran hanya tersenyum kepadanya. Namun siapa sangka, dibalik kesenyumannya ada sejuta ide licik yang akan membuat Porsche bertobat.

Dengan santai ia menjawab, "Oh, baiklah. Bagaimana jika nanti kita bertanding distadion?"

Porsche yang mendengar akan hal itu menjadi sedikit terkejut. Ternyata pangeran ini juga ahli dalam bela diri daripadanya, bahkan terlihat lebih proffesional alias sudah sepuh, "K-kau bercanda bukan?" Porsche menjadi kicep. Tapi ia berusaha untuk menyembunyikannya.

Sang pangeran tertawa terbahak-bahak, "Hey, Porsche, awalnya aku hanya bercanda. Tapi apa yang kau katakan tadi membuat rasa penasaranku bergejolak. Jadi bagaimana aku melihatnya?" katanya.

Porsche yang mendengar akan perkataannya menjadi kesal. Cara bicara sang pangeran terdengar seperti orang sombong menurutnya. "Matamu sedikit. Jika aku kalah aku akan menjadi tontonan sirkus warga istana!" batin Porsche.

Porsche mengepalkan tangannya. Ia yakin Pangeran Kinn sedang serius dalam hal in dibalik senyumnya yang tampan itu.

Sehingga mau tak mau, Prosche harus memberanikan dirinua untuk menghadapi konsekuensi. lagipula, ia harus mengambil tanggung jawab.

Kinn dari dalam merasa sangat bahagia karena telah membuat Porsche tunduk kepadanya.

Tapi tak disangka sesuatu hal diluar dugaannya datang kepadanya, "Baiklah.. Kapan dan jam berapa mulai pertarungannya?" tanya Porsche tegar.

Mata sang pangeran membelak sangking kagetnya, begitu juga dengan pengawal yang ada dibelakang mereka.

Porsche nanti akan menjadi bahan perbincangan hangat warga istana.

Karena tidak ada seorang pun yang berani bertarung dengan sang Pangeran. Jadi Porsche adalah orang yang pertama yang berani menantang maut dengan seorang pangeran mahkota.

Sang pangeran kembali tersenyum dan meredakan dahaknya, berusaha untuk 'stay classy and calm' ia menyembunyikan kedua tangannya dibelakang agar tidak terlihat akward didepan Porsche.

"Oke, kalau begitu. Temui aku distadion pada jam 12. Para pengawal akan mengarahkanmu kesana." Porsche mengganguk kepadanya. "Apakah aku dipersilahkan untuk latihan? Jika tidak bisa, maka itu tidak apa-apa bagiku."

Sang pangeran tidak terlihat tersenyum lagi, tapi ia lebih ke takjub dengan pendirian Porsche yang rela bertanggung jawab, "Terserah kau ingin latihan atau tidak, tapi aku mempersilahkanmu untuk latihan jika kau mau." jawab pangeran Kinn. Porsche tersenyum dan mengganguk mengerti. Tapi ia sangat lega dari dalam bahwa sang pangeran memberinya waktu.

Setelag itu, mereka melanjutkan perjalanannya ke destinasi selanjutnya.

Carry your Throne (KINNPORSCHE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang