"Mbak Shafa nanti nderek ibu ngisi pengajian bisa?" Tanya seorang perempuan paruh baya yang terlihat cantik dengan balutan gamis syari nya, beliau merupakan istri dari pengasuh pesantren Nurul Anwar. Salah satu pondok pesantren di jawa tengah yang cukup terkenal, santri nya hampir dua ribu orang
"Nggeh Bu nyai" jawab Shafa sembari menunduk ta'dzim
"Nanti ba'da ashar langsung ke sini aja ya mbak"
"Nggeh"
Sudah menjadi hal biasa bagi Shafa ndereki Bu nyai ngisi pengajian rutin atau berpergian saat ada acara di luar pesantren, tak jarang juga Shafa ikut menginap bersama bu nyai dan keluarga jika sedang berpergian keluar kota yang tidak memungkinkan untuk pulang.
Shafa sendiri sudah mondok di pesantren Nurul Anwar hampir sepuluh tahun, dari madrasah tsanawiyah sampai saat ini Shafa berumur dua puluh dua tahun. Shafa memang memilih tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, dia hanya ingin menyelesaikan ngajinya sambil mengabdi di ndalem sang kyai, kadang dia juga membadali mengajar jika pengurus yang saat itu bertugas sedang berhalangan atau sakit.
Jika di tanya lelah atau tidak? Sudah pasti lelah, tapi Shafa bahagia, dia senang bisa mengabdi pada guru ngajinya dan keluarganya, Shafa ingin mendapat keberkahan dari sang guru sebelum dia boyong dari pondok.
Saat ini shafa sedang berjalan menuju ke asrama setelah menyelesaikan tugasnya di ndalem, sebentar lagi adzan dzuhur berkumandang dan Shafa berniat bersih bersih lebih dulu sebelum menjalankan sholat dzuhur karena tubuhnya terasa lengket usai memasak untuk keluarga ndalem
Sesampainya di kamar Shafa bergegas mengambil peralatan mandi dan beberapa potong baju kotor yang akan dia cuci. Sebenarnya di sekitar pesantren ada laundry tapi Shafa lebih senang mencuci dengan tangan selain bisa olahraga dia juga bisa berhemat. Tapi jika mencuci selimut baru Shafa masukan ke laundry biar lebih efesien
"Loh dek nggak jadi mandi?" Tanya salah satu teman sekamar Shafa, Shafiya
"Ambil deterjen, lupa belum ambil tadi" jawab Shafa sambil memperlihatkan deretan giginya
"Oalah dek dek" Shafiya menggelengkan kepala melihat tingkah adik tingkat sekaligus teman sekamarnya itu
Baru beberapa menit Shafa keluar kamar, sekarang dia kembali lagi lalu merebahkan badannya di kasur miliknya yang bersebelahan dengan kasur milik Shafiya "lah kenapa malah tiduran dek? Nggak jadi mandi?" Tanya Shafiya heran
"Lagi di pake" ucap Shafa sambil memeluk boneka milik Shafiya, sudah menjadi kebiasaan Shafa memeluk boneka milik Shafiya yang konon katanya di dapat dari seseorang yang spesial
"Loh emangnya baju sama alat mandi kamu di taruh dimana?"
"Di dalam, tapi yaudah lah mungkin dia lagi buru buru jadi langsung masuk aja" gumam Shafa dengan mata terpejam
"Kenapa nggak di ketuk aja? Kan kamu dulu yang antri"
"Males ribut ah mbak" Shafiya hanya mendengus mendengar jawaban Shafa, kejadian seperti ini sudah sering terjadi di pesantren. Sudah lebih dulu mengantri kamar mandi malah di serombol sama santri lain kadang sampai adu mulut jika tidak ada yang mau mengalah
"Mbak kalau udah 10 menit bangunin ya mbak" pinta Shafa dengan mata yang masih terpejam karena rasa kantuk yang sudah tidak bisa Shafa tahan lagi
"Iya"
🌻🌻🌻
Shafa baru selesai mandi saat para santri kembali dari masjid usai sholat dzuhur, tadi setelah Shafiya membangunkannya, tapi bukannya bangun shafa malah kembali tertidur jadilah dia telat sholat dzhur dan berakhir sholat dzuhur sendiri di kamar
"Dek Shafa sibuk tidak?" Tanya mbak Alya sambil melongokan kepalanya di pintu kamar, beliau merupakan kepala pondok putri sekaligus pengajar kitab untuk santriwati yang masih duduk di kelas satu tsanawiyah
"Kenapa mbak?" Tanya Shafa sambil melipat mukenahnya
Alya memasuki kamar dan tidur di kasur milik Shafa "nanti sore bisa badalin aku ngajar tidak?" Tanya Alya memiringkan tubuhnya menghadap Shafa
"Lah emang mbak mau kemana?" Tanya Shafa heran, soalnya Alya jarang meminta di badalin ngajar
"Aku mau ke kampus. Tadi tiba tiba dosen ngabarin ada kelas dadakan jadi mau tidak mau aku harus berangkat soalnya jatah ijin aku udah habis"
Alya ini merupakan salah satu mahasiswi akhir di salah satu universitas islam dekat pesantren. Para santri disini memang banyak yang melanjutkan ke perguruan tinggi salah satunya Alya ini
"Yah mbak aku udah di minta Bu nyai ndereki, gimana dong?" ungkap Shafa
"Yaudah gak papa, nanti aku coba minta ke pengurus yang lain"
"Maaf ya mbak"
"Iya nggak papa"
Shafa ikut membaringkan tubuhnya di samping Alya. Keduanya saling bertukar cerita keseharian mereka, tak jarang Shafa juga suka mengeluh kangen keluarga dan Alya selalu menguatkan Shafa. Menurut Shafa sendiri, Alya bukan hanya kakak tingkatnya di pesantren tapi juga keluarga kedua setelah keluarganya di rumah.
Dulu saat Shafa kelas tiga Aliyah Shafa pernah terkena tifus dan Alya lah yang merawat Shafa sampai Shafa di jemput keluarganya. Maka dari itu mereka dua sangat sangat dekat bahkan Alya menganggap Shafa seperti adiknya sendiri begitu juga dengan Shafa yang sudah menganggap Alya seperti kakak kandungnya sendiri, andaikan dirinya punya kakak laki laki yang bisa di jodohkan dengan Alya pasti sudah dari dulu di akan menjodohakan nya, sayangnya Shafa merupakan anak tunggal jadi harapan itu pupus meskipun tidak menjadi kakak iparnya, tapi Shafa selalu berdoa semoga Alya mendapatkan laki laki yang bertanggung jawab dan paham agamnya sudah pasti.
🌻
Bismillahirohmanirohim
Ini cerita ketiga ku setelah cerita Arumi semoga kalian suka❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hebbaytek
General FictionShafa merupakan salah satu santri di pesantren Nurul Anwar dan juga abdi ndalem. Dua minggu setelah menghadiri pernikahan sahabat sekaligus kakak tingkatnya di pesantren, tiba tiba dia mendapat kabar dari orang tuanya bahwa ada seorang laki laki yan...