Kiva membuka mata dengan sedikit berat, rasa lelah akibat perjalanan jauh masih sangat terasa di tubuhnya, dengan sedikit malas ia bangun walau sinar matahari terpancar terang dari balik jendela yang masih tertutup rapat, membuat kamar yang gelap sedikit lebih terah walau hanya remang-remang dari pantulan cahaya matahari.
Ini kali pertama ia tidur seusai sholat subuh dan bangun sesiang ini, maklun lah semua tenaganya terkuras akibat perjalanan jauh jakarta-paris dan satu hal lagi, ini Kali pertama Kiva naik pesawat jadi sedikit pusing kan wajar, merenggangkan otot untuk melenturkan tubuhnya yang terasa seperti patung, kaku dan berat.
Kepalanya menoleh ke samping, temapat yang semalam diisi oleh suaminya sudah kosong, hanya bekas bantal yang sedikit kusut lah yang ia lihat, Kiva mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar hotel dan matanya mengernyit saat melihat sepiring roti segede gaban dengan secangkir susu coklat hangat serta beberapa buah segar di meja persegi yang di kelilingi sofa putih yang bersih, sampai-sampai Kiva sedikit sungkan untuk mendudukinya takut mengotori nantinya.
kiva menyibak selimut tebal yang menutupi pinggang sampai telapak kaki, ia berjalan pelan manapaki karpet cream berbulu yang begitu nyaman ia pijak lalu duduk perlahan pada sofa yang behitu empuk menyambut pantatnya.
"Mas kerja sayang, jangan lupa sarapan dan siang nanti ada petugas hotel yang mengantar makan siang untukmu, di jamin 100% halal..I Love You"
Wajah Kiva bersemu, dengan sepelan ia kembali meletakan memo kecil itu di meja, kemudian ia kembali berdiri untuk mencuci muka dan gosok gigi sebelum menikmati sarapan pemberian Dimas.
✘✘
Untuk melepas rasa bosan Kiva memilih menontin tivi yang sebenarnya ia tak mengerti dengan bahasanya, yang ia tau hanya 'Lo Gue End' yang sering di katakan Indah si remaja tanggung tetangganya, kiva tak mengerti bahasa inggris. Tetapi tak membuat Kiva berkecil hati melihat teman-temannya yang jago berbahasa asing itu, baginya lebih penting menghafal Al-qur'an dan hadits yang bisa mengantar kita ke surga allah.
Kiva bangkit dari tidurnya saat mendengar suara kunci di buka lalu muncul sosok suaminya yang tampan.
"Assalamualaikum sayang" sapa Dimas riang
"Waalaikumsallam" kiva turun dari sofa lalu mendekati suaminya, mengecup punggung tangan Dimas penuh hormat.
"Lagi apa nih" Dimas merangkul pinggang kiva lalu berjalan beriringan untuk duduk di sofa.
"Nonton tivi aja" jawab kiva
"Bosen yah yang?" Dimas mengusap kening istinya yang tak berponi seperti wanita kebanyakan, lalu mengecupnya ringan.
"Sedikit, tadi aku tidur sampe siang mas" Dimas terkekeh pelan, di tariknya tubuh mungil kiva hingga terududk di pangkuannya kemudian mengecup beberapa kali bibir manis itu sebelum memagutnya, gemas sekali punya istri sepolos kiva.
"Enggak apa-apa sayang. Entar malem kencan yu?" Ajak Dimas seraya membelai sudut bibir kiva yang sedikit basah.
"Apa mas nggak capek?" Tanya Kiva balik, Dimas menggeleng cepat.
"Tidak ko, tar malem yah...dandan yang cantik" jawab Dimas
**
Sehabis Sholat Isya Dimas mengajak Kiva makan malam di restoran berbintang, jules verne, restoran yang terletak di lantai dua menara eiffel. masakan yang disajikan begitu indah di pandang mata hingga membuat Kiva enggan untuk memakannya saking cantiknya.
"Di makan sayang, jangan di plototin mulu" ujar Dimas seraya menyendok Foie Gras, menu yang ia pilih, yang terbuat dari hati angsa yang dibuat pasta. Lalu menyuapi Kiva.
"Gimana..enak?" Tanya Dimas, kiva tersenyum lalu mengangguk pelan.
"Enak mas, mas juga makan" Kiva mengambil alih sendok dari genggaman Dimas lalu menyendok Foie Gras dan menyuapkan pada Dimas. Dan keduanya makan dengan tenang sambil sesekali melihat pemandangan indah dari balik jendela besar, suasana malam dengan lampu berkelip remang menjadikan suasana semakin nyaman bagi keduanya maupun para pengunjung lain.
***
Selesai makan malam, Dimas mengajak Kiva mengelilingi menara effiel yang sering di sebut tempat paling romantis, terbukti sih dengan beberapa pasangan yang terang-terangan bermesraan di sepanjang jalan dan bahkan sampai beeciuman, membuat Kiva sedikit tidak nyaman kerana melihat adegan live romance kata Dimas.
"Foto yu yang, buat kenang-kenangan" ajak dimas dan langsung mengambil ponsel dari saku celana jeans hitam panjangnya.
"Malu"
"Malu kenapa, kita hanya foto sayang bukan indehoy" ujar Dimas yang langsung di hadiahi cubitan maut dari Kiva.
Dimas meringis, lalu tertawa renyah sesaat, kemudian ia merogoh saku jeans hitam panjangnya, mengeluarkan ponsel dan meminta salah satu penikmat malam indah eiffel rower untuk memotretnya.
Ia menarik bahu Kiva, memeluknya untuk berfoto dengan background menara eiffel yang indah di malam hari dengan bermandikan cahaya warna-warni yang yang seakan hidup.
Setelah mengambil beberapa foto, Dimas mengucap terimakasih dan kemudian kembali membawa Kiva menjelajah suasana malam di eiffel.
"Tunggu disini yah yang, jangan kemana-mana, aku cepat kembali" Dimas menyuruh Kiva duduk di bangku besi panjang lalu ia segera melesat pergi, membuat kiva mengurungkan niatnya untuk protes karena keburu suaminya jauh berlari.
Kiva menghela nafas, lalu ia duduk dengan sedikit agak takut, pasalnya ini negara orang dan kalau ada penjahat. Bagaimana ia minta tolongnya?, astaggfirullah kiva ko malah mikir yang enggak-enggak, kiva membatin lalu kepalanya menoleh menatap sepasang sejoli yang tengah asik bermesraan tanpa mau tau orang berseliweran di hadapannya, memang benar kalo sedang di mabuk cinta dunia seakan milik berdua, yang lain dianggap semut kecil yang bersembunyi di balik daun yang jatuh.
Kiva berjengit saat sebuket mawar merah tersodor di hadapannya, reflek ia mendongkak dan wajah suaminya yang rupawanlah yang ia lihat.
"mas pernah mendengar, mawar merah itu melambangkan cinta dan keindahan. Tetapi cinta mas bukan hanya seberapa banyak tangkai bunga mawar ini, keindahanmu sama sekali tak sebanding dengan bunga mawar yang nanti pasti akan layu, kau lebih indah sayang. Mawar ini hanya sebagai tanda nyata dari rasa yang tak bisa di raba dan dilihat..I Love You Istriku" Dimas menarik lengan Kiva hingga berdiri lalu menyerahkan sebuket mawar merah pada Kiva sebelum ia memeluk tubuh mungilnya dan mengecup keningnya penuh rasa kasih dan sayang yang tulus.
Mata Kiva berkaca-kaca, ia senang sekaligus terharu, rasanya seperti melayang kelagit ke tujuh, ia menangis di pelukan Dimas, mengucap syukur kepada allah azza wa jalla, memang Dimas tak seromantis rasullulah maupun tak setampan Nabi yusuf tetapi bagi Kiva Dimas itu sosok yang hampir sempurna yang allah berikan padanya. Untuk menjadi pemimpin dalam rumah tangga dan sebagai pengiring jalan menuju surganya.
"Laah yang ko malah nangis" Dimas menggaruk tengkuknya yang tak gatal saat tangisan Kiva semakin keras, lalu ia mengelus sayang kerudung coklat yang tampak indah menutup kepala istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Hati (Dimas-Kiva)
EspiritualKisah 2 Hati yang berbeda. ketika keduanya di pertemukan, akankah menjadi penyatuan yang indah atau malah terasa seperti api yang membakar tubuh. panas dan menyakitkan.