"KALAU aku minta kamu tunggu, itu artinya kamu naik. Tunggu di ruangan aku Denisa.""Van, nggak enak di lihat sama staff kamu. Lagian PR banget aku dari lantai tiga ke lantai tujuh belas. Nunggu liftnya suka lama tau!"
Gerbang setinggi dua meter itu terbuka secara otomatis. Begitu mobil memasuki halaman, terlihat rumah dua lantai dengan tambahan roof top di puncak bangunan. Saat Denis melihat ke arah lantai dua, matanya menyipit karena kilauan terpantul dari infiniti pool yang di terpa sorot lampu tembak. Sesaat setelah Ivan menyerahkan kunci mobil pada salah satu staffnya, ia pun melangkah sembari tak lepas menggenggam jari-jari tangan Denis.
"Sejak kapan kamu mikirin pendapat orang-orang kantor?" Ivan menyahut datar.
Denis yang sibuk mengamati suasana rumah Ivan saat itu kemudian menimpali, "ini di Jakarta Sayang... bukan Singapore. Pikirin dong, siapa tahu ada temen sekolah aku, temen kuliah, atau tetangga. Aku nggak mau ah jadi bahan omongan orang."
"Selama masih ada aku, aku jamin itu nggak bakalan kejadian." Sanggahnya, Ivan pun mengantarkan Denis hingga ke tepian kolam renang.
Dari sini, suasananya begitu nyaman. Lampu dari dasar kolam berwarna kebiruan, gemericik suara airnya membuat Denis terpejam sesaat. Langit sore kala itu, sudah sepenuhnya hilang berganti malam bertabur kilauan bintang. Sayup angin membelai surainya dan membawa pergi rasa lelahnya setelah seharian bekerja.
"Kamu tunggu di sini, aku ganti baju dulu." Pinta Ivan pada kekasihnya.
Rumah yang di dominasi oleh dinding kaca itu seolah menatap Denis. Tidak jauh dengan suasana ruang kerja Ivan di kantor, interior dan furnitur yang mengisinya pun kebanyakan berwarna hitam dan abu-abu. Bahkan dasar kolam renang di hadapannya di lapisi oleh batu alam bercorak gelap. Padahal tahun kemarin terakhir Denis berkunjung, ia ingat betul warnanya masih biru seperti kebanyakan kolam renang pada umumnya.
Foto Mami dan Papi di pajang di ruang utama. Ukurannya sangat besar, saking besarnya jika foto itu dibawa ke rumah Denis, mungkin akan menutup satu sisi dinding kamarnya secara penuh. Pasangan suami istri itu beberapa kali Denis lihat di surat kabar, portal berita online dan yang paling terakhir tiga bulan sebelum Denis kembali ke Jakarta. Sebuah makan malam di salah satu hotel di Singapura yang begitu sulitnya kekasihnya persiapkan saat itu.
Ya, karena pasutri Ryder ini sangat sibuk mengurus banyak cabang bisnisnya di sekitaran Asia Tenggara. Sehingga untuk menetap di satu negara saja terkadang hanya lima hari atau mungkin paling lama satu minggu, lalu kemudian pindah ke negara yang lainnya.
Sebuah pelukan Ivan hadiahkan. Sedikit mengejutkan Denis yang kala itu terlarut memandangi langit malam. Denis menoleh saat dagu Ivan kini betah bertendeng di salah satu bahunya.
"Welcome home Denisa..." Pria itu berbisik, ia semakin mengeratkan pelukannya. "Maafin aku yang nggak bisa jemput kamu di airport, maafin aku yang belum bisa sepenuhnya luangin waktu buat kamu, dan maafin aku juga yang tiba-tiba ada di depan rumah kamu pagi ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape [✓]
Romance🏆 Spotlight Romance Of January 2024 - WattpadRomanceID Jonathan sedang berlari dari derita patah hati yang selalu mengekorinya kemanapun pergi. Semangat hidupnya tidak sebesar hari kemarin, sebelum gadis yang begitu ia cintai memilih pria lain. Pr...