03. LO CANTIK,

420 20 2
                                    

KONICHIWA! HALO! ANYEONG!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SEBELUM MEMBACA!

TANDAI TYPO!
Part ini di publish tanpa revisi ulang!

HAPPY READING!♡

03. LO CANTIK

Matahari pagi sudah bersinar dari arah timur. Burung -burung beterbangan menghiasi langit. Kicauan burung pun ikut meramaikan suasana pagi.

Disalah satu kontrakan, seorang gadis baru ingin memulai sarapannya. Dua piring nasi goreng kecap tersedia diatas meja makan. Gadis itu meraih sebuah teko diatas meja dan juga gelas, lalu menuangkan air ke dalam gelas. Sebelum memulai sarapannya, ia memanggil sang Kakak yang masih berada di kamar.

" Bang! Una udah siapin sarapan! " Gadis itu adalah Una.

Terdengar suara ranjang yang berdecit, disusul dengan suara bariton dari arah kamar. " Iya! "

Una langsung melahap nasi gorengnya setelah berdoa. Ia makan dengan nikmat dan senyum yang tak pudar. Di dalam hati, ia amat sangat bersyukur karena masih diberikan nikmat yang cukup.

Setelah Una selesai dengan makannya, Ia langsung mencuci piring. Selang beberapa detik, suara dari arah meja makan membuat Una terkejut.

" Una! Lo gak bisa masak yang lain?! Nasi goreng, nasi goreng, nasi goreng mulu! "

Una menghampiri Fero dengan kepala menunduk. " Kita cuma ada nasi, Bang " cicit Una.

" Gue gak mau tau! Sekarang lo beliin gue roti, cepet! "

" Ta-Tapi Bang-- "

" Cepet, Bodoh! Gak usah pake tapi-tapian! " bentak Fero diiringi gebrakan meja.

Una tersentak, lalu mengangguk takut. " Una beli dulu, Bang " ucapnya seraya berlari keluar rumah.

Una berlari pergi ke warung. Jam sudah menunjukan pukul 06.10 waktu setempat. Bus terakhir dengan arah ke sekolah akan tiba pukul 06.25, yang Artinya ia harus tiba di halte dalam waktu lima belas menit. Sedangkan sekarang, Ia baru saja selesai membeli roti.

Selang lima menit, Una tiba dirumah dan langsung menghampiri sang Kakak yang masih duduk di kursi meja makan sambil memainkan handphone.

" Sini! Lama banget lo! " ujar Fero.

Dengan napas yang tak beraturan, Una menyerahkan roti tersebut dan di terima oleh sang Kakak. " Una pamit sekolah dulu, Bang! " kata Una seraya mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan Fero.

Fero melirik tangan Una, lalu menepisnya kasar. " Pergi sana! "

" Y-yaudah, Assalamualaikum "

▪▪▪

Una menatap bus yang baru saja ia tumpangi pergi meninggalkan halte depan sekolah. Ia memejamkan matanya sesaat, lalu menghela napas panjang. Perlahan, Una melangkah meninggalkan halte dan memasuki kawasan SMA Dirgantara.

Namun belum genap lima langkah, tepat ia berada di depan gerbang, seseorang meneriaki namanya dari belakang. Una menoleh ke belakang dan sedikit menggeser agar tidak tertabrak oleh beberapa motor dan mobil yang masuk.

" UNA! TUNGGUIN GUE, NA! "

Una tersenyum melihat Arin yang baru saja memanggilnya. " Iya, Arin. Aku tunggu sini " sahut Una sedikit berteriak.

Arin memarkirkan mobilnya di parkiran, kemudian menghampiri Una. Eits! Kalian kira Arin jalan kaki? Ya gak mungkin, lah!

" Ayo, Na! "

ARGAUNA [ Cinta dan Rahasia ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang