18

21.4K 2.1K 744
                                    

"Lo yang udah bikin gue putus sama Erza!"

Farel sesak mendengar penyataan Reynard. Mata beningnya berkaca-baca. Dengan sebisa mungkin menatap kedua mata Reynard yang terlihat begitu marah.

"Gue nggak tau apa-apa sat!!! Gue nggak tau hubungan lo sama Erza. Gue nggak tau apa-apa!!" keras Farel. Reynard berdecih. Farel akhirnya tau, Reynard seperti bertopeng selama ini. Menunjukkan ekspresi yang datar setiap saat, namun nyatanya di depannya Reynard seperti orang yang tengah bermain ekspresi.

"Sehari setelah Bunda ngasih tau perjodohan gila ini. Gue harus putusin Erza. Asal lo tau? Gue nggak sudi nikahin cowok macam lo!"
Perkataan Reynard sukses membawa cairan bening luluh dari mata Farel.

"Te-rus kenapa lo nerima perjodohan kita kalo lo nggak mau?" tanya Farel mencoba menahan rasa tercekat didadanya. Berusaha meluruskan yang tengah terjadi kini.

"Karena gue nggak bisa nolak!! Keluarga gue maksa! Dan mau nggak mau gue harus nerima lo, yang nggak gue suka bahkan gue jijik sama lo! Yang gue lakuin sebelumnya cuma drama, gue nggak pernah tertarik sama lo!" ucap Reynard.

"Lo-"

"Mulai sekarang kita akhir ini. Anggap pernikahan kita cuman status. Gue bakal bahagia sama Erza, dan lo terserah mau apa. Lo tetap tinggal disini atau dimana terserah, tapi urusan diri masing-masing jangan ikut campur. Jangan ngomong macam-macam sama keluarga!!!" Perintah Reynard membuat cairan air mata Farel yang tak terbendung selama ini tumpah seketika. Ia memegang dadanya sendiri. Ada sakit luar biasa disana.

"Kita udah sex Rey. Kenapa lo bilang jijik sama gue?!"

Jelas dimata Farel, Reynard terlihat menunduk beberapa saat setelah mendengar pertanyaan Reynard. Bukan mendongak ia malah pergi begitu saja meninggalkan dirinya. Sebelum keluar dari kamar mandi itu Reynard berhenti.

"Jangan dekatin Erza. Jangan macam-macam sama Erza!!"

Farel jatuh, menelungkupkan wajahnya diatas lutut. Ia terisak, sejujurnya ada sedikit rasa malu sebagai laki-laki ia menangis. Tapi rasanya sakit, dadanya sesak, ia tak kuat.

"Gue punya salah apa Tuhan," gumamnya dalam isakan.

~

"Napa sih lo?" pertanyaan Haikal berhasil menyadarkan Farel dari lamunannya. Wajahnya yang lesu, jangan lupakan matanya yang bengkak dan sedikit kemerahan karena menangis semalam.

"Gue kenapa?" tanya Farel sambil menyendokkan soto yang dingin karena dianggurkan beberapa saat dimeja kantin.

"Lo lagi ada masalah sama Kak Vano?" tanya Jordan yang juga prihatin melihat sahabatnya.  Farel menggeleng sebagai jawaban.

"Masalah sama antek-anteknya Jony? Nggak mungkin kayaknya," tanya Haikal sembari dijawabnya sendiri.

"Lo kenapa bego?! Jangan nambah pikiran dah. Nggak biasanya lo lemah, letih, lesu gini." Gemas Haikal membanting kecil sendok pada piring yang telah kosong.

"Dan. Gue nginep apartemen lo ya," ucap Farel, matanya menatap kosong ke depan tak menatap yang diajak bicara.

"Bo-"

"Sampe kapan gue nggak tau," terus Farel lagi. Jordan yang memang duduk berhadapan saling berpandangan.

"Emm. Ya ter-"

"Kalau perlu bantu gue cari apartemen,"

Perkataan Farel kembali membuat Haikal dan Jordan berpandangan. Haikal menghela napas pelan.

"Lo ada masalah apa sih? Coba cerita," tanya Haikal sembari merangkul bahu Farel, menariknya sedikit mendekat lalu menepuk-nepuknya pelan.

Farel mencebik, melepaskan pegangannya pada sendok. Lalu menenggelam wajahnya yang mulai memerah pada dada Haikal.

TOO (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang