Selamat membaca dan semoga suka. Jangan lupa vote dulu biar gak ketinggalan.
.
Pemuda berkaca mata dengan rambut sedikit gondrong itu berjalan menyusuri koridor. Wangi tubuhnya seperti biasa mengundang perhatian beberapa mahasiswi yang berada di sekitar.
Namun, fokusnya yang selalu tertuju ke depan tidak lantas membuatnya peduli akan perhatian itu. Tidak pernah berubah, matanya yang teduh selalu dijaga dengan sikap mengabaikan.
"Hei, Ka," sapa seseorang. Berjalan menghampiri dengan senyum lebar.
"Pagi Yo, tumben udah di kampus aja." Kedua pemuda yang sudah berteman cukup lama itu pun berjalan beriringan.
"Ha ha, iya, nih. Biasa diingetin calon istri masa depan."
"Cielah." Alkha meninju pelan lengan atas Tyo. Lalu keduanya pun segera memasuki kelas. Di sana Alkha tidak sengaja bertemu pandang dengan seorang gadis berhijab lebar di sudut jajaran kursi pertama.
Hanya beberapa saat sebelum keduanya saling membuang wajah.
"Eh, tahu gak?"
Alkha melepas tas kemudian duduk di kursi jajaran ke tiga. Lima belas menit lagi program mata kuliah akan dimulai. Daripada sibuk mendengarkan gosip kedua gadis di meja depan. Alkha memilih menyumpal telinganya dengan earphone kemudian membuka album.
Album khusus koleksi foto-foto yang ia tempel di sana. Sesekali tersenyum ketika mengingat hari kemarin saat bersama sang adik serta para kakaknya. Menyenangkan, Alkha ingin kembali mengulangnya. Berharap saja, Zira akan segera membuka hati untuk tinggal bersama mereka.
Agar ikatan yang sudah lepas bisa segera dijahit kembali.
"Tadi jam setengah delapan ada kecelakaan di persimpangan Jakarta Pusat. Gue baru aja dapet beritanya di info google yang biasa muncul di bar notif hp gue," ujar gadis yang Alkha anggap akan bergosip ria seperti biasanya itu.
Lalu diam-diam melepas earhone dan ikut mendengarkan.
"Innalillahi, ada-ada aja sekarang musibah. Terus gimana ada korban?" sahut teman di sebelahnya.
"Ada, pasutri meninggal. Anaknya masuk rumah sakit. Yang satu luka parah satunya trauma."
"Innalillahi wa inna ilaihi raaji'un." Alkha bergumam pelan. Merasa iba dan ingin tahu, ia pun segera membuka salah satu akun di instagram yang biasa memberikan info-info terbaru seputar Jakarta.
Dan benarlah informasi kecelakaan tunggal itu sudah heboh. Bahkan kondisi kendaraannya pun sangat mengenaskan. Banyak komentar yang turut berduka dan mendoakan. Namun, yang membuat seluruh tubuh Alkha mati rasa sekarang adalah, ketika bibirnya tanpa sadar mengucap plat nomor mobil tersebut yang pernah ia hafal bahkan difoto untuk jaga-jaga.
Kalau-kalau si pemilik mobil itu berbuat di luar dugaan terhadap anggota keluarga berharganya.
"Zira?!" Suara beratnya menggema, ia langsung berdiri dari duduknya hingga menjadi pusat perhatian. Wajahnya pias, kedua matanya memerah.
Sampai-sampai jantung Tyo yang duduk di sebelahnya hampir copot. Terkejut dengan pergerakan tiba-tiba Alkha. "Astaga, Ka. Lo kenapa?"
Tanpa menjawab pertanyaan Tyo. Alkha bergegas menyambar tasnya. Keluar dari kelas dan melewatkan sang dosen yang baru saja masuk ke kelas.
"Ada apa sama dia?" tanya Pak Dosen sambil memerhatikan punggung Alkha yang menjauh.
"Gak tahu, Pak. Kebelet kali." Dan dibalas celetukan asal oleh salah satu mahasiswanya. Beberapa ada yang membalas tawa, dan beberapa berdecak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azeera & Brother's Story
Teen FictionIni tentang Zira, dan kelima pemuda dari keluarga Adinaja. Yang tidak akan pernah menyerah, membawa adiknya kembali pulang ke istana mereka. Sampai suatu hari, Zira berpapasan dengan kelima pemuda itu di koridor sekolah. Lalu yang tertua di antara...