membahayakan

2.4K 135 0
                                    

Mataku mengerjap dengan tangan meraba ranjang sisi sampingku.

Kosong.

Aku langsung membuka mata dan panik saat tidak melihat Azka di sampingku. Perasaan aku baru saja memejamkan mata. Di sisi sampingku yang lain, Fabian masih tertidur dengan mendengkur.

Sejak kapan sih dia mendengkur kalau tidur?

Aku mengguncang tubuhnya agak keras. "Mas, bangun."

Fabian hanya berdeham.

"Mas, bangun."

"Apa sih, Sayang?"

Tanpa membuka mata, Fabian malah memunggungiku. Aku gemas melihat tingkahnya. Sontak saja aku memukul lengannya hingga dia terbangun dengan mata terbuka lebar.

"Kamu kenapa sih, Sayang?" decaknya kesal.

"Azka nggak ada, Mas."

Fabian menghela napas kesal kemudian membaringkan tubuhnya lagi. "Di kamarnya."

Aku akan beranjak dari tempat tidur tapi tangan Fabian menahanku. Menarikku hingga terjatuh di atas tubuhnya dan memelukku.

"Ini masih malam, Lily-ku Sayang. Baru juga jam sepuluh. Biarkan Azka istirahat."

"Tapi, Mas. Nan-"

"Dia nggak akan kemana-mana," potong Fabian kesal. Lengannya semakin kuat membelitku. "Tidur atau kita nggak akan tidur sampai pagi."

"Azka tidur sama siapa?"

"Tari."

"Kalau ibunya datang?"

"Nggak akan."

"Beneran?"

Fabian hanya berdeham dengan mata terpejam.

"Kenapa Azka nggak tidur di sini aja?"

"Trus aku yang tidur sama Tari?"

Sembarangan!

Aku memukul dadanya gemas tapi Fabian malah tergelak. "Istri kamu siapa sih?"

"Siapa coba?" Kali ini Fabian membuka mata dan menatapku geli.

Sekali lagi aku memukul dadanya. Dia kembali tergelak.

"Mulai posesif nih ceritanya?"

"Nggak boleh?" tanyaku, mendadak jengkel.

"Eh, malah marah sekarang?" Fabian tertawa.

"Lagian kamu bilang gitu sih!"

"Ya makanya kamu di sini aja. Kamu istriku, ya tidurnya di sini sama aku. Masa sama Azka?"

Perlahan aku merilekskan tubuhku, mencari kenyamanan di atas dadanya. "Aku cuma takut aja dia balik lagi trus membawa Azka pergi. Dia ibu kandungnya. Dia yang lebih berhak atas Azka."

"Hak asuh Azka sudah atas namaku. Kalau aku menikah lagi, maka istriku yang akan menjadi ibunya Azka."

"Kalau dia nekat?"

"Dia nggak akan berani."

"Buktinya dia datang tadi."

"Aku pastikan dia nggak akan datang lagi." Fabian mengecup puncak kepalaku, membuatku memeluknya erat. "Sekarang kita udah boleh mesra-mesraan kan?"

Aku menepuk lengannya jengkel. Tiba-tiba saja Fabian membalik posisi kami. Belum sempat aku bernapas, bibirnya mendarat di bibirku. Menciumku dengan lembut. Kami saling menatap dalam diam. Saling menyelami tatapan kami.

Cinta pertamaku.

Aku pikir hanya di novel-novel saja, seseorang akan mendapat cinta pertamanya. Seperti novel-novel picisan yang ku buat selama ini. Tidak disangka, aku juga bisa mendapat kebahagiaan seperti ending novel yang ku tulis.

Mine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang