Fergio terkekeh, sebenarnya dia tidak ingin menceritakan ini pada Kylie. Alasannya sederhana, agar perempuan itu terus bertanya mengapa Fergio membencinya. Tapi akhirnya dia memutuskan untuk menceritakan semuanya, agar permainannya menjadi jauh lebih menyenangkan.
"Albert Caldwell, ayahmu dulunya adalah teman dekat ayahku Patrick Osvaldo." Kylie tercengang mengetahui satu kenyataan lagi.
Fergio menarik napas pelan, ia harus memberitahukan kenyataan ini pada Kylie. Setidaknya perempuan itu akan merasa bersalah setelah mendengar cerita ini, pikir Fergio
"Namun, rasa iri akan kesuksesannya membuat pria itu menangkap dan menyandera ayahku. Alasannya tentu untuk menyingkirkannya." sambung pria itu. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Kylie. Perempuan itu masih mencerna setiap kata yang keluar dari mulut suaminya.
"Berhari-hari ayahku menghilang, membuat bisnisnya semakin kacau. Seluruh bawahan dikerahkan untuk mencarinya. Namun, hasilnya nihil."
"Ayahmu tidak ditemukan?" tanya Kylie ketika Fergio menjeda ceritanya.
"Ya! Ayahmu sangat lihai dalam menyembunyikan ayahku." geram Fergio. Kylie hanya bisa membekap mulutnya sendiri.
"Suatu hari paman memergokinya, sedari lama ia sudah curiga kepadanya, saat paman membuntutinya ternyata benar pria itu telah menyandera ayah di sebuah tempat tersembunyi."
Fergio menatap Kylie yang masih mendengarkan ceritanya. Air mata terlihat menggenang di pelupuk mata gadis itu.
"Cih, untuk apa kau menangis? Bukankah yang menjadi korban di sini adalah keluargaku?" Fergio berdecih.
"Lanjutkan saja ceritamu, Tuan!" sinis Kylie. Pria itu tidak tahu bahwa pikiran Kylie tengah berkecamuk saat ini.
"Saat pamanku datang untuk membebaskannya pria itu justru menembak mati ayahku dan hampir mencelakai pamanku-"
"Kau pasti berbohong, ayahku tidak mungkin sekeji itu!" sela Kylie, air matanya mulai menetes.
"Diamlah dan dengarkan! Jika tidak aku akan pergi dan membiarkanmu mati penasaran!" geram Fergio.
"Baiklah, lanjutkan. Aku akan mendengarnya hingga selesai," ucapnya. Meskipun banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan.
"Paman tidak bisa melapor kematian ayah karena keduanya adalah buronan dan bisnis yang kami jalani pun adalah bisnis ilegal. Mengetahui kematian ayah, aku, ibu dan Mark yang masih kecil pada saat itu, merasa benar-benar terpukul. Terlebih semenjak kematian ayah keadaan bisnisnya semakin kacau. Dan dalam sekejap mata semua kekayaannya hilang. Kami pun bangkrut. Berbulan-bulan ibuku menjadi stress dan depresi, ia selalu menyendiri membuatku merasa kesepian tanpa perhatiannya. Suatu hari, ketika tidak ada yg mengawasinya, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan menenggak sebotol obat tidur."
Fergio terlihat sedikit berkaca-kaca dan napasnya tersengal mengingat kejadian itu. Ia selalu berusaha melupakan kejadian tragis yang menimpa keluarganya. Namun, saat ini ia harus siap melawan rasa traumanya.
Melihat suaminya mulai bergetar, Kylie mencoba untuk menenangkannya. Ia mendekati pria itu dan berusaha mengelus pundaknya.
Fergio yang merasakan sentuhan itu seketika melirik ke arah pundaknya. Ia bisa melihat tangan memar itu menyentuhnya, memberikan perasaan tenang pada dirinya bahkan setelah dia menyakitinya.
"Hentikan, Kylie. Aku tidak apa-apa," ucapnya seraya menepis tangan perempuan itu.
Fergio menarik napas lalu kembali melanjutkan ceritanya. "Ibu tewas di tempat karena telat mendapat pertolongan medis. Namun, setelah kematian ibuku tiba-tiba kejayaan kami kembali. Paman datang menjemputku dan Mark menuju Jerman."
"Dari mana kau mengetahui cerita ini?"
"Aku belum selesai." Fergio terlihat menggertakkan gigi. Merasa kesal karena pembicaraannya terus terpotong oleh Kylie.
"Oh maaf, kau bisa melanjutkannya."
"Setelah itu, paman menceritakan semua kepadaku membuat rasa dendam tumbuh dalam hatiku. Aku berjanji akan kembali ke Amerika untuk mencari keluarga Caldwell. Sampai beberapa lama akhirnya aku bertemu dengan putri pembunuh ayahku, yaitu kau." Pungkas Fergio, pria itu menatap Kylie tajam. Sementara Kylie hanya bisa mematung mendengarnya.
"I-itu artinya ayahku tahu jika kau adalah anak temannya?" tanya Kylie, ia berharap jika jawaban yang akan di berikan Fergio adalah kata 'tidak'.
"YA! Namun sedikit koreksi! Ayahmu tahu jika aku adalah anak dari MUSUHNYA," tegas Fergio.
Jawaban itu membuat Kylie tertohok, jika ayahnya yang membunuh Patrick Osvaldo itu artinya ayahnya tahu jika Fergio datang menikahinya untuk membalaskan dendamnya. Lalu kenapa dia tidak berusaha menghentikannya?
"Kau terkejut bukan?" tanya Fergio, seketika menarik Kylie dari dalam lamunannya.
"Harusnya ayahmu tahu jika aku datang untuk membalaskan dendamku, tapi lihatlah dia. Dia menumbalkanmu untuk menikah denganku agar dirinya bebas dari segala hukuman."
Kylie hanya bisa menatap kosong kedalam manik mata suaminya itu. Ia benar-benar tidak menyangka jika ayahnya sekeji itu. Bahkan pria itu menghilangkan nyawa dua orang sekaligus.
"A-aku benar-benar minta maaf atas kesalahan ayahku, aku tidak tahu jika dia melakukan ini kepadamu. Ayah, aku tidak menyangka ternyata dia adalah orang yang kejam."
"Sebenarnya niatku hanya ingin memisahkanmu, tapi kau berkhianat Kylie! Kau sama seperti ayahmu! Kau mengkhianatiku dengan bercinta bersama adikku, Mark."
Kilatan emosi itu kini kembali muncul dari mata Fergio saat ia mengingat apa yang telah istrinya itu lakukan.
Kylie masih menatap mata abu suaminya itu, bulu kuduknya seketika meremang melihat perubahan pada manik matanya.
"Apa kekuranganku, Kylie? Apa?" racau Fergio, pria itu mencengkeram bahu Kylie kemudian mengguncang tubuh gadis itu.
Pria itu kini mempermasalahkan hubungannya dengan Mark, Kylie menyesal telah memperkeruh keadaan. Seandainya ia bisa menahan diri mungkin saat ini permasalahannya sudah selesai.
Kylie hanya bisa menangis seraya membisikkan kata Maaf. Ingin rasanya Kylie menjawab ucapan pria itu, ingin rasanya ia mengatakan bahwa sikap yang Fergio tunjukkan sangat-sangat keterlaluan. Namun, ia takut emosinya akan semakin meledak seperti kemarin.
Fergio bahkan tidak sadar jika dirinya pun telah banyak bermain gila bersama para wanita di luaran sana. Ia bahkan berani membawa kekasihnya Jennifer kehadapan istrinya sendiri.
Fergio melepaskan cengkeraman tangannya, Kylie yang menyadari itu seketika melirik pada suaminya. Ia memberikan tatapan teduh yang selama ini tidak pernah ia berikan pada pria itu.
"Mari kita perbaiki," ucap Kylie dengan tulus. Perempuan itu merasa bahwa semua permasalahannya harus segera ia selesaikan.
Fergio tersenyum sinis mendengar ucapan perempuan itu. "Perbaiki? Semudah itu kau mengatakannya? Kau harus bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan!" ucap Fergio.
Kylie menghela napas gusar. "Apa yang ingin kau lakukan kepadaku?" Kali ini perempuan itu bertutur pasrah. Sementara Fergio tersenyum penuh kemenangan.
Pria itu mengangkat dagu Kylie dengan sedikit hentakan. "Aku menginginkan setiap inci dari tubuhmu."
Kylie menelan ludah, ia melirik tangan Fergio, kemudian beralih menatap mata tajam pria itu. "Maka lakukanlah!" tuturnya berusaha mengusir keraguan
🍁🍁Bersambung🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Unhappy Queen [ 18+ END ]
Romance[Berlatar di Amerika] Pertemuan tanpa sengaja yang mengantarkan Kylie Stephanie Caldwell pada sebuah kesengsaraan. Penculikan yang terjadi, membuatnya jatuh pada sosok pria dingin yang tak mempunyai hati. Kylie memang dilepaskan. Namun, bukan berart...