19. Keluarga Prasetya

169 24 45
                                    

💙Selamat Membaca💙

Pagi menjelang, Aji masih setia duduk di sisi ranjang rumah sakit di mana Daru sedang terbaring lemah. Dari hasil pemeriksaan dan cek darah anak dari Sangaji itu terkena Typus juga ada sedikit masalah pada pencernaannya. Bagiamana reaksi Aji? Tentu saja lelaki itu marah dan ingin menuntut Dokter di Klinik sebelumnya yang memeriksa dan berkata jika anaknya tidak apa-apa. Namun Keshwari mencegahnya dan berkata jika Dokter juga manusia yang mungkin bisa salah. Ah, seandainya bukan ibu dari anaknya yang mengatakan itu dengan suara lembut disertai tatapan mata yang teduh sudah pasti Aji tidak akan mau mendengar.

Kini Daru sudah di rawat di ruang VIP sebuah Rumah Sakit Swasta di kota, ini tentu saja setelah melalui perdebatan antara Aji dan Keshwari. Wanita itu merasa Daru cukup di rawat di ruang kelas dua atau satu perlu di VIP dan tentu saja di tentang Bagaimana mungkin anaknya dibiarkan satu ruangan dengan pasien lain? Bisa -bisa Daru tertular penyakit lain dan membuatnya keadaannya tidak kunjung sembuh. Apa wanita itu kira hidup Aji bergantung hanya dari gaji guru sehingga takut tidak sanggup membayar biaya rawat inap di ruang VIP? Hah, mungkin Aji perlu sedikit menyombongkan diri agar Keshwari tidak meremehkannya.

"Pak Aji mau kopi atau minuman hangat yang lain?"

"Boleh, eh kamu mau kemana? Biar aku saja yang beli, kamu tungguin Daru saja!"

"Biar saya aja, Bapak kelihatan capek banget. Lagian saya mau sekalian beli beberapa keperluan lain selama di sini."

"Bapak. Bapak! Memangnya aku bapakmu!" gerutu Aji. "Udah biar saya yang pergi, mau beli apa aja?"

"Yakin?" tanya Keshwari ragu.

Aji hannya mengangguk, kemudian Keshwari menyebutkan beberapa barang yang sekiranya dibutuhkan.

"Aku keluar dulu," pamit Aji.

Sepeninggal Aji Keshwari hanya diam sambil memandang wajah Daru yang sedikit pucat. Wanita itu sedang berpikir, mengapa tiba-tiba anaknya bisa sakit karena Daru tergolong jarang sekali sakit, apalagi sampai harus di rawat seperti ini. Dia juga sedikit menyesal mengapa tadi malam malah menelpon Aji. Kalau sudah begini 'kan dia semakin susah untuk mengelak.

Aji kembali sekitar empat puluh lima menit kemudian dengan beberapa barang sesuai pesanannya yang tadi disebutkan oleh Keshwari, juga beberapa macam makana dan minuman.

Melihat Keshwari yang heran saat melihat apa yang dia bawa, Aji langsung menjelaskan. "Ini sarapan buat kita, aku beli beberapa macam makanan karena nggak tahu kamu biasa sarapan apa."

"Terima kasih, maaf jadi ngerepotin."

"Repot apa, orang tinggal beli di depan. Udah kita sarapan dulu. Aku nggak mau kamu juga ikut sakit nanti!"

Keshwari  hanya mengangguk dan tidak berniat untuk membantah. Dia tidak boleh sakit, siapa yang akan menjaga Daru nanti. Tidak mungkin dia akan teru-terusan merepotkan Aji. Walaupun dia adalah ayah Daru, tetapi tentu lelaki itu punya keluarga yang juga harus di urus.

Daru terbangun beberapa  saat kemudian. Sekilas dia melihat Ayah dan Ibunya tengah sarapan bersama. Tanpa sadar, bibir pucatnya menyunggingkan senyum. Benarkah yang dia lihat kini?  Pemandangan yang selama ini hanya dia khayalkan namun tidak pernah berani mengharapkan jadi kenyataan.

"Bu," panggilnya lirih.

Aji dan Keshwa menoleh bersamaan.

"Daru, udah bangun? Gimana rasanya sekarang?"

Aji langsung berdiri dan menghampiri Andaru dari wajah lelaki itu sedikit lega, tidak seperti saat datang terburu-buru ke rumah Keshwari dini hari tadi.

Bukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang