🌿PART 20🌿

268 30 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


__________🍀🍀🍀_________

"Puas kamu sekarang?!, saudara kamu kritis itu semua gara-gara kamu! Senang kamu Aska?!" Bentak Kayana dengan penuh emosi, bahkan dari amarah yang menguasai wanita itu Aska kembali mendapat tamparan yang tidak pernah dia duga-duga.

Meski Wardana bersama anak pertamanya sudah meminta Kanaya untuk berhenti memarahi Aska, namun semua itu tidak di gubrisnya. Aska hanya bisa terus meminta maaf dengan air mata yang ia tahan-tahan agar tidak keluar.

"Sudah berapa kali bunda bilang kamu Aska, tolong! Tolong apa pun itu jangan buat kondisi kakak kamu drop. Tolong jagain dia, kenapa kamu nggak dengerin bunda hah?!"

"Bunda sudah! Cukup marahin Askanya." Kanaya menoleh melihat Shaka, baru kali ini ia melihat sorot benci dari kedua mata itu.

Tidak ingin suasana semakin buruk dan menganggu pasien yang lainnya. Wardana manarik istrinya untuk pergi dari sana. Nafas Shaka tampak memburu melihat kepergian kedua orang tuanya, seketika air mata yang sudah ia tahan dari tadi jatuh juga. Aska segera menghapusnya, melempar senyum pada Shaka.

"Gue nggak apa-apa."

"Lo selalu saja jago bohong."

Aska terkekeh kecil, "gue keluar bentar. Kalau Aksa sudah bangun telpon gue!."

Sebuah tepukan pada bahu kananya menyadarkannya dari lamunan bawah sadarnya. Eleena, gadis itu yang menghampiri Aska yang tengah duduk sendiri di kursi kayu panjang yang ada di tengah taman rumah sakit.

Ketika hendak mencari kamar rawat Aksa yang ada di gedung dua yang kebetulan melewati taman. Taman itu berada di samping gedung 1. Eleena diam memperhatikan Aska yang tersenyum kecil melihat tiga anak laki-laki yang sedang bermain ayunan, namun di sisi lain entah kenapa ia dapat merasakan kesedihan yang di rasakan laki-laki.

"El"

"Iya?"

"Dulu, kita pernah buat janji kan untuk nggak saling jatuh cinta." Eleena mengangguk pelan, Aska masih betah memperhatikan ketiga anak lelaki di depan sana.

"Kata orang cinta itu bisa hadir karena terbiasa. Bukan gue kepedean, tapi kalau kedekatan kita buat lo salah paham lebih baik kita-"

"Saling menjauh."

Aska menatap tepat kedua mata gadis itu dengan serius. Senyum yang tadi ingin terbit kini urung di keluarkan, syok. Mengapa Aska bisa berbicara seperti itu, apa laki-laki itu tahu akan perasaannya. Ingin rasanya Eleena protes dan bilang bahwa ia tidak bisa, mungkin lebih tepatnya tidak ingin tapi kenapa bibir terasa sangat kaku.

Dendelion🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang