꒰30꒱ :: Malam terakhir.

458 91 60
                                    

Gojo mendorong kasar pintu ruangan kepala sekolah. Menemukan pria berumur empat puluhan itu sedang menjahit boneka.

"Satoru?!" kata Yaga dengan nada terkejut.

Si surai putih menghampiri segera. "Apa [Name] tadi ke sini?"

"Ah ... dia datang dan pamitan."

"Lalu?"

"Dia pergi ke rumah pamannya untuk persiapan keberangkatan besok."

Haruto, ya? Gojo segera berbalik. "Baiklah. Aku pergi." Ia menepuk tangan sekali. Teleportasi ke luar ruangan.

Yaga bergeming. Mengejap heran dan berkata, "Tumben sekali dia terlihat panik seperti tadi ...."

Ia belum pernah melihat ekspresi seperti itu di wajah Gojo. Selain saat anak itu kehilangan kawannya.

꒰꒰꒱꒱

[Name] memakai sepatu kets warna putih di dekat pintu keluar rumah Haruto. Ia berdiri, lalu merapikan kemeja putih yang melekat di tubuh.

"Paman, aku keluar dulu, ya. Mau jalan-jalan."

Haruto di dalam ruangan kerjanya pun membalas, "Okee. Hati-hati, ya! Kalau ketemu orang mesum, tendang aja masa depannya!"

[Name] tertawa sembari menggeleng. Lantas menarik pintu, lalu melangkah. Menuruni tangga dan menghirup udara segar.

Dia mendongak. Menatap langit malam penuh bintang. Pandangan berubah sendu, kesedihan merangsek ke hati. Besok dia tak akan berada di sini lagi, entah sampai kapan. Meninggalkan semuanya.

Meninggalkan sang pujaan hati.

"Katanya cinta pertama jarang berhasil." [Name] meringis. "Berlaku untukku juga, ya?"

Aku pengen ketemu .... [Name] menghela napas. Lantas melangkah keluar dari pekarangan rumah.

Haruto mengintip lewat jendela. Menatap sang keponakan yang sudah menghilang dari balik pagar rumah. Dia mengusap tengkuk, menghela napas juga.

"Sayang banget ... nak Gojo benar-benar nggak mau datang?" katanya. "Mungkin aja ini satu-satunya kesempatan ...."

Haruto menggeleng. "Nggak usah ngurus kehidupan orang lain. Aku aja kisah percintaannya kagak jelas—”

Suara pintu terbuka kasar mengejutkan Haruto yang sedang dilanda kesedihan palsu. Ia mengernyit. Segera keluar dari ruang kerja menuju pintu keluar rumah.

“Ada apa, nih?!” teriak Haruto mengintip dari balik dinding.

“[Name] mana?”

Pelakunya adalah Gojo.

“Uwaw.” Haruto melangkah mendekat sembari menutup mulut menggunakan lengan kimono. “Nak Gojo lagi ngejar cinta, ya?”

Pria itu terengah-engah—tak biasanya. Ia menghampiri Haruto dan menarik kerah kimono-nya. Dengan suara berat berkata, “Sesusah itu mengatakan tempat [Name] sekarang, huh?”

Haruto keringat dingin. Spontan menaikkan kedua tangan tanda menyerah. “Tadi dia keluar, katanya ingin jalan-jalan. Kau tahu, bukan? Kami akan pergi besok. Jadi, kupikir ... dia mungkin hanya ingin menghabiskan waktu untuk terakhir kali di sini.”

Make Him Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang