plaakk----
Pukulan itu keras sekali. Selasa, 2 April 2024. Harusnya pagi ini aku segera pergi sekolah, tapi hanya karena satu nilai C di rapot itu sudah cukup memancing amarah kedua orangtuaku.
" GOBLOKK! NILAI APA INI? GIMANA KAMU MAU MASUK KEDOKTERAN KALO ADA 'C' GINI??"
"LAGI PULA HANYA PENJASKES, PELAJARAN OLAHRAGA, NAH MAKANYA KAMU BELAJAR MASA GINI AJA GABISA? KAMU SELAMA INI FOKUS APA?"
aku mendengus, lah bukannya selama ini mereka sendiri yang bilang? KALO AKU HARUS FOKUS DI PELAJARAN EKSAKTA SAJA. Matematika, fisika, kimia, dan lain-lain yang membosankan itu. wajar saja aku tidak terlalu memperhatikan pelajaran olahraga, prakarya,komputer. Itupun syukur-syukur pelajaran komputer ku dapat B. coba kalau C, ada dua 'C' dirapotku, wah rapotku sudah dilempar kekolam mungkin. batinku dalam hati menahan sesak ini. Tapi aku hanya bisa tertunduk kosong, tergugu. Tak menangis, tak bersuara. Untuk apa? sudah habis air mataku setiap malam.
"Udahlah kamu emang susah dibilangin" Kedua Orang tua ku pun melengos pergi. Ke kantor. Seperti biasa. Aku masih diam tergugu, baru sampai mobil mereka sudah tak nampak, aku segera menghabiskan sarapanku dan membawa mobilku meluncur melintasi jalanan pagi ke sekolah.
Aku tersentak. Keringat bercucuran dari pelipisku. Huh. bahkan kejadian pagi tadi sampai terbawa mimpi. Aku melihat jam di dinding, pukul 6 pagi. OK lupakan mimpi itu. lupakan kejadian kemarin. Ini rabu, ini hari baru. Dan hey! hari ini ada pelajaran Bahasa Jerman dan Seni kesukaanku!
Aku pun bersemangat, bergegas merapikan kasurku. Kubuka jendela kamarku lebar-lebar. Ahhh angin itu berhembus pelan memainkan anak rambutku. Matahari bersinar lembut di timur. Kupejamkan mata, menarik nafas perlahan, menghembuskannya. Lupakan kemarin-kemarin, ini hari baru, ini hariku.
Kubuka dan kudorong pintu itu perlahan, kulihat luar sebentar, sepi hanya aja Nara dan Zamir di meja makan asyik memakan sarapan mereka. Baguslah mereka sudah ke kantor, kejadian kemarin memang jangan sampai terulang. Aku bersenandung pelan keluar kamar, mau mandi.
"Hi kak, ada nasi goreng nih enak" Zamir menyapa sambil mengunyah dengan mulutnya yang penuh.
"oh iyakah? ok aku mandi dulu bentar"
pagi itupun berjalan 'Normal'. Selepas mandi aku pun sarapan menyusul Nara dan zamir, berbincang banyak, lalu kami pun berangkat ke sekolah masing-masing. Nara dan zamir naik motor berdua karena lokasi sekolah mereka dekat. Aku seperti biasa dengan mobilku karena sekolahku cukup jauh. Semua berjalan lancar.
Begitu pun ketika sampai dikelas. Kalian tahu, sifatku akan berubah 180 derajat ketika disekolah! wkwkwk. Aku memang pendiam dan murung dirumah---toh karena lingkungan keluarga yang seperti itu. Tapi ketika dikelas, demi melihat bibir Isma yang sampai 'manyun, mencong-mencong' hanya untuk tiktokkan, sudah cukup membuat senyumku kembali merekah. Dan ya, aku berubah 180 derajat periang dan terus tertawa.
"biasa aja kali bibirnya gausa manyun-manyun" aku menghampiri mereka. Duduk dan menaruh tas dikursiku sambil menoleh kebelakang. Isma duduk berpasangan dengan Lika. Sementara aku dengan Zizi.
"Ih Av ini tuuh lagi hitzzz tauuu" sahut Isma yang terus berlenggak-lenggok di depan kamera.
"Av, kamu udah ngerjain PR matematika kan? jangan bilang belum kayak Isma dan malah tiktokkan. kamu tau sendiri Bu Kai kejamnya kek hitler, wahh bisa disuruh nulis 'kalimat istigfar 'ampe pegel tuh tangan" Zizi mencomot sembarang topik
"IH APAAN SIH ZIK, tinggal tiga nomer juga.. bentar dulu napa, ini mumpung sunshine nya lagi syantikkk. golden hour" Isma masih melanjutkan 'rutinitas tiktokan golden hour' nya.
Aku hanya balas menggangguk pada Zizi, dan tertawa melihat kelakuan Isma---sekaligus tertawa melihat Lika yang jusru hanya diam 'asyik tenggelam' dengan novelnya. Lika memang suka membaca sepertiku. Tapi yang lucu adalah, kok bisa pas sekali, aku yang pintar bahasa tapi tidak bisa fisika ini duduk sebangku dengan Zizi yang 'master fisika' tapi kurang mengerti bahasa. Apalagi bahasa Jerman yang katanya adalah bahasa alien wkwkw. Dan Isma yang heboh nya minta ampun, doyan tiktokan, duduk sebangku dengan Lika yang kalem. Kelewat kalem malahan bisa dibilang seperti sedang 'bertapa' tak banyak bicara, cuek, dan asyik dengan Novelnya. sekali merespon hanya 'iya, hm, ok'
"Selamat Pagi anak-anak" Bu Kai tiba-tiba masuk kelas membawa tumpukan buku 'rumus sakti' matematikanya.
"Pagi buuuuuuuuuuuu" sahut anak kelas serempak, bahkan ada yang mencengkokkan nada suara nya di akhir kata 'bu'. Sudah seperti penyanyi dangdut saja. Aku menahan tawa.
"Rian gausah berlebihan, suaramu ituloh sumbang kedengaran, biasa aja dong nyapa ibu" Aduh coba kalau ini bukan Bu Kai aku sudah tertawa terbahak-bahak mungkin. lihatlah, Rian manyun dipojokan.
"Sudah-Sudah ayo cepat keluarkan PR kalian" wajah bahagia teman sekelas langsung berubah kusut sekejap.
"ADUH MATI AKU KURANG TIGA SOAL" Isma berbisik kepada kami
"TUh kan, aku tadi udah ingetin, rasain" Balas Zizi mendengus sedikit kesal.
benar saja, pagi itu tangan Isma sampai 'mau patah' katanya menulis 1000 kalimat istigfar di dua lembar kertas folio bergaris. Sialnya lagi, tinta bolpoinnya juga sampai habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musik
RandomApa jadinya jika rasa sakit itu terus datang? Terus berjalan atau berhenti hanya menatap keramaian? inilah kisahku, tentang memeluk rasa sakit, tentang persahabatan, tentang ikhlas, tentang cinta, tentang bahagia, dan tentang.. Musik pastinya.