25. Tanah kelahiran

2.3K 170 5
                                    

Sekadar mengingatkan saja yaa, genre cerita ini Sci-Fic separuh action or thriller.

Jadi untuk ke depannya, yang mau membaca, semoga tidak kaget jika ceritanya benar-benar penuh imajinasiku dan mungkin bagi sebagian jadi terasa tidak masuk akal.

Makin ke sini makin takut mengecewakan pembaca, tapi aku juga tidak mau mengubah hasil imajinasiku ಠ⁠◡⁠ಠ

Jadi ya, mau make sure aja buat pembaca biar tidak kecewa jika ceritanya tidak full romance (⁠ب⁠_⁠ب⁠)

Thanks ... Semoga bisa menikmati ceritanya.
_________

.

Pandangan mata gadis itu tetap kosong menjelajahi seluruh ruangan. Tidak ada sosok Edzsel di sekitarnya. Membuat Renggana merasa benar-benar bersalah.

Beberapa saat sebelumnya, Vinka sudah menjelaskan segalanya. Mulai dari kenapa, karena siapa dan apa yang mengakibatkan Edzsel bisa semarah itu.

Renggana tidak bisa menyalahkan siapa pun selain dirinya sendiri.

"Anda terlihat sedikit pucat, Nyonya. Apa ada keluhan lain yang Anda rasakan saat ini?"

Suara keibuan dari dokter Therry Wilson membuat Renggana sadar jika dirinya tidak sedang sendirian saat ini. Karena dokter spesialis kulit itu sudah bersama dengannya selama satu jam lebih.

"Tidak." jawab gadis itu lesu.

"Lalu kenapa wajah Anda semurung ini?"

Renggana yang duduk di atas brankar itu hanya menatap lamat-lamat wajah cantik dokter di hadapannya.

Sorot mata dokter Therry menunjukkan jika dia memang benar-benar peduli.

"Dokter sudah menikah?" tanya Renggana kemudian.

Paham kemana arah pembicaraan ini akan mengalir, dokter Therry pun lantas mulai membereskan peralatannya dan duduk di dekat Renggana setelah menarik sebuah kursi.

"Kebetulan suami saya sedang memanggang kue saat ini."

"Kalau begitu ... Apa kalian pernah bertengkar?- eh- anu ... Itu ... Saya tidak bermaksud menyinggung. Jika dokter tidak nyaman- aduh ... Bagaimana ya?"

Melihat pasiennya berubah panik, dokter Therry tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Dia menggenggam tangan Renggana untuk menenangkan.

"Jangan panik, Nyonya. Jam kerjaku sudah berakhir dua menit yang lalu. Aku yakin yang berdiri di hadapan Anda saat ini bukanlah seorang dokter. Melainkan istri dari seorang Tuan Wilson." ucap Therry berubah menjadi lebih santai.

"Aah ... Ba-baiklah. Terima kasih ... Kalau begitu, A-anda juga bisa berbicara santai kepadaku. Jangan memanggilku Nyonya. Panggil saja-"

"Ah! Kalau yang itu aku tidak bisa melakukannya." ungkap dokter Therry kecewa.

"Kenapa?" Renggana lebih kecewa lagi.

"Yaa ... Anggap saja aku masih ingin menua bersama suamiku dengan damai."

"Maaf?"

Ucapan Therry merujuk pada sosok Edzsel yang sudah cukup dia kenal dengan baik. Dokter wanita itu tidak mau ambil resiko jika nantinya kepala dan leher cantiknya akan terpisah jauh. Bagai Kutub Utara dengan Kutub Selatan jika sampai ia tak menghormati Renggana.

"Lupakan saja, Nyonya. Sekarang ceritakan saja tentang masalah suami istri barusan. Aku akan mendengarkan."

Renggana mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menekan buku jarinya hingga memucat. Membuat ekspresi paling horor yang pernah ia buat.

Don't Escape: Look At Me, Your Devil AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang