prolog

509 29 1
                                    

"Ra, hati Aca sakit banget. Apalagi pas tau dia jalan sama cewe lain," ucap Aca sembari menghampiri Rara, kemudian bersandar di bahunya.

Rara melirik Aca dan mengelus pelan kepalanya.
"Udah ca, orang yang kayak gitu tinggalin aja."

Aca mendongak menatap Rara dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tapi Aca gak bisa ninggalin Dean Ra."

Rara kini mengerutkan keningnya.
"Kenapa gak bisa?"

"Aca cinta sama dia Ra."

Mendengar ucapan Aca, Rara langsung menangkup pipinya.
"Ca, dengerin gua. Kalo dia cuman bikin Aca sakit hati, udah tinggalin aja!"

Aca melepaskan tangan Rara dari pipinya.
"Rara bilang gitu karena Rara gak tau kan gimana rasanya jadi Aca, asal Rara tau, cuman dia yang cinta sama Aca. Kalo Aca tinggalin dia, nanti gak ada yang cinta lagi sama Aca," bibirnya bergetar setelah mengatakan itu.

Rara memegang pundak Aca yang kini ikut bergetar.
"Aca, disini ada gua. Terus selama ini Aca anggap gua apa?"

Aca kembali mendongak menatap Rara.
"Tapi Ra-"

"Ca, cukup gua muak. Lu tau sendiri kan, gua bahkan bisa perlakuin lu lebih baik dari dia. Gua juga cinta sama lu."

"Gak bisa Ra, itu salah."

Rara mencengkram erat bahu Aca.
"Apanya yang salah ca, gua cuman cinta sama lu, apa itu sebuah kesalahan??"

Air mata mulai mengalir membasahi pipi Aca.
"Gak, kita gak bisa kayak gini Ra."

Rara memeluk Aca yang kini mulai menangis, ia bahkan memeluknya sangat erat. Sembari mengelus rambutnya, Rara terus mencoba untuk meminta maaf.

better than him Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang