Hii!
Selamat bulan baru(?) Gimana? Was September all good? Rencana-rencana dibulan lalu udah terealisasi semua? Atau masih ada yang nyisa? Atau mungkin perlu waktu tambahan? Apapun itu, semoga kamu gak terlalu berlebihan menanggapinya. Jangan lupain kesehatan lahir batinnya, jangan lupa bahagianya juga.
Bagian kali ini sangat panjang. Almost 5.5k words, y'all! Ku saranin untuk cari temen buat bacanya. Entah itu lagu (ada dua mood menurutku di sini. Fun and serious) atau minuman dan camilan kesukaan kamu. Ah! Ku baru coba satu camilan baru. Akar kelapa namanya. Enak, gak terlalu manis. Cocok untuk temen baca. Ada yang tau, ga?
Alright! Gak akan ku buat panjang lagi intronya. Selamat membaca, ya! Semoga suka!
🐨🐨🐨
D
ays passed. Kegiatan di kampus udah bener-bener longgar. Rasanya gak percaya kalau gua tinggal nunggu wisuda.
Hari ini sedikit beda dari gua biasanya. Jam 7 pagi gua udah ada di bandara. Gua nunggu seseorang yang—kalau sesuai rencana—akan datang kurang dari 10 menit lagi.
Bandara hari ini keliatan cukup ramai. Entah ini karena udah masuk musim libur atau gimana ‘cause don’t really care about the national holidays.
Di pintu keberangkatan atau kedatangan keliatan orang-orang yang lagi berdiri pun yang duduk menuhin beberapa kursi yang ada. Gua sendiri duduk di salah satu kursi dengan ponsel di tangan gua.
You guys might know who am I waiting for. Yap! Devi.
Akhir-akhir ini gua sering chat sama dia. She’s actually a nice person. Gua gak ngomongin dari sisi yang lain, tapi sejauh yang gua kenal—walaupun cuma di pesan—dia bukan orang yang masuk dalam golongan buruk di kriteria gua.
2 hari lalu dia kabarin gua. Hubungan dia sama keluarganya membaik. Keluarganya minta dia untuk pulang dan selesaiin semuanya secara tatap muka.
She’s nervous waktu dia telepon gua. Dia ragu sama dirinya sendiri tentang keputusannya untuk pulang ke sini lagi. Tapi sebisa mungkin gua bikin dia nyaman, at least gak terlalu ngerasa tertekan.
Usia kandungannya udah masuk minggu ke 30. Itu sebabnya dia pulang dalam waktu dekat karena mungkin kalau semakin mendekati kelahiran, dia gak bakal bisa untuk pulang dengan pesawat. Mungkin naik kereta atau bis yang akan makan waktu lebih dari 1 hari perjalanan.
Di kota rantauannya, dia cerita kalau dia kerja sebagai instruktur yoga untuk ibu hamil. Entah, gua gak ngerti caranya gimana. Yang pasti, dia bilang, sebelum jadi model dia emang kerja di tempat yoga dan pernah belajar khusus untuk wanita hamil juga.
Untuk urusan dia dan ayah dari bayinya masih dalam perdebatan—pembahasan keluarga lebih tepatnya. Ayah dari bayinya sendiri commit sama apa yang dia bilang. Dia bersedia untuk tanggung jawab. Pun dari yang Devi bilang, ayah dari bayinya selalu kirim uang untuk sekedar beli susu khus, periksa kandungan, persiapan kelahiran atau beli vitamin. Tapi tentu itu semua setelah semua rasa kagetnya reda.
Devi sendiri ngerasa lebih hidup sekarang. Gua sering facetime sama dia terutama di hari libur atau malam hari. She looks really cute dengan pipinya yang sedikit membulat karena hamil. Awalnya dia insecure sebagaimana perempuan kalau naik berat badan. Tapi diluar itu semua, dia seneng karena gak sabar untuk nunggu anaknya lahir.
Menurut yang dia bilang, dia masih gak tau jenis kelamin anaknya—lebih tepatnya memilih untuk gak tau. Katanya, dia akan terima apapun jenis kelaminnya yang penting anaknya bisa lahir dengan sehat dan dia pun bisa ngelahirin dengan sempurna. Gua sangat bahagia denger itu. Pun Adnan. He acted like he’s the father of the child when he knows Devi take cares of her child.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampus [END]
Teen Fiction"Kalo saya bilang, saya lamar kamu, kamu kaget ga?" Ya kaget lah anjir! batin Kinan. "Ngga, ga mungkin juga," Kinan menjawab. "Ada kemungkinan. Dan sekarang kejadiannya. Saya lamar kamu. Gimana? Jawaban kamu apa?"