Oneshot

1.7K 273 58
                                    

"Hueeek ...."

"Hueeek ...."

Seorang pemuda bersurai hitam legam berdiri lemah di kamar mandi. Tangannya berpegang pada wastafel. Wajahnya tampak pucat. Sejak bangun tidur, ia sudah berulang kali mual-mual. Namun sama sekali tidak ada yang keluar. Hanya perutnya saja yang terasa diaduk-aduk.

Setelah membasuh wajahnya, ia kembali ke ranjangnya. Berbaring dengan memegangi kepalanya yang terasa pusing. Tangannya menyelinap ke bawah bantal. Mengambil ponsel yang sejak semalam ia abaikan.

Desahan nafas kecewa keluar dari bibirnya saat melihat ponselnya. Sama sekali tidak ada pesan atau panggilan masuk. Ia memiliki kekasih. Tapi seperti tidak memiliki kekasih.

Setelah setengah jam berbaring, ia memaksa tubuhnya untuk bergerak. Mandi dan berganti pakaian. Merasa sudah tampan seperti biasa, ia melangkahkan kakinya untuk menemui ke dua orang tuanya.

"Yibo makanlah nak! Ibu sudah memasakkan makanan kesukaanmu."

Yibo tersenyum melihat makanan yang tersaji di meja makan. Noodles yang selama ini menjadi favoritnya lengkap dengan daun ketumbar. Dari tampilannya terlihat begitu menggiurkan. Namun belum sempat mendudukkan dirinya, Yibo langsung membekap mulutnya. Perutnya lagi-lagi mual diiringi rasa pusing

Yibo kembali masuk ke kamar mandi. Rasanya ia ingin mengeluarkan semua yang ada di perutnya. Tapi lagi-lagi hanya perutnya yang mual luar biasa. Sang ibu yang melihat keadaan anaknya hanya tersenyum maklum.

"Maaf Bu, aku sarapan di kampus saja. Perutku benar-benar mual." Yibo tersenyum menyesal. Wajahnya terlihat begitu pucat dengan mata tajamnya yang sedikit sayu.

"Kau harus lebih sabar membujuk Zhanzhan. Dan nikmati saja hari-harimu Nak!"

Yibo hanya bisa tersenyum lemah. Bagaimana ia bisa menikmati hari kalau perutnya terus-terusan terasa mual. Bahkan tubuhnya ikut-ikutan lemas.


✿Peony_Bunny✿


Yibo mencari keberadaan kekasihnya di kampus. Setelah mata kuliahnya selesai, ia langsung melesat keluar. Yibo berjalan dengan sedikit tergesa ke kelas kekasihnya. Senyumnya langsung terkembang mendapati Zhan berkumpul dengan mahasiswa lainnya.

Melihat kedatangannya, dua mahasiswa lainnya memilih keluar. Meninggalkan dirinya dan Zhan yang asyik dengan buku-nya. Lagi pula tidak ada yang berani mendekati seorang Wang Yibo selain Zhan dan sahabat-sahabatnya.

"Zhan."

Tanpa melihat, Zhan langsung bangkit dari duduknya. Ia berniat menghindari Yibo. Namun dengan sigap pemuda tampan itu langsung mencekalnya.

"Aku mau bicara!"

"Aku tidak mau!" ucap Zhan ketus.

"Jangan sentuh aku Yibo!" peringat pemuda yang lebih kurus. Mata bulat miliknya memancarkan kekesalan ke arah Yibo.

Yibo tahu Zhan risih dengannya. Terlihat jelas dari ekspresi kekasih manisnya. Tapi Yibo mencoba mengabaikannya. Ia hanya ingin berbicara serius dengan Zhan. Sudah cukup ia merasa tersiksa. Merasa mual terus menerus itu tidak enak. Apalagi dengan terang-terangan kekasih manisnya menghindarinya.

"Zhan duduklah! Jangan menghindar terus!"

Ucapan Yibo yang lembut Zhan abaikan. Ia justru menghempaskan tangan Yibk. Setelah tangan itu terlepas, Zhan langsung berjalan keluar. Mempercepat langkahnya karena Yibo terus mengikutinya.

"Jangan ikuti aku Yibo! Aku tidak mau melihat wajahmu." marah Zhan. Yibo mencoba menulikan pendengarannya. Ia tidak memperdulikan omelan kekasihnya.

"Jangan lihat wajahku kalau begitu! Tapi dengarkan aku sebentar!"

Husband CravingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang