20. Kebahagiaan Andaru

184 29 34
                                    

💙Selamat Membaca💙




Lestari dan Wijaya sudah berada di dalam ruang rawat inap Andaru. Keshwari hanya berdiri di dekat ranjang anaknya, dia bingung harus berbuat apa karena ternyata yang datang adalah orang tua Aji. Apa maksud dan tujuan lelaki ini sebenarnya, mengapa malah orang tuanya yang dia datangkan? Apakah dia takut kepada istrinya lalu berniat meminta orang tuanya menemuinya dan Andaru dengan maksud tertentu? Hah, entahlah, yang pasti dia tidak pernah meminta apapun untuk Andaru, termasuk pengakuan.

"Keshwari, ini Bapak dan Ibuku."

Aji merasa perlu memperkenalkan ibu dari anaknya yang kini sedang berdiri dengan gestur tidak nyaman dan membuat lelaki merasa sedikit bersalah.

Mendengar itu Keshwari kemudian mendekat dan menyalami  kedua orang tua Aji walau dengan perasaan yang tidak menentu. "Keshwari," ucapnya sambil menjabat tangan Lestari dan Wijaya.

Kedua orang tua Aji menyambut dengan senyum memandang penuh haru wanita yang tingginya hanya sekitar 150cm dengan kulit putih dengan wajah bulat.

"Silakan duduk, Pak, Bu!" Keshwari mempersilakan karena dia bingung harus bagaimana lagi. Lestari dan Wijaya mengangguk bersamaan.

Namunsebelum duduk terlebi dahulu Lestari bertanya, "yang itu siapa, Nak?" tatapannya mengarah ke Daru.

Pertanyaan itu tentu saja mengagetkan Aji dan Keshwari. Di samping Lestari, Wijaya menatap Aji dengan tajam seolah-olah meminta penjelasan.

"I-itu Andaru, Bu."

Lestari mengangguk tetapi dari tatapan matanya wanita itu terlihat masih menunggu penjelasan dari Aji selanjutnya karena tidak puas dengan jawaban anaknya barusan. Wanita itu seolah-olah bertanya, Andaru itu siapa?

"Andaru itu anaknya Aji, Bu."

"Anak?" Kali ini Wijaya yang bersuara.

Aji hanya bisa mengangguk.Oh, ayolah apa yang harus Aji katakan? Tidak bisakah Bapak dan Ibunya memahami keadaan Aji saat ini. Atau mengapa tidak membicarakan ini di rumah eyangnya saja, jangan di depan Keshwari. Jika begini, bukankah Wijaya seolah-olah menantang Aji untung mengakui sisi lain masa lalunya yang hitam. Dan parahnya harus dia akui di depan Keshwari? Memang tidak diragukan lagi jika Wijaya ahli dalam membunuh karakter seseorang.

"Itu boleh nanti saja Aji jelaskan, Pak. Daru sedang sakit, takut dia terganggu."

Wijaya menyipitkan mata mendengar jawaban Aji, sudah dia duga jika anak lelakinya tidak berani menjelaskan secara langsung. Hah, padahal dia sebenarnya sudah tahu bagaiamana kisah yang terjadi diantara mereka.

"Memangnya kamu menikah di sini, lalu punya anak? Baru sebulan di sini, sudah sebesar itu?"

"Pak, itu ...."

"La iya to, kamu baru sebulan di sini tiba-tiba ngaku punya anak sudah sebesar itu, bagaimana bisa?"

Aji tidak berani menatap Wijaya, dia lebih memilih melihat kearah sang ibu dengan wajah memohon, tetapi anehnya kali ini Lestari seperti tidak peduli dan memasang wajah tak acuh, tidak kasihan sama sekali pada putranya yang sedang diinterogasi oleh bapaknya. Ada apa ini sebenarnya, apakah sekarang mereka bersekongkol?

Sulung dari Wijaya itu tidak tahu jika sebenarnya tawa Lestari hampir meledak mendengar kata-kata dari suaminya. Astaga, ternyata Wijaya juga jago berakting, tetapi melihat wajah nelangsa Sangaji membuatnya tidak tega. Tidak ingin berlama-lama akhirnya Lestari memutuskan untuk menyudahi drama ini.

Bukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang