Alto 4

2 0 0
                                    

Sore itu roda-roda mobilku menyusuri jalanan kota yang lenggang. Tidak seperti biasanya macet.  Mungkin karena ini baru pukul 3 sore, biasanya aku pulang pukul  5 sore sehabis mengikuti klub bahasa Jerman dan Karate.

Hari yang indah. Hari Rabu penuh hal baru. Pak Je yang tiba-tiba membawa banyak alat musik. Mendengarkan semua siswa bernyanyi dan bermain alat musik masing- masing. Juga bertemu dengan Kenzo dikobhasis---Piiiipp..Teleponku bergetar. Pesan Masuk. Aku melihat notifikasi dilayar.

'Kak bisa jemput Zamir dan kak Nara? Latihan bola Zamir diliburkan. Pelatih ada acara. Kak Nara ternyata juga sama jam pulangnya denganku. Jadi tadi sekalian kesini. Bisa jempuk Kak?'

Aku memutar setirku ke kanan, ke sekolah Zamir dan Nara.

Malam baru pukul 7 sehabis aku shalat isya', sungguh tidak biasanya mobil orang tua ku datang dan membunyikan klakson tanda agar kami segera membukakan pintu garasi. Heh? tumben sekali mereka pulang cepat. Aku pun membuka pintu garasi, sepertinya Nara terlalu 'tuli' dengan earphone yang selalu menempel ditelinganya, dan Zamir yang terlalu asik dengan permainan di tabletnya.

Aku memilih diam ketika mereka turun dari mobil, kembali menutup pintu garasi. Toh aku sudah muak dengan semua. Bergegas kembali ke kamar. Lebih baik belajar semua pelajaran fisika,Sejarah, matematika, olahraga, dan lain-lain itu yang kata mereka aku harus menguasai, menghafal semuanya daripada menerima amukan lagi. Aku memang suka menghafal, pelajaran Biologi, Kimia, dan Bahasa aku jagonya. Tapi terkadang melelahkan kalau harus semua pelajaran kuhafal, kukuasai. Tidak mungkin kan memang, tapi yah...itulah yang terjadi padaku. 'Kamu harus sempurna di semua mata pelajaran, agar semua nilai mata pelajaranmu terlihat bagus. Diterima di kedokteran jalur SNMPTN, tidak usah merepotkan lagi' begitu mindset mereka yang kadang aku sendiri tertawa mendengarnya, tapi toh tidak ada yang bisa kulakukan. 'Boro-boro mengikuti passsion', aku saja bingung dan tak ada pilihan, semua sudah ditentukan, masa depanku sudah 'di atur ' oleh mereka. Aku menentang, tamparan melayang. Pernah sih sekali mereka bertanya, 'Avalee kamu mau kuliah apa?' belum aku menjawab, sepertinya mereka sudah tau isi pikiranku 'Sastra Jerman, Seni Musik, atau Hubungan Internasional apapun yang kamu suka itu memang mudah masuk nya, tidak perlu nilai tinggi seperti kedokteran. Kuliahnya juga gampang, gausah mikir berat. Tapi lulus nanti kamu mau jadi apa? Guru bahasa? Pemusik? Pengangguran? jaman sekarang susah cari kerja. Udahlah kedokteran aja enak lulus jadi dokter, atau ambil ikadin, ikatan dinas, kedinasan kayak ayah gini lulus jadi ASN, hidup nya terjamin ' Aku sempurna terdiam.

Tapi aku keliru, kukira malam ini akan 'damai dan baik-baik saja' setelah aku berhasil kembali ke kamar tadi tanpa kejadian apapun. Mereka yang tengah asik makan malam, tiba-tiba memanggilku minta dibuatkan teh hangat didapur belakang. Aku menurut melakukannya tanpa pernah banyak bicara. Tapi sungguh aku keliru. Aku kira dengan hanya diam tidak akan muncul masalah. Aku terlalu lelah mungkin hari ini hingga tanpa sengaja aku menumpahkan teh yang kubuat sendiri.

"GOBLOK, BISA TIDAK SIH KAMU TIDAK SELALU CEROBOH?"

"Menaruh gelas saja tidak bisa, selalu ceroboh, pantas saja kamu selalu bermasalah dengan nilai dirapotmu itu"

hah? APA HUBUNGANNYA TEH DENGAN RAPOT. Lagipula hanya satu C itu, selalu diungkit-ungkit. Aku berteriak dalam hati.

"Kamu mau jadi apa nanti? apa-apa tidak bisa. Menaruh gelas tumpah. Minggu lalu juga kamu hampir memecahkan vas bunga kesayangan mama. Pelajaran Olahraga begitu mudahnya dapat C. bodoh kok dipelihara. mana pinternya sih kamu? Gini kok katanya paling pintar dikeluarga ini"

Aku mengepel seluruh tumpahan teh dilantai. Sakit mendengarnya, tapi sepertinya aku sudah terbiasa. Jadi aku tidak pernah menangis mendengar mereka berbicara langsung didepanku. Membuatkan teh yang baru. kembali ke kamarku.

Pukul 9 aku sudah mengerjakan beberapa tugas untuk lusa, dan belajar semua materi untuk pelajaran besok. Seperti biasa, aku menyiapkan semua buku ditas, Menarik Selimut, Beranjak kekasur dan mulai tidur. Lupakan. Ada temanku-teman dikelas dan hari esok menungguku. Selalu menyenangkan memang memikirkan teman sekolah. Setidaknya merekalah penyemangat hariku terlepas dari rumah ini.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MusikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang