Peserta Lomba

9 1 0
                                    

" Gawat! Gawat! Gawat! "

Bisa-bisanya aku telat bangun tidur! Gara-gara semalam begadang nonton bola, aku jadi kesiangan.

Aku masih punya waktu 5 menit lagi sebelum gerbang sekolahnya ditutup. Tapi tetap saja ini masih jauh dari sekolah. Ayo, kamu bisa Erza!

Aku berlari secepat mungkin menuju sekolah. Walau halangan rintangan membentang tak jadi beban pikiran, kera sakti!! Ehh? Kenapa jadi nyanyi sih?! Pokoknya aku harus cepat, mungkin saking cepatnya sekarang, pemain bola killian mbappe juga kalah.

" Semoga masih sempat. "

Saat aku tiba di persimpangan jalan, aku lihat gerbang sekolah sudah ditutup.

" Bangke! Aku telat kan. "

Kalau sudah begini aku harus ngapain? Aku gak mungkin pulang ke rumah lagi kan, masa udah capek-capek lari harus balik lagi ke rumah. Gak, pokoknya aku harus cari cara buat masuk ke sekolah.

Kalau semisal minta izin baik-baik juga pasti ujung-ujungnya bakal jadi masalah. Aku pasti bakal dibawa ke ruang BK sama pak satpam, apalagi sekarang yang jadi pengawas itu Pak Derril. Bisa-bisa aku dimarahin habis-habisan sama dia.

Apa aku panjat tembok belakang saja? Lagian di balik tembok itu cuma ada gudang kosong yang udah lama gak ke pake, gak mungkin juga ada guru yang patroli ke daerah sana.

Dengan nekat aku langsung memanjat tembok sekolah ini. Walaupun temboknya gak terlalu tinggi, tapi aku harus mencari tumpuan yang kuat, kalau tidak aku bisa jatuh nanti.

Akhirnya aku berhasil memanjat tembok sekolah. Tapi saat aku ingin turun, aku gak sengaja menginjak sebuah kursi yang sudah lapuk.

' Guprakk! '

" Aduh! "

" Heh! Siapa itu?! "

Gawat, dari suaranya aku sudah tau itu siapa. Gak salah lagi ini pasti suaranya Pak Derril. Dengan langkah sunyi, aku memutari gudang ini agar tidak ketahuan Pak Derril. Saat dia lengah, aku segera tancap gas menuju ke kelasku.

Tapi saat aku berbelok ke lorong kelas, aku hampir saja menabrak seseorang yang sedang berjalan.

" Aduh! "

Tabrakan kita gak terlalu kencang, jadi kita hanya saling menyenggol saja. Saat aku lihat, ternyata yang aku tabrak itu adalah Aira.

" Loh, Erza. Ngapain kamu di sini? Kelas kan udah masuk. " tanya Aira.

" Sutt! Jangan berisik. Aku gak mau ketangkep sama Pak Derril. " bisikku.

" Maksudnya? "

" Udah nanti aja jelasinnya, aku buru-buru nih takut gurunya udah sampe ke kelas. "

Saat aku ingin lari lagi menuju kelas, Aira langsung menahan lengan bajuku.

" Ehh, tunggu dulu. Itu baju sama celana kamu kotor gitu kenapa? Kamu habis ngapain sih? " tanya Aira dengan penasaran.

Kayaknya aku gak bakal dilepasin sama Aira sebelum aku jelasin semuanya. Yah, walaupun aku percaya dia itu bukan cewek yang bawel, tapi tetap saja akan membuang-buang waktuku jika aku menceritakan kejadian lengkap tadi ke Aira. Yah, aku ceritain intinya aja.

" Aku telat Ay. Tadi itu aku bangun ke siangan, terus pas sampe ke sekolah gerbangnya udah ditutup ya udah aku terpaksa manjat tembok belakang. "

" Ehh, kamu sampe nekat bener manjat tembok segala. Terus seragam kamu kotor gitu kenapa? "

" Nah, waktu aku mau turun aku gak sengaja nginjek kursi yang udah tua. Eh, malah patah. " jelasku.

" Hahaha, lagian kamu ini nekat banget sih, kan bisa minta baik-baik bukain pintu gerbangnya. "

Kehidupan Ku Dengan Cewek Yang Terlalu SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang