Persaingan Masak

4 1 0
                                    

Suara terompet dan teriakan para murid menggema di lapangan sekolah ini. Akhirnya lomba masak antar kelas pun dimulai.

Karena setiap angkatan ada 10 kelas, jadi lomba ini diadakan 3 sesi. Sesi pertama di pagi hari buat kelas 12, sesi kedua siang hari buat kelas 11, dan terakhir sesi ketiga di sore hari buat kelas 10. Dan katanya kalau masih ada waktu, juara pertama dari setiap angkatan akan dilombakan lagi untuk menentukan juara terbaiknya.

Kayak yang aku inginkan kemarin, juri yang bakal menilai masakan kita diambil dari luar sekolah, dan tentunya mereka sudah mempunyai sertifikat koki resmi. Kalau begini lomba pasti akan lebih seru lagi, karena yang menilainya juga sudah ahli dalam memasak.

" Kamu udah siap? " tanya Aira.

" Iya. Kayaknya bakal seru. "

" Ya, tentu aja. Oh, ngomong-ngomong masakan apa yang bakal kamu buat nanti? "

" Nanti juga kamu bakal tau. "

Di lomba ini kita disuruh untuk membuat 3 makan sekaligus. Mulai dari makanan pembuka, makanan utama, dan makanan penutup. Dan masing-masing makanan itu kita diberi waktu setengah jam untuk membuatnya. Jadi kita punya waktu satu setengah jam untuk membuat semua makanan itu. Yah, menurutku itu udah lebih dari cukup.

Setelah lama, akhirnya perlombaan pun dimulai. Para panitia menyuruh para peserta lomba kelas 12 untuk memasuki lapangan dan menempati meja yang sudah tertata dengan rapi dari depan ke belakang. Aku juga melihat peralatan masak dan bahan-bahannya sudah lengkap di atas meja.

Posisi penempatan meja juga disesuaikan dengan posisi kelas masing-masing. Dari mulai kelas A yang menempati meja pojok kiri paling depan, sampai kelas J yang menempati meja pojok kanan paling belakang.

Karena aku dari kelas D, aku ditempatkan di meja pojok kanan paling depan dan teman-temanku bisa dengan mudah melihat aku memasak. Aku juga lihat dengan jelas Agung yang sedang menyemangatiku di depan saja. Bukan hanya itu, hampir semua teman-temanku datang melihatku.

Tidak ada rasa gerogi atau khawatir yang aku rasakan, bahkan saat semua teman-temanku melihatku. Mereka semua menaruh harapan mereka kepadaku, dan aku juga harus bisa meyakinkan diriku sendiri untuk menang.

Tanpa basa-basi lagi perlombaan masak antar kelas pun dimulai. Sebenarnya lima hari sebelum lomba aku sudah menentukan makanan apa saja yang bakal aku buat, dan tentu saja aku sudah mendapat pelatihan spesial dari ibuku.

Dengan perhitungan cermat ku, aku memilih lumpia bihun sebagai makanan pembuka, Soto Bandung sebagai hidangan utama, dan wafel coklat sebagai makanan penutupnya. Tiga makanan ini memang makanan yang sering ada di pinggir jalan, tapi aku akan membuat tiga makanan ini istimewa di lidah para juri.

Pertama-tama untuk menghemat waktu, aku memasak hidangan yang agak lama terlebih dahulu yaitu Soto Bandung. Pertama aku memotong-motong kecil daging sapinya. Kata ibuku, daging sapi yang baik itu sebaiknya dipilih yang agak berlemak biar citra gurihnya berasa. Setelah daging sapinya aku potong-potong, aku memasukkannya ke dalam air yang sudah mendidih.

Selagi aku menunggu dagingnya sedikit lunak, aku tinggal mengolah bumbunya seperti bawang, lengkuas, serai, jahe, dan bahan rempah-rempah lainnya dan memasukkannya ke dalam panci daging sapi tadi.

Selagi aku menunggu soto ini matang, aku mulai memasak hidangan pembuka yaitu lumpia bihun. Makanan ini menurutku paling gampang dibuat. Aku hanya tinggal menaruh bihun di tengah lumpia dan menggulungnya hingga membentuk seperti sebuah tabung. Aku lalu mencelupkan lumpia itu ke adonan telur dan tinggal memasaknya hingga matang.

Dua tangan ku bekerja di sini. Satu buat menggoreng bihun, dan satu lagi mengaduk Soto Bandung agar rasanya bisa meresap. Karena jurinya hanya ada tiga orang, aku gak perlu masak banyak-banyak. Satu mangkok kecil buat Soto Bandung dan tiga buah lumpia bihun menurutku udah cukup.

Kehidupan Ku Dengan Cewek Yang Terlalu SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang