Pesta pernikahan Lirsasongko dan Durmagati baru saja berakhir. Kedua mempelai kembali ke kamar untuk beristirahat.
Lirsasongko membawa Durmagati untuk bermalam di Puri Salaka. Malam pertama akan dilakukan di sini, bukan di Puri Jenar.
Saat mereka menginjakkan kaki di Puri Salaka, Biantari telah berdiri seakan menghadang langkah mereka.
"Untuk apa kau kemari?" tanya Biantari, menatap tajam Durmagati.
"Tentu saja untuk melakukan malam pertama. Seharusnya aku yang bertanya padamu, mengapa kau berada di sini?"
"Wanita itu melakukan malam pertama di kamar kita? Hah, sungguh tak bisa kupercaya!"
"Itu bukan kamarmu, tapi kamarku!" ralat Lirsasongko.
Biantari menggeram kesal. Lirsasongko amat berubah sejak mengenal Durmagati, putri dari kadhaton kecil nan terpencil. Ia sangat marah saat suaminya menikahi Durmagati. Kini ia mempunyai saingan!
"Lantas siapa yang kelak akan menjadi permaisuri Tirta Wungu ketika Kanda Lirsasongko naik tahta?"
"Akan kuamati tingkah laku kalian. Jika kalian berdua bertingkah baik, bukan tidak mungkin aku akan mengangkat dua permaisuri."
Posisi Biantari terancam. Ia memang berstatus istri putra mahkota Tirta Wungu, namun ia tidak bisa menyandang gelar putri mahkota. Apalagi kini hadirlah Durmagati. Entah siapa kelak yang menjadi permaisuri Tirta Wungu ketika Lirsasongko naik tahta.
Dengan begitu, posisi Pramudhana, putra sulung mereka, juga akan terancam apabila Durmagati berhasil memberikan seorang putra untuk Lirsasongko.
"Lalu, dengan begitu, kau juga tidak akan menjadikan Pramudhana sebagai putra mahkotamu?"
"Tergantung. Jika Dinda Durmagati melahirkan seorang putra, maka ia juga berhak menjadi putra mahkota Tirta Wungu ketika aku menjadi prabunya."
"Ini tidak adil!"
"Tenang, Mbakyu. Jangan mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi." Durmagati akhirnya bersuara.
"Kau tidak usah ikut campur urusanku!"
"Ini urusan kita bersama, Mbakyu. Kalaupun nanti aku berhasil melahirkan seorang putra, aku tidak akan memaksanya menjadi penerus tahta."
"Hahaha... aku tidak mempercayai ucapanmu. Kau berkata demikian karena belum memiliki anak. Tapi lihat nanti, kau pasti akan meracuni pikiran suamiku."
"Jaga bicaramu!"
Biantari kembali menggeram, kemudian pergi meninggalkan Puri Salaka. Ia sangat tidak rela Durmagati merebut Lirsasongko darinya.
Padahal beberapa tahun lalu, Biantari telah merebut Lirsasongko dari Kamanjani.
***
Beberapa bulan kemudian, Durmagati mengandung. Lirsasongko senang bukan kepalang. Sayangnya, kabar ini justru berdampak buruk pada Biantari.
Kesehatan Biantari kian menurun setelah Durmagati mengandung. Puncaknya, Biantari menghembuskan napas terakhirnya bersamaan dengan Durmagati yang melahirkan seorang putra.
Fokus para penghuni istana terpecah. Lirsasongko merasa sangat kalut. Ia senang karena Durmagati memberinya seorang putra, namun ia sangat sedih karena Biantari meninggal.
Masih ada waktu untuk melihat paras putranya yang baru saja dilahirkan Durmagati. Untuk saat ini ia harus mengurus kematian Biantari.
"Ibuuu...."
Hati Lirsasongko tersayat mendengar tangisan keras Pramudhana dan Larasati. Mereka menyaksikan sendiri ketika sang ibu menghembuskan napas terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prabaswara [Complete√] ~ TERBIT
RomancePrabaswara adalah pangeran Kadhaton Tirta Wungu yang kehadirannya antara ada dan tiada. Prabaswara kerap mendapat perlakuan buruk dari keluarganya. Ia sangat takut tak ada putri yang mencintainya karena status dan kondisinya. Wulandari adalah putri...